Thursday, January 31, 2013

Penawar Penat oleh Rasullullah

Pada suatu hari, Fatimah mengadu kepada suaminya Ali bin Abu Talib tentang kesakitan pada tangannya kerana keletihan menggiling gandum untuk membuat roti.

“Bapamu telah datang membawa balik tawanan perang. Berjumpalah dengannya dan mintalah seorang hamba untuk membantu mu,” kata Ali.
Lalu Fatimah pergi bertemu bapanya dan menyatakan hasrat untuk mendapatkan seorang hamba bagi membantu tugas hariannya di rumah. Bagaimanapun Rasulullah s.a.w. tidak mampu memenuhi permintaan anak kesayangannya itu. Lalu Baginda s.a.w. pergi menemui puterinya serta menantu itu.

“Apa kamu berdua mahu aku ajarkan perkara yang lebih baik daripada apa yang kamu minta daripadaku? Apabila kamu berdua berbaring untuk tidur, bertasbihlah (Subhanallah) 33 kali, bertahmid (Alhamdulillah) 33 kali dan bertakbir (Allahuakbar) 33 kali. Ia adalah lebih baik untuk kamu berdua daripada seorang khadam,” kata Rasulullah.

Ini merupakan penawar ringkas yang diajarkan oleh Rasulullah kepada anak dan menantunya bagi meringankan keletihan dan kesusahan kehidupan mereka. Malah Ali terus mengulang kalimah yang di ajarkan ini. Katanya “Demi Allah aku tidak pernah meninggalkannya semenjak ia diajarkan kepadaku.”
 
Sumber
 

Kasih Tak Sampai (Satu)

FIRST LOVE
Kenalkan, namaku Septian. Seorang laki-laki yang hampir gila karena cinta pertama. Bahkan aku pernah nyaris bunuh diri karena tak sanggup menghalau perasaan itu. Aku melakukan apapun demi Sinta, tetapi dia sama sekali tak mencintaiku. Kami memang berbeda derajad, itulah sebabnya.
Ketika kelas empat SD ibuku meninggal. Menyusul Bapak yang sudah meninggal lebih dulu, kira-kira sepuluh tahun sebelumnya. Ibuku meninggal di hadapanku. Sudah beberapa tahun ibuku sakit. Aku sebetulnya tak ingin mengatakannya, ibuku sakit jenis penyakit yang sangat memalukan, dia terkena sipilis.
Aku memiliki enam saudara, dan aku adalah anak ke tujuh. Setelah SMA, baru aku tahu kalau ibuku adalah bekas seoramg pelacur. Setelah Bapak meninggal, ibu kembali bekerja sebagai pelacur, melanjutkan profesinya sebelum dinikahi oleh bapak.
Di seluruh kampungku, sudah tahu hal itu. Tetapi karena aku anak yang baik, mereka menyayangiku. Mereka sering memberiku pekerjaan apa saja. Mulai mengepel, mencuci baju, menjadi pesuruh yang bisa bekerja serabutan.
Semua pekerjaan kasar pernah aku lakukan, dan aku melakukannya dengan senang hati. Mulai dari menjadi kuli di pasar, mengayuh becak cadangan, menimba air buat tetangga, ataupun kerja kotor lainnya.
Aku tak bisa mengandalkan saudaraku yang lain, karena mereka hidupnya juga serba terbatas. Dengan bekerja sendiri, dan mendapatkan uang, aku bisa tetap melanjutkan sekolah. Dan aku tak pernah malu, bagiku yang penting pekerjaan itu halal.
Di kampungku ada keluarga berada yang sangat baik. Mereka sering menggunakan jasa tenagaku untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, seperti, membersihkan kebun, menimba air, membersihkan got sampai mencuci mobil.
Keluarga itu memiliki tiga orang puteri, dan puteri bungsunya seusiaku. Kebetulan Sinta, puteri bungsu keluarga itu adalah teman sekolahku di SD setempat, jadi kami sudah seperti sahabat. Seperti kedua orang tuanya, Sinta tidak pernah pilih-pilih teman. Dia mau bergaul dengan siapa saja.
Sinta berkulit sawo matang, rambutnya ikal terurai panjang. Namun begitu, Sinta adalah seorang gadis tomboi. Kalau aku sedang membersihkan kebun, kadang-kadang Sinta mengagetkanku dengan meloncat dari cabang pohon. Lalu tertawa-tawa senang saat aku ketakutan.
Oleh Mamanya, Sinta selalu disuruh membantuku bekerja. Saat aku membersihkan kebun, Sinta bagian membakar sampahnya. Kalau aku menimba air di sumur, Sinta bagian membuka pintu kamar mandi agar aku mudah membawa ember di tanganku. Kami mengerjakan dengan ceria. Sehingga semua pekerjaan menjadi ringan.
Jujur saja, melihat sifat kekanakannya setiap hari, membuat aku mulai suka, atau bisa dibilang jatuh cinta. Hidupnya begitu bebas dan menyenangkan. Termasuk di sekolah, Sinta juga seorang juara. Namun begitu dia tidak pernah bersikap sombong.
Kami bertumbuh bersama, kebetulan aku juga bukan anak yang bodoh, aku dan Sinta diterima di SMP Negeri yang sama. Kami tetap bersahabat sampai kami lulus SMP. Sinta sangat suka bersepeda. Kadang kami ke sekolah bersama dengan bersepeda. Hidupku serasa begitu indah ketika bersamanya. Semua kepahitan hidup seperti hilang bila ada gadis itu di dekatku.
Oh ya, berbeda dengan siswa SMP lainnya, aku juga masih bekerja serabutan. Kadang-kadang aku dibayar untuk menjadi sopir mobil sayuran pengganti, atau menjadi tukang sapu di rumah keluarga kaya. Sesekali masih disuruh kerja di rumahnya Sinta. Aku jarang bergaul dengan teman sekolah, karena perasaan minder. Selain bersekolah, aku selalu bekerja.
Ketika SMP, Sinta sudah bertumbuh dengan tinggi. Kulitnya yang sawo matang, rambutnya yang di ekor kuda, membuatnya menjadi perhatian beberapa teman SMP. Aku tidak pernah satu kelas dengan Sinta, tetapi aku tahu, Sinta tertarik dan dekat dengan seorang siswa yang bernama Sakti, Sakti berwajah tampan dan pintar di sekolah, itu yang selalu membuatku gusar.
Aku sebetulnya berwajah lumayan, biar pun tubuhku pendek. Tangan-tanganku besar dan berotot, karena sering bekerja kasar. Kulitku putih bersih, namun karena sering terkena matahari, menjadi hitam. Kata orang aku mirip Bapakku.
Api cemburu meluap-luap, setiap kali melihat Sinta bersama Sakti, dan dia kadang mulai mengabaikanku. Hanya kalau butuh sesuatu saja Sinta minta tolong kepadaku. Dan aku tetap membantunya dengan sepenuh hatiku. Itu adalah bukti kasih sayangku kepada gadis itu.
Lama-lama aku sadar, bahwa aku tak mungkin memiliki Sinta, kami beda trah. Dan itu adalah harga mati bagi hidupku. Namun begitu, kami masih bersahabat. Aku sering memandanginya di kejauhan, dan membenamkan perasaanku dalam-dalam.
Sayangnya kebersamaan itu harus berakhir, sebab setelah lulus SMP, aku harus meninggalkannya, aku diminta kerja di Jakarta oleh salah satu kakakku. Demi isi perutku dan agar bisa tetap bersekolah, aku terima semua itu. Aku dengar Sinta juga melanjutkan SMA di kotaku itu, dan kami berpisah untuk beberapa tahun kemudian.
Tekadku, setelah di Jakarta, aku akan menjadi orang, dan akan kujemput cintaku untuk menemani sisa hidupku. (Bersambung)

Wednesday, January 30, 2013

Berita Nyata Tentang Perjalanan Ruh

Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir bahwa anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad? 

 

 

Hadits yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini memberi ilmu kepada kita tentang hal itu.  Sungguh ini suatu berita yang shahih (benar) dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan setiap berita yang datang darinya pasti benar adanya karena:  “Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An-Najm: 3-4)

 

Simaklah…!

Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkisah,   “Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengantar jenazah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika itu lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar beliau dalam keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu ada sebuah ranting yang digunakannya untuk mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke langit dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga kali. Kemudian bersabda,

 

“Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari adzab kubur,” diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa,

 

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali. Setelahnya beliau bersabda,

 

“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihissalam hingga duduk di sisi kepala si mukmin seraya berkata,

 

“Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari mulut wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan: Hingga ketika keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih. Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari aroma wewangian yang pernah tercium di muka bumi.

 

Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?”

 

Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya dengan nama tersebut.

 

Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit. Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya, hingga mereka sampai ke langit ke tujuh.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang lain.”  

 

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya ketika mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya, keduanya menghardiknya, mendudukkannya lalu menanyakan padanya,

 

“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Agamaku Islam,” jawabnya.

“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi “Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawabnya

“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya “Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.

Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkannya sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: 

“Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)

 

Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar hamba-Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!” Lalu datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan baginya kuburnya sejauh mata memandang.

 

Kemudian ia didatangi oleh seseorang yang berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya, seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.” Si mukmin bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kebaikan.” “Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan lambat dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kebaikan,” jawab yang ditanya

 

Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan bagimu dengan surga ini.” Maka bila si mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku, segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.” Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.”

 

 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh.

Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang kafir (dalam satu riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk dekat si kafir sejauh mata memandang.

 

Kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang basah, hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya.

 

Seluruh malaikat di antara langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada di langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang pun malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si kafir jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat maut mengambil ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat maut melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu dibungkus dalam kain yang kasar.

 

Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang buruk ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling jelek yang dulunya ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut, namun tidak dibukakan.”

 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:     “Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi yang paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:    “Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit lalu ia disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang jauh lagi membinasakan.” (Al-Hajj: 31)

 

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya menghardiknya, mendudukkannya dan menanyakan kepadanya,

“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.”

Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Hah… hah… Aku tidak tahu,” jawabnya.

“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi. Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.”

 

Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah dusta orang itu. Maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakan untuknya sebuah pintu ke neraka!”

Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya).

Kemudian seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”

 

Si kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kejelekan.” “Aku adalah amalmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu ini melainkan sebagai orang yang lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.

 

Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya gunung itu akan hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia pun menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia.

 

Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun berdoa, “Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/287, 288, 295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)

 

Pembaca yang mulia, maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, masihkah tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini?

Adakah jiwa masih berani bermaksiat kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya?

 

Manakah yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu beroleh adzab yang pedih?

Bagi hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang pasti datangnya. Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…

 

Sungguh hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan berita di atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang,

 

“Ya Allah, berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di atasnya sampai akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi. Amin… Ya Rabbal ‘Alamin.”

 

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

 


wedhakencana.blogspot.com


Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah



Kisah Jenazah Diziarahi Banyak Malaikat

Assalamu'alaikum wr.wb. Sahabat yang seiman dan seagama ISLAM...

Kisah berikut pantas dijadikan teladan saat kita hidup di dunia sahabat.
Ada seorang pemuda yang meninggal dunia, lalu jenazahnya dimandikan, dikafani hingga dikerumuni banyak sekali malaikat untuk menyaksikan pemakaman pemuda ini. Apa gerangan yang terjadi hingga pemuda ini dikeruti malaikat, hingga Rasulullah SAW pun sangat takjub akan keimanan pemuda ini yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Subhanallah...


Kisahnya.
Adalah Ts'labah yang merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW ang sangat setia dan beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Suatu ketika karena ketidaksengajaanya melakukan dosa, ia sangat menyesal begitu dalam hingga ketakukannya kepada Allah SWT kan azab yan akan ia terima nantinya.

Karena ketaktannya tersebut, Tsa'labah sakit hingga meninggal dunia.
Subhanallah...
Si pemakaman sahabat Nabi yang setia ini banyak malaikat yang iut menziarahi Tsa'labah.

Tsa'labah Sakit.
Setelah sekian lama berjuang bersama nabi, terdengar kabar bahwa Tsa'labah sedang sakit keras.
Mendengar hal itu sahabat Nabi yang lain bernama Salman menghadap Rasulullah SAW dan berkata,
"Wahai Rasulullah, msihkah engkau ingat dengan Tsa'labah? Dia sedang sakit keras."
Rasulullah SAW pun segera datang menemui Tsa'labah.

Rasulullah SAW meletakkan tangan kanannya di kepala Tsa'labah, kemudian meletakkan kepala Tsa'labah dipangkuannya.
Akan tetapi apa yang terjadi, Tsa'labah segera saja menyingkirkan kepalanya dari pangkuan beliau.
"Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pengkuanku?" tanya Baginda Rasul.
"Karena aku penuh dengan dosa, tgak layak dipangkau oleh UtusanNya yang mulia ini," jawab Tsa'labah.
"Apa yang engkau rasakan?" tanya Nabi lagi.
"Aku seperti dikerubuti semut pada tulang, daging dan kulitku," jawab Tsa'labah.
"Lalu apa yang engkau inginkan?" tanya Rasul SAW.
"Ampunan Tuhanku," jawab Tsa'labah.

Maka turunlah Malaikat Jibril as dan berkata,
"Wahai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, "Kalau saja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula."

Meninggal Dunia.
Maka segera saja Rasulullah SAW memberitahukan hal tu kepada Tsa'labah. Begitu mendengar berita itu, terpekiklah Tsa'labah dan langsung meninggal dunia.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar Tsa'labah segera dimandikan dan dikafani dan dishalati.
Ketika selesai dishalati, Rasulullah SAW berjalan sambil berjingkat-jingkat seakan menghindari sesuatu agar tidak tertabrak.
Setelah selesai pemakaman, para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah, kami lihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat, ada apa gerangan?"

Rasulullah SAW bersabda,
"Demi Zat yang mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya, karena aku lihat begitu banyaknya malaikat yang turut menziarahi Tsa'labah."

Apakah Dosa yang Dilakukan Tsa'labah.
Astaghfirullah...
Sebenarnya dan ternyata kesalahan yang dilakukannya hanya karena beliau melihat seorang wanita Anshar sedang mandi dalam perjalannya menuju rumahnya. Tsa'labah ini takutnya bukan main, kepada Allah SW dan kepada Rasulullah SAW yang jadi panutannya.
Karena kejadian itu, Tsa'labah sangat takut sekali hingga lari.

Subhanallah...

Tuesday, January 29, 2013

Aku Alim Dia Playboy (Tiga)

FIRST LOVE
Bagus tidak berubah, tetap perhatian kepadaku. Kami tetap akrab, seperti dulu. Tiga tahun di SMA aku jalani hari-hari bersamanya tanpa status. Aku masih mencintainya, tetapi ada hambatan di hatiku tantang perilakunya. Setelah kepergian Sella, kudengar dari Ratih, Bagus dekat lagi dengan gadis lain. Di kampungnya dia terkenal playboy dan suka main perempuan.
Tetapi aku sendiri tak sanggup membayangkan tanpa Bagus. Kami mungkin lebih pantas disebut sahabat karib. Di sekolah juga sudah tersebar gossip kalau aku pacaran sama Bagus. Tapi jujur, Bagus belum pernah menyatakan cintanya kepadaku.
Kami akhirnya lulus. Bagus diterima di universitas negeri, sementara aku tidak. Aku kuliah di universitas swasta tetapi satu kota dengan universitas tempat Bagus kuliah. Dan ini sebetulnya tidak sengaja, karena setelah lulus SMA aku tak pernah bertanya kemana Bagus akan meneruskan studinya.
Bagus adalah cinta pertamaku. Aku belum pernah mencintai orang lain selain Bagus. Aku juga enggak pernah jadian dengannya. Jujur saja hatiku ngeri melihat kelakuannya. Jadi lebih baik membiarkan hatiku mengambang, dan terus mengalir apa adanya.
Dari Ratih aku tahu kalau Bagus sekarang sudah menjadi ketua Sema di kampusnya. Bagus memang pintar berorganisasi, karena waktu SMA juga pernah menjadi ketua OSIS. Bagi aku dan Ratih, membicarakan Bagus adalah hal yang biasa. Bahan cerita mengenainya seakan tak pernah ada habis-habisnya.
Sebetulnya kampusku agak jauh di pinggiran kota, jauh dari kampus Bagus yang berada di pusat kota. Kebetulan juga di tempat kos-ku ada seorang gadis aktifis yang sering kegiatan bersama dengan kampus lain. Mereka sering berdemonstrasi bersama dan aktif di organiasasi mahasiswa se-kota itu.
Fifian gadis berjilbab yang aktif menjadi reporter majalan mahasiswa. Fifian sangat rajin kegiatan kemana-mana. Jarang sakali berada di kos seperti mahasiswi lainnya. Namun begitu sebetulnya Fifian sangat ramah dan baik. Sesekali dia masuk ke kamarku dan bercerita tentang kegiatannya.
Suatu hari Fifian bercerita tentang tim gabungan mahasiswa beberapa universitas untuk keadilan buruh. Dia bercerita bahwa ketuanya adalah mahasiswa universitas negeri yang berasal dari kota yang sama denganku, nama mahasiswa ganteng itu adalah Bagus.
Kaget campur senang aku mendengar nama itu. Aku menyebutkan ciri-cirinya, dan Fifian mengangguk menyetujuinya. Pintar, ganteng, perlente dan perilakunya sangat manis. Semua itu memang ciri-ciri Bagus.
Semenjak kuliah memang aku jarang bertemu Bagus. Aku rindu tetapi tak pernah berusaha mencarinya. Biasanya hanya mengikati perkembangan informasinya melalui Ratih. Tetapi Ratih juga informasinya terbatas, karena kuliah di kota yang berbeda, dan Bagus jarang pulang ke rumah.
Fifian sepertiku, dia gadis yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Dia juga berjilbab dan suka mengikuti kegiatan keagamaan di kampus. Sampai suatu hari dia datang ke kamarku dan bertanya-tanya soal Bagus.
"Dia memang teman SMA-ku, emang kenapa Fi?"
"Aku heran dengan para mahasiswa yang sok aktifis seperti Bagus itu..."
"Emang kenapa?"
"Aku tak menyangka, dia berkata begitu?"
"Emang dia bilang apa?"
"Seusai rapat dia bilang pada aktifis cowok lain, dia mengajaknya ke lokalisasi, katanya dia lagi pengen ML..."
"Benarkah?"
"Iya aku mendengar sendiri..."
"Gila tuh Bagus," gumanku.
"Terus aku menanyakan beberapa aktifis cowok yang aku kenal, aku tanyakan apakah benar Bagus suka ke lokalisasi?"
"Katanya apa?"
"Iya, mereka sering ramai-ramai ke lokalisasi..."
Mendengar berita miring ini, aku sudah tak sekaget dulu. Aku tahu Bagus penganut seks bebas. Aku mencintainya bertahun-tahun, begitu dekat dengannya, tetapi Tuhan selalu menjagaku untuk tidak melangkah lebih jauh dengannya.
Sampai suatu hari, Bagus datang ke kosku. Kali ini dia sungguh berbeda. Terlihat begitu tampan dan dewasa. Dia tahu kosku dari Ratih. Lalu sengaja menemuiku untuk membuktikan kebenanran alamat itu.
Kami duduk di ruang tamu. Dia memuji kecantikanku dan kehalusan budiku. Dan untuk pertama kali dia memegang tanganku. Meskipun kemudian aku menarik dari genggaman itu.
"Shakila, kamu tahu nggak kalau aku sebetulnya sangat mencintamu?"
Sebuah kejutan yang tak kusangka-sangka. Aku menjadi gugup tidak karuan. Sebuah kata yang sudah bertahun-tahun aku tunggu, akhirnya muncul juga. Aku diam, tersenyum, hatiku gundah bukan buatan.
"I love you..." katanya lagi.
Aku tersenyum dan menunduk. hatiku penuh dilema. Bayangan wajah Sella, cerita-cerita Ratih dan juga cerita Fifian menghujam jiwaku. Sekarang Bagus di depanku, dengan untaian kata cinta, tetapi kenyataan itu, rasanya begitu pahit di hatiku.
Bagus terus menatapku, menunggu jawabanku.
"Aku juga mencintaimu, tetapi sayang, mungkin kita tak bisa bersatu," ujarku.
"Kenapa?"
Aku berfikir keras.
"Karena aku terlalu lama menunggumu," kataku berbohong.
"Aku tak punya keberanian, kamu begitu putih dan suci," katanya.
"Aku kenal Sella," ujarku.
Wajahnya berubah. Tidak berkata-kata.
"Gadis yang malang..." tambahku.
Bagus menunduk. Lalu diam lama. Aku juga diam. Menunggu reaksinya. Kemudian dia berdiri dan menunduk.
"Aku tahu, aku terlalu kotor untukmu," katanya sedih. Lalu dia berlalu tanpa pamit kepadaku.
Aku masuk kamar dan menangis tersedu-sedu. Sejak saat itu aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Cinta pertamaku yang malang. (Tamat)
Seperti diceritakan oleh Shakila.

HUKUM SIWAK DIBULAN PUASA




Siwak hukumnya adalah sunnah kecuali bagi orang yang berpuasa bersiwak setelah tergelincirnya matahari?

Apakah dimakruhkan bagi yang sedang berpuasa bersiwak setelah tergelincirnya matahari?
hal ini terjadi perbedaan pendapat ulamak?menurut pendapat yang unggul(rojeh)Imam rofi'i berpendapat makruh bersiwak setelah tergelincirnya berdasarkan hadist nabi dari bukhori dan muslim , sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dari wangi kesturi
pendapat yang kedua bersiwak saat berpuasa tidak makruh secara mutlaq ini adalah pendapat tiga madzhab.......

Referensi
Kifayatul akhyar juz 1 halaman     27-28 cet Darul khair:
فصل ) السواك مستحب في كل حال إلا بعدالزوال للصائم ,وهو في ثلاثة مواضع أشد استبحبابا عند تغير الفم من أزم وغيره , وعندالقيام من النوم وعند القيام الى الصلاة............إلخ

وهل يكره للصائم بعد الزوال ؟ فيه خلاف الراجح في الرافعي والروضة أنه يكره لقوله عليه الصلاة والسلام ( لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك ) رواه البخاري و وفي رواية مسلم ( يوم القيام ) والخلوف بضم الخاء واللام هو التغير , وخص بما بعد الزوال , لأن تغير الفم بسبب الصوم حينئذ يظهر فلو تغير فمه بعد الزوال بسبب أخر كنوم أوغيره فاستاك لأجل ذلك لايكره , وقيل لا يكره الاستياك مطلقا ,وبه قال الأئمة الثلاثة , ورجحه النواوي في شرح المهذب . وقال القاضي حسين يكره في الفرض دون النفل خوفا من الرياء , وقول المصنف ( للصائم ) يؤخذ منه أن الكراهة تزول بغروب الشمس وهذا هو الصحيح في شرح المهذب , وقيل تبقى الكراهة إلى الفطر.............إلخ


Siwak dengan  kayu basah dan yang kering bagi orang Berpuasa

Imam Ibnu Hajar berkata dalam Al Fath
وَأَشَارَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَةِ إِلَى الرَّدِّ عَلَى مَنْ كَرِهَ لِلصَّائِمِ الِاسْتِيَاكَ بِالسِّوَاكِ الرَّطْبِ كَالْمَالِكِيَّةِ وَالشَّعْبِيِّ ، وَقَدْ تَقَدَّمَ قَبْلُ بِبَابِ قِيَاسِ اِبْنِ سِيرِينَ السِّوَاكَ الرَّطْبَ عَلَى الْمَاء الَّذِي يُتَمَضْمَضُ بِهِ
Keterangan ini mengisyaratkan bantahan atas pihak yang memakruhkan bersiwak bagi orang yang berpuasa, yakni bersiwak dengan  kayu  basah, seperti kalangan Malikiyah dan Asy Sya'bi'  dan telah dikemukakan sebelumnya tentang qiyas-nya Ibnu Sirin,bahwa bersiwak dengan  kayu basah itu seperti air yang dengannya kita berkumur-kumur
(Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari juz 4/158 cet Darul Fikr)

Dijelaskan juga dalam Tuhfah al Ahwadzi disebutkan:
( إِلَّا أَنَّ بَعْضَ أَهْلِ الْعِلْمِ كَرِهُوا السِّوَاكَ لِلصَّائِمِ بِالْعُودِ الرَّطْبِ )
كَالْمَالِكِيَّةِ وَالشَّعْبِيِّ فَإِنَّهُمْ كَرِهُوا لِلصَّائِمِ الِاسْتِيَاكَ بِالسِّوَاكِ الرَّطْبِ لِمَا فِيهِ مِنْ الطَّعْمِ ، وَأَجَابَ عَنْ ذَلِكَ اِبْنُ سِيرِينَ جَوَابًا حَسَنًا ، قَالَ الْبُخَارِيُّ فِي صَحِيحِهِ : قَالَ اِبْنُ سِيرِينَ : لَا بَأْسَ بِالسِّوَاكِ الرَّطْبِ ، قِيلَ لَهُ طَعْمٌ ، قَالَ وَالْمَاءُ لَهُ طَعْمٌ وَأَنْتَ تُمَضْمِضُ بِهِ اِنْتَهَى . وَقَالَ اِبْنُ عُمَرَ : لَا بَأْسَ أَنْ يَسْتَاكَ الصَّائِمُ بِالسِّوَاكِ الرَّطْبِ وَالْيَابِسِ رَوَاهُ اِبْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، قُلْت هَذَا هُوَ الْأَحَقُّ

Sesungguhnya sebagian ahli ilmu ada yang memakruhkan bersiwak bagi orang yang berpuasa dengan menggunakan dahan kayu yang basah:
Seperti kalangan Malikiyah dan Imam Asy Sya'bi, mereka memakruhkan orang berpuasa bersiwak dengan dahan kayu basah karena itu bagian dari makanan. 
Ibnu Sirin telah menyanggah itu dengan jawaban yang baik. Al Bukhari berkata dalam Shahihnya:
Berkata Ibnu Sirin: Tidak mengapa bersiwak dengan kayu basah, dikatakan  bahwa itu adalah makanan Dia (Ibnu Sirin) menjawab:
Air baginya juga makanan, dan engkau berkumur kumur dengannya (air)Selesai. Ibnu Umar berkata:
Tidak mengapa bersiwak bagi yang berpuasa baik dengan kayu basah atau kering,
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah. Aku (pengarang Tuhfah Al Ahwadzi) berkata: Inilah yang lebih benar(Syaikh Abdurrahman al Mubarakfuri)
(Tuhfah Al Ahwadzi juz III/419. Al Maktabah As Salafiyah)

Dengan demikian tidak mengapa bahkan sunah kita bersiwak ketika berpuasa, baik, pagi, siang,atau sore secara mutlak sebagaimana yang dikatakan dalam Tuhfah al Ahwadzi.

وَبِجَمِيعِ الْأَحَادِيثِ الَّتِي رُوِيَتْ فِي مَعْنَاهُ وَفِي فَضْلِ السِّوَاكِ فَإِنَّهَا بِإِطْلَاقِهَا تَقْتَضِي إِبَاحَةَ السِّوَاكِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَعَلَى كُلِّ حَالٍ وَهُوَ الْأَصَحُّ وَالْأَقْوَى
Dan dengan semua hadits-hadits yang diriwayatkan tentang ini dan keutamaan bersiwak, bahwa keutamaannya adalah mutlak, dan kebolehannya itu pada setiap waktu, setiap keadaan, dan itu lebih shahih dan lebih kuat,

Apakah pasta gigi, dihukumi sama dengan kayu basah, karena sama-sama mengandung air dan rasa.
Dan Imam An Nawawi mengatakan bahwa dengan alat apa pun selama tujuan membersihkan

وَهُوَ كُلّ آلَة يُتَطَهَّر بِهَا شُبِّهَ السِّوَاك بِهَا ؛ لِأَنَّهُ يُنَظِّف الْفَم ، وَالطَّهَارَة النَّظَافَة ذَكَرَهُ النَّوَوِي
Yaitu alat apa saja yang bisa mensucikan dengannya maka dia menyerupai siwak, karena dia bisa membersihkan mulut, bersuci dan membersihkan, demikian kata An Nawawi
(Imam Abul Hasan Muhammad bin Abdil Hadi As Sindi, Syarh An Nasa'i Juz 1 Hal. 7 No. 5. Mawqi Al Islam)
  • Sumber :
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/445530775518283/?notif_t=like

HUKUM MENYOLATI JANAZAH DALAM MASJID



Ilmatul Mukarramach
Assalamualaikum wr wb
gimana px kabar fiqh salafiyyah al-fattahul ulum
sy mo tnya
bagaimana hukumnya menyolati janazah (mayat) didalam masjid.........

JAWABAN

Kakek Jhosy II >>> Wa'alaikum salam
Dijelaskan Dalam kitab Al-fiqhul alaa madzahibul ar'ba'ah
Makruh menyolati mayat didalam masjid Walaupun adanya mayat diluar masjid sebagaiamana juga makruh memasukan mayat kedalam masjid bukan untuk dishalati Menurut Hanafiyyach dan Malikiyyach. Adapun menurut Imam hanabilah dan Imam syafi'ieyyah , Lihatlah kedua madzhab dibawah Tulisan berikut,Hanabilah berkata : diperbolehkan menyolati atas mayat didalam masjid bila tidak dikawatirkan mengotori masjid.dan jika mengotorinya maka haram menyolati atanya dan haram memasukan kedalamnya.Assyaf'ieyyach berkata : disunnahkan menyolati atas mayat didalam masjid


Referensi
الفقه على المذاهب الأربعة الجزء ١ ص ٨٢٦
تكره الصلاة على الميت في المساجد وإن كان الميت خارج المسجد كما يكره إدخاله في المسجد من غير صلاة عند الحنفية والمالكية أما الحنابلة والشافعية فانظر مذهبيهما تحت الخط ( الحنابلة قالوا : تباح الصلاة على الميت في المساجد إن لم يخش تلويث المسجد وغلا حرمت الصلاة عليه وحرم إدخاله الشافعية قالوا : يندب الصلاة على الميت في المسجد

Referensi
فتح القدير الجزء ٢ ص ١٢٨
قَوْلُهُ وَلَا يُصَلَّى عَلَى مَيِّتٍ فِي مَسْجِدٍ جَمَاعَةً) فِي الْخُلَاصَةِ مَكْرُوهٌ وَسَوَاءٌ كَانَ الْمَيِّتُ وَالْقَوْمُ فِي الْمَسْجِدِ، أَوْ كَانَ الْمَيِّتُ خَارِجَ الْمَسْجِدِ وَالْقَوْمُ فِي الْمَسْجِدِ، أَوْ كَانَ الْإِمَامُ مَعَ بَعْضِ الْقَوْمِ خَارِجَ الْمَسْجِدِ وَالْقَوْمُ الْبَاقُونَ فِي الْمَسْجِدِ، أَوْ الْمَيِّتُ فِي الْمَسْجِدِ وَالْإِمَامُ وَالْقَوْمُ خَارِجَ الْمَسْجِدِ. هَذَا فِي الْفَتَاوَى الصُّغْرَى. قَالَ: هُوَ الْمُخْتَارُ خِلَافًا لِمَا أَوْرَدَهُ النَّسَفِيُّ - رَحِمَهُ اللَّهُ - اهـ

  • Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/444236325647728/?comment_id=444239105647450&notif_t=like

sebuah pinta

Bismillah....
bw di sore hari dan kembali membaca salah satu blog favorit q,  ada rasa lain dalam hati, mengapa rangkaian aksara ini sesuai dengan kondisi q terkini, aksara itu hasil olah kata Nik sang diajeng Joga... izinkan q kutip aksara mu sahabat...
"Terkadang aku terlalu takut untuk terus berjalan. Menapaki langkah-langkah baru, dan meninggalkan jejak-jejak rekat berdebu. Tanpa tahu kapan aku mampu menoleh lagi ke belakang. Sekedar meredakan butiran pasir yang terhempas dan mengabur, atau merapihkan setapak yang terserak di ujung perjalanan. Aku takut "
ketika keputusan dipertanyakan, ketika orang mengangap pertimbanganku aneh, ketika tekanan datang bertubi ketika....ketika....ketika semua seakan menyesakkan dada, akh...... sisi kemanusiaanku ingin bermain atas nama melankolis. mengapa berat untuk menyampaikan suatu pinta.

satu hal yang begitu menguatkan adalah keberadaan-NYA yang tak pernah hilang, keberadaan-NYA yang tak kenal waktu yang slalu setia membersamai baik tawa maupun sedih menghampiri, yupz... hanya pada-NYA sang pemilik segala ku meminta.

Monday, January 28, 2013

Kematian Sebagai Peringatan

Banyak manusia yang tidak memahami arti kehidupan. Mereka hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan kesenangan-kesenangan hidup duniawi. Slogan-slogan mereka adalah memuaskan hawa nafsunya, “Yang Penting Puas”. Prinsip dan misi mereka adalah bagaimana mereka dapat menikmati kehidupan, seakan-akan mereka tumbuh dari biji-bijian, kemudian menguning dan mati tanpa ada kebangkitan, perhitungan dan hisab. 

 

http://ustadzmuslim.com/wp-content/uploads/2010/03/kematian21.jpg

 

Milik siapakah mereka? Apakah mereka tercipta begitu saja? Ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri?   “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu ataukah mereka yang menciptakan?” (Al Qur’an, surat Ath-Thuur: 35)

 

Allah menciptakan kita, memberikan kepada kita kehidupan adalah untuk suatu tujuan dan tidak sia-sia:   Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan sia-sia? (al-Qiyamah: 36)

 

Berkata Imam Syafi’i (ketika menafsirkan ayat ini): “Makna sia-sia adalah tanpa ada perintah, tanpa ada larangan.” (Tafsirul Qur`anil ‘Azhim, Ibnu Katsir, jilid 4, cet. Maktabah Darus Salam, 1413 H hal. 478)
Jadi manusia hidup tidak sia-sia, mereka memiliki aturan, hukum-hukum, syariat, perintah dan larangan, tidak bebas begitu saja apa yang dia suka dia lakukan, apa yang dia tidak suka dia tinggalkan.

 

Hidup dan Mati Adalah Ujian

Setiap yang hidup pasti akan merasakan kematian. Allah jalla jalaaluh menjadikan kehidupan dan kematian sebagai ujian. Siapa di antara manusia yang terbaik amalannya   (Dialah) yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (al-Mulk: 2)

 

Fudhail bin Iyadh berkata: “Amalan yang paling baik adalah yang paling ikhlas dan yang paling sesuai dengan sunnah”. (Iqadhul Himam al-muntaqa min Jami’il Ulum wal Hikam, Syaikh Salim ‘Ied al-Hilali, hal. 35).
Kita hidup di dunia adalah untuk diuji, siapa yang paling ikhlas amalannya hanya murni untuk Allah semata dan siapa yang paling sesuai dengan sunnah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.   Oleh karena itu kita perlu memperhatikan apa makna kehidupan dan apa makna kematian?

 

Sesungguhnya Allah menciptakan kita untuk satu tugas yang mulia yaitu beribadah hanya kepada-Nya. Allah turunkan kitab-kitabnya, Allah mengutus rasul-rasul?Nya adalah untuk misi ini.   Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (adz-Dzariyat: 56)

 

Sehingga hidup kita ini tidaklah sia-sia, melainkan kehidupan sementara yang sarat akan makna dan kelak akan ditanya tentang apa yang kita perbuat di dunia ini.

 

Kehidupan di dunia hanya sementara

Ingatlah, kehidupan ini hanya sebentar. Pada saatnya nanti kita akan memasuki alam kubur (alam barzakh) sampai datangnya hari kebangkitan. Lalu kita akan dikumpulkan di padang mahsyar, setelah itu kita menghadapi hari perhitungan (hisab). Dan kita akan menerima keputusan dari Allah, apakah kita akan bahagia dalam surga ataukah akan sengsara dalam neraka.

 

Kehidupan setelah mati ini merupakan kehidupan panjang yang tidak terhingga. Sehari dalam kehidupan akhirat adalah lima puluh ribu tahun kehidupan di dunia. Maka kita bisa lihat betapa pendeknya kehidupan manusia yang tidak ada sepersekian puluh ribu dari hari kehidupan akhirat. Berapa umur manusia yang terpanjang dan berapa yang sudah kita jalani? Itu pun kalau kita anggap umur yang terpanjang, sedangkan ajal kita tidak tahu, mungkin esok atau lusa.

 

Oleh karena itu seorang yang berakal sehat akan lebih mementingkan kehidupan yang panjang ini. Seorang yang cerdas akan menjadikan kehidupan dunia sebagai kesempatan untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat yang abadi.   Dan carilah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi… (al-Qashash: 77)

 

Namun kebanyakan manusia lalai dari peringatan Allah di atas. Mereka lebih mementingkan kenikmatan dunia yang hanya sesaat dan lupa terhadap kehidupan akhirat yang kekal.   Tetapi kalian memilih kehidupan duniawi, padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (al-A’laa: 16-17)

 

Allah hanya meminta kepada kita dalam kehidupan yang pendek ini untuk beribadah kepada-Nya semata dengan cara yang diajarkan oleh Rasul-Nya. Hanya itu. Kemudian Allah akan berikan kepada kita kebaikan yang besar di kehidupan yang panjang yaitu kehidupan akhirat

 

Kematian adalah pasti

Alangkah bodohnya kalau kita lebih mementingkan kesenangan sesaat dengan melupakan kehidupan abadi di akhirat nanti. Alangkah bodohnya manusia yang membuang kesempatan kehidupannya di dunia hingga kematian menjemputnya. Padahal Allah selalu memperingatkan dalam berbagai ayat-Nya bahwa kematian pasti akan datang dan tak tentu waktunya. Jika ia datang tidak akan bisa dimajukan dan dimundurkan. Allah ‘azza wa jalla berfirman:   Tiap-tiap umat memiliki ajal (batas waktu); maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya. (al-A’raaf: 34)

 

Tiap-tiap yang mempunyai jiwa akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali Imran: 185)

 

Untuk itu Allah dan rasul-Nya memberikan wasiat kepada kita agar jangan sampai mati kecuali dalam keadaan muslim (berserah diri).   Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kalian mati melainkan kalian mati dalam keadaan Islam. (Ali Imran: 102)

 

Dengan demikian berarti kita harus selalu meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita, sehingga ketika datang kematian kita dalam keadaan Islam.
Ibnu Katsir berkata: “Beribadah kepada Allah adalah dengan taat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Inilah agama Islam karena makna Islam adalah pasrah dan menyerah diri kepada Allah… yang tentunya mengandung setinggi-tingginya keterikatan, perendahan diri dan ketundukan”. (lihat Fathul Majid, Abdur Rahman bin Hasan Alu Syaih hal 14) Yakni kita diperintahkan untuk pasrah dan menyerah kepada Allah. Diri kita dan seluruh anggota badan kita adalah milik Allah, maka serahkanlah kepada-Nya.

 

“Ya Allah kami hamba-Mu, milik-Mu, Engkau yang menciptakan kami dan memberikan segala kebutuhan kami. Kami menyerahkan diri kami kepada-Mu, kami pasrah dan menyerah untuk diatur, dihukumi, diperintah dan dilarang. Kami taat, tunduk, patuh karena kami adalah milikmu.”

 

Inilah makna Islam sebagaimana terkandung secara makna dalam sayyidul istighfar:

Ya Allah Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada ilah (yang patut disembah) kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku di atas janjiku kepada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang aku perbuat. Aku mengakui untuk-Mu dengan kenikmatan-Mu atasku. Dan aku mengakui dosa-dosaku terhadap-Mu, maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. (HR. Bukhari, juz 7/150)

 

Tidaklah seseorang meminta ampun kepada Allah dengan doa ini kecuali akan diampuni.
Dengan ikrar dan pernyataan kita tersebut, kita sadar bahwa semua anggota badan kita adalah milik Allah. Untuk itu harus digunakan sesuai dengan kehendak pemiliknya. Kita harus menggunakan tangan kita sesuai dengan kehendak Allah. Kita harus menggunakan kaki kita untuk berjalan di jalan yang diridhai Allah. Mata, lisan dan telinga kita harus dipakai pada apa yang dibolehkan oleh Allah karena pada hakekatnya semua itu milik Allah.

 

Siapakah yang lebih jahat dari orang yang menggunakan sesuatu milik Allah untuk menentang Allah? Sungguh semua itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan akan ditanyakan langsung pada anggota badan tersebut. Mereka (anggota badan tersebut) akan menjawab dengan jujur di hadapan Allah untuk apa mereka digunakan.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. (al-Isra’: 36)

 

Kematian sebagai peringatan

Ayat-ayat dalam alQur`an yang menceritakan tentang kematian terlalu banyak. Dan tidak ada seorang pun yang mengingkari akan terjadinya kematian ini. Namun mengapa kebanyakan mereka tidak menjadikan kematian sebagai peringatan agar bersiap-siap menuju kehidupan abadi dengan kebahagiaan di dalam surga. Sesungguhnya manusia yang paling bodoh adalah manusia yang tidak dapat menjadikan kematian sebagai peringatan. Dikatakan dalam sebuah nasehat:

 

Barangsiapa yang menginginkan pelindung, maka Allah cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan teladan, maka Rasulullah cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan pedoman hidup, maka al-Qur`an cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan peringatan maka kematian cukup baginya.
Dan barangsiapa tidak cukup dengan semua itu, maka neraka cukup baginya.

 

Saat ini wahai kaum muslimin, kita masih mempunyai peluang dan kesempatan, maka sekarang juga kita harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk taat kepada rabb kita.   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:   Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia lalai daripadanya: nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan. (HR. Bukhari)

 

Kesempatan adalah suatu kenikmatan besar yang Allah berikan kepada manusia. Namun sayang, kebanyakan manusia lalai daripadanya dan tidak menggunakan kenikmatan tersebut untuk taat kepada Allah, hingga kesempatan itu hilang dengan datangnya kematian.

 

wedhakencana.blogspot.com

Sumber:
(Dikutip dengan beberapa peringkasan tanpa merubah makna, dari buletin Manhaj Salaf, Edisi: 55/Th. II, tgl 21 Shafar 1426 H, penulis Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed)

Aku Alim Dia Playboy (Dua)

FIRST LOVE
Hubunganku dengan Bagus terus berlanjut. Tak pernah ada kata cinta, tetapi bagiku dia adalah segalanya. Bila tak bertemu hati teramat rindu. Bila dia sekali saja tak terlihat di sekolah gelisah menyelubungi dadaku.
Nama Sella selalu mengawang di kepalaku, tetapi kucoba untuk membenamkannya. Tidak, Bagus mencintaiku, bukan Sella, begitu terus kata hatiku. Dia begitu menyenangkan dan pintar. Selalu tahu apapun yang membuatku senang. Suatu saat pasti dia akan menyatakan cinta, aku harus sabar saja.
Kadang ingin menanyakan soal Sella kepadanya, tetapi aku urungkan. Dia terlalu baik untuk dicurigai begitu. Alangkah bodohnya kalau aku sampai berburuk sangka kepadanya. Dia selalu manis, dan perhatian, tak mungkin kalau dia memiliki pacar bernama Sella itu.
Kebetulan sejak kecil aku suka badminton. Oleh ibuku aku dimasukkan ke sebuah club badminton. Aku badminton seminggu dua kali yaitu hari Rabu dan Jumat. Club itu berisikan anak-anak dan remaja dari seluruh penjuru kota. Aku tidak mengenal semuanya.
Entah mengapa suatu hari, sambil menunggu tutor, aku mengobrol dengan seorang gadis cantik. Gadis itu dari SMA Pertiwi bernama Sella. Entah itu suatu kebetulan atau memang tangan Tuhan sedang bekerja untukku aku tak tahu.
Tetapi aku bukan tipe gadis yang emosian. Aku tak tahu gadis cantik ini siapa. Mungkin saja dia yang sering bersama Bagus, mungkin saja bukan, aku tak tahu. Sejak perkenalan itu aku sering mengobrol dengannya. Sella seringkali terlihat murung. Memandangi foto yang ada di dalam dompetnya.
Karena ingin tahu, aku melirik dompet itu, namun foto itu tidak terlihat, karena Della segera menutupnya. Waktu Sella main dengan member lain, iseng aku membuka dompet itu. Dan di dalam dompet itu ada foto Sella bersama Bagus.
Jantungku seperti berhenti berdenyut, tetapi aku menahan diri supaya tidak emosi. Toh aku bukan siapa-siapanya Bagus. Bahkan fotonya pun aku tak punya.
Lalu aku pamitan kepada tutor bahwa aku sakit, kepalaku pusing dan sakit sekali. Aku diijinkan pulang duluan, dan sesampai di rumah aku masuk kamar dan menangis sejadi-jadinya. Berarti benar, Sella temanku di club itu adalah kekasih Bagus. Aku sedih sekali. Namun begitu aku tak menanyakan hal itu kepada Bagus.
Kami masih sering bersama mengerjakan PR. Kami masih berdua di kelas sambil bercerita. Tak ada yang berubah. Dan aku mencoba menegaskan pada diriku sendiri bahwa Bagus hanya ingin berteman denganku dan dia tak ingin menjadi kekasihku. Buktinya ada Sella di sisi hidupnya yang lain.
Hidup terus berjalan. Di club, aku juga masih bertemu Sella. Namun gadis itu telah berubah. Tubuhnya membesar dan sedikit gemuk. Aku tidak curiga sama sekali, sampai suatu hari aku menemuinya di toilet sedang menangis.
"Sella, kamu baik-baik saja?" tanyaku.
Dia terus saja menangis. Lalu dia memelukku dengan erat sambil terus tersedu-sedu. Aku membiarkannya menangis.
"Aku diputus secara sepihak sama pacarku," katanya.
Aku diam saja dan tetap memeluknya. Tangisnya terus menjadi-jadi. Aku berusaha menenangkannya.
"Bagaimana kalau orang tuaku tahu, mereka pasti sangat marah..."
"Patah hati adalah hal yang biasa, mereka pasti mengerti," kataku.
"Tapi aku hamil Shakila, dan Bagus tak mau bertanggungjawab, dia malah menghindariku terus," katanya.
Jantungku seperti berhenti berdetak. Kepalaku seperti berputar-putar. Aku peluk Sella rapat-rapat. Dan hatiku seperti mendidih. Orang yang begitu aku cintai ternyata moralnya bejad. Aku terus berusaha menenangkan diri agar tidak emosi.
Esoknya aku tak menemui Sella lagi di Club, kata pengurus, Sella pindah sekolah ke Jakarta. Aku menelan perasaan campur aduk, antara kasihan, dan sedih mengingat Sella. Selain itu hatiku juga sakit mengingat kelakuan Bagus yang begitu menjijikkan. (Bersambung)
Seperti diceritakan oleh Shakila.

Sunday, January 27, 2013

Menaklukkan Buaya Dengan Tangan Kosong

Assalamu'alaikum wr. wrb sahabat semua...

Sebuah karomah yang sangat luar biasa diberikan kepada Syekh Ibrahim Dasuqi yang terkenal sebagai ahli ibadah dari Mesir. Beliau mampu menaklukkan buaya hanya dengan tangan kosong.
Bagaiman kisahnya.

Buaya

Kisahnya.
Syekh Ibrahim Dasuqi sejak anak-anak sudah nampak kewalian pada dirinya. Ketika beliau kecil, sudha menjadi ahli ibadah hingga tumbuh menjadi orang yang saleh. Beliau juga memiliki kerajinan yang tinggi hingga mengalahkan teman-temannya serta mewarisi sifat terpuji dari kakeknya.

Budi pekertinya luhur, sopan dan santun, disiplin ilmu dengan belajar ke berbagai ulam yang berada di kampungnya. Menekuni ilmu agama, fiqih Syafi'i dipelajarinya serta ilmu tasawuf.

Membunuh Buaya Dengan Tangan Kosong.
Diantara karomah Imam Dasuqi ini adalah mampu menaklukkan buaya yang ganas dengan tangan kosong.
Dikisahkan oleh Imam Munawi bahwa pada suatu hari ada seekor buaya telah menelan seorang anak di sungai nil. Maka, si ibu datang kepada Syekh Imam Ibrahim Dasuqi dengan mengangis tersedusedu tiada henti.

Setelah ibu itu menceritakan kejadian yang sebenarnya, maka Syekh menyuruh muridnya untuk memanggil buaya yang memakan anak ibu tersebut.

Maka datanglah muridnya ke sungai nil dan berseru,
"Wahai sekalian buaya, siapa diantar kalian yang memakan seorang anak maka hendaklah muncul ke permukaan dan segera menghadap Syekh."

Muncullah si buaya yang memakan anak tersebut.
Kemudian buaya mengikuti murid Syekh untuk menemui Syekh Dasuqi.
Setibanya di tempat, Syekh menyuruh buaya itu untuk memuntahkan anak yang dimakannya. Ajaib, anak keluar dari mulut buaya dalam keadaan hidup.

Beberapa saat kemudian Syekh berkata,
"Matilah kamu dengan izin Allah SWT."
Tak lama kemudian, buaya itupun mati.

Syekh Ibrahim Dasuqi ini hidup hanya 43 tahun saja, namun mampu memberikan, mengisi kehidupan dengan hal-hal yang berguna untuk dirinya sendiri serta umat Islam.
Syekh Ibrahim wafat pada 676 H.

Aku Alim Dia Playboy (Satu)

FIRST LOVE
Aku dibesarkan dalam keluarga yang alim. Secara materi, hidup kami berlebih. Aku anak kedua yang sangat disayang oleh Ayah. Dan ayahku adalah seoarng alim ulama terkenal di wilayah itu. Tetapi kehidupan indah itu, tak seperti nasib cintaku.
Aku menyukai tipe laki-laki yang pintar. Dan di sekolahku waktu itu, sebuah SMP Negeri favorit di kotaku, adalah seorang siswa bernama Bagus. Seperti namanya, dia ganteng. Dan kelebihannya yang lain adalah pintar dan pandai bergaul.
Keberadaan Bagus di sekolahku itu, merupakan keindahan baru bagi hidupku. Menimbulkan semangat belajar yang luar biasa dan membuat hidupku menjadi berwarna. Itulah kali pertama aku jatuh cinta.
Aku gadis berkerudung yang tumbuh dalam suasana Islami. Saudara-saudaraku (semua perempuan) juga berkerudung. Kami pandai mengaji dan rajin mengerjakan shalat. Dan kami menjalani kehidupan sehari-hari dengan cara yang Islami.
Jatuh cinta adalah sesuatu yang alamiah, tetapi karena keluargaku penganut Islam kolot, aku hanya menyimpannya dalam hati. Aku juga mulai menyelidik, siapakah sebenarnya Bagus itu. Kebetulan sahabat sebangkuku Ratih, adalah tetangganya.
Bagus berasal dari keluarga biasa saja. Ayahnya karyawan swasta dan ibunya, ibu rumah tangga. Bagus anak bungsu, dan kakak-kakaknya tergolong pintar-pintar karena rata-rata kuliah di Universitas Negeri. Kata Ratih, kelaurga Bagus, keluarga Islam abangan.
Lalu bagaimana Bagus menanggapi perasaanku? Kupikir Bagus adalah pria yang menarik. Banyak yang jatuh cinta kepadanya. Dan dia tahu bila aku menyukainya. Ketika jam istirahat, Bagus sering duduk di sebelahku, terutama bila Ratih keluar kelas. Bagus mengajakku mengobrol apa saja, memuji tasku atau barang milikku lainnya. Dia begitu manis.
Syukurlah kalau kemudian kami diterima di SMA yang sama. Biarpun tidak satu kelas, Bagus rajin menemuiku di kelasku. Kami menjadi sangat akrab, dan aku benar-benar jatuh cinta kepadanya.
Semakin bertambah umur, Bagus semakin pandai memperlakukan aku. Saat pulang sekolah, dia membantu membawakan buku-buku yang berat, membuatkan aku PR, dan dia mau ke rumahku untuk mengajariku Matematika karena aku kurang bisa di mata pelajaran itu, lain-lain. Aku mencintainya, dan dia tahu hal itu, dia menghargai perasaanku dengan memperlakukanku sebagai ratu.
Dalam kebersamaan itu, seringkali aku merasa bahwa Bagus memiliki kekasih lain. Itu karena dia tak pernah membicarakan soal cinta kepadaku. Care but not about love. Biarpun Ratih tidak satu sekolah lagi denganku, kami masih saling kontak. Dan Ratih juga masih suka menginap di rumahku. Dia menanyakan hubunganku dengan Bagus, karena dia tahu kalau aku menyukai Bagus.
"Kami hanya bersahabat, dan dia care banget kepadaku," kataku. "Bagus dekat dengan Sella, SMA Pertiwi," kata Ratih.
Karena pernyataanku itulah kemudian Ratih menceritakan tentang seorang gadis cantik yang seringkali main ke rumah Bagus. Menurut Ratih gadis itu pasti menyukai Bagus. Mereka sering berboncengan keluar dari rumah itu. Dan api cemburu membara di kepalaku. (Bersambung)
Seperti diceritakan oleh Shakila

HUKUM KODOK DAN KEPETING



Durö Böy
Assalamialaikum

Hukumnya Makan kepiting + ibarotnya monggo matur nuwun...,!! — 


  •  jawaban
Kakek Jhosy II
  • فرع) يحرم الضفدع و السرطان و السلحفاة على الراجيح. و الله اعلم
Di haramkan katak, kepiting dan kura-kura menurut qoal yang rojeh
  • (kifayatul ahyar 2/235)

  • المغني في فقه الإمام أحمد بن حنبل الشيباني ج 11 ص 83 قال أحمد السرطان لا بأس به قيل له يذبح ؟ قال لا وذلك لأن مقصود الذبح إنما هو إخراج الدم منه وتطييب اللحم بإزالته عنه فما لا دم فيه لا حاجة إلى ذبحه
Imam ahmad Kepiting boleh ,lalu di katakan kepadanya :Apakah di sembelih ?Beliau menjawab :Tidak , karena maksud pemotongan adalah mengeluarkan darah dan melezatkan daging . Selama kepiting tidak memiliki darah , tidak perlu dipotong

___________

NBImam Muhibbud din Thobari Ular ,kalajengking , kepiting kura kura adalah haram karena jember dan racunnya yang membahayakan

  • Refrensi
تحفة الأحوذي - المباركفوري - ج ١ - الصفحة ١٨٩أفتى به المحب الطبري والثعبان والعقرب والسرطان والسلحفاة للاستخباث والضرر اللاحق من السم النوع الثاني ما لم يرد فيه مانع فيحل أكله بشرط التذكية كالبط وطير الماء انتهى كلام

  • Referensi
نيل الأوطار - الشوكاني - ج ٩ - الصفحة ٢٨أن الضفدع نوعان: بري وبحري، ومن المستثنى التمساح والقرش والثعبان والعقرب والسرطان والسلحفاة للاستخباث والضرر اللاحق من السم

  • Referensi
الفقه الإسلامي وأدلته للدكتور. وهبة الزحيلي /ج3,ص679

يوجد الحيوان البر مائي وهو الذي يعيش في البر والبحر معاً,كالضفدع والسلحفاة والسرطان,والحية والتمساح وكلب الماء ونحوها,وفيه آراء ثلاثة

أولاً: الحنفية والشافعية: لا يجوز أكلها,لأنها من الخبائث,وللسمية في الحية,ولأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن قتل الضفدع ولو حل أكله,لم ينه عن قتله.

ثانيا:المالكية: يباح أكل الحشرات والضفادع والسرطان والسلحفاة,إذ لم يرد نص في تحريمها,وتحريم الخبائث:وهو ما نص عليه الشرع,فلا يحرم ما تستخبثه النفوس مما لم يرد فيه نص.

ثالثا:الحنابلة: وقد فصَّل الحنابلة المسألة فقالوا:كل ما يعيش في البر من دواب البحر لا يحل بغير ذكاة كطير الماء والسلحفاة وكلب الماء إلا ما لا دم فيه كالسرطان,فإنه يباح في رأي أحمد بغير ذكاة, لأنه حيوان بحري يعيش في البر,وليس له دم سائل,فلا حاجة إلى ذبحه,خلافاً لما له دم,لا يباح بغير ذبح كالطير, والأصح أن السرطان لا يحل إلا بالذكاة.

ولا يباح أكل الضفدع لأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن قتله فيدل ذلك على تحريمه.كمل لا يباح أكل التمساح



  • Kakek Jhosy II
Macam yang kedua dari binatang yang haram di makan dagingnya adalah binatang yang hidup di air dan juga yang hidup di darat… sampai pada ucapan mushanif: Asy syeikh Abu hamid dan Imam Haramaini menghitung katak dan kepiting dalam macam ini menurut mazhab yang benar yang telah di tetapkan, dan jumhur ulama’ telah memutuskan pendapat ini. Dalam pendapat-pendapat yang mengenai hal ini ada pendapat yang lemah mengatakan kodok dan kepiting itu hukumnya halal.

Referensi
  • Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab juz 9 halaman 32
اَلضَّرْبُ الثَّا نِى مَايَعِيْشُ فِى اْلمَاءِ وَفِى اْلبَرِّ اَيْضًا... اِلَى اَنْ قَالَ: وَعَدَّ الشَيْخُ أَبُوْ حَامِدٍ وَاِمَامُ الْحَرَمَيْنِ فِى هَذَا الَضَّرْبِا اَلضِّفْدَعَ وَالسَّرْطَانَ وَهُمَا مُحَرَّمَانِ عَلَى اْلمَذْ هَبِ اَلصَّحِيْحِ الْمَنْصُوْصِ وَبِهِ قَطَعَ اْلجُمْهُوْرُ. وَفِيْهَاقَوْلٌ ضَعِيْفٌ اَنَّهُمَا حَلاَلٌ

  • Link asal

Saturday, January 26, 2013

Jagalah Taubat ! Tinggalkan Lingkungan Pergaulan Yang Lalu !

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Dahulu ada seorang laki-laki sebelum kalian yang telah membunuh 99 nyawa. Dia bertanya tentang orang yang paling berilmu di atas permukaan bumi. Lalu ditunjukkanlah seorang rahib (ahli ibadah). Kemudian ia pun datang kepada sang rahib seraya mengatakan bahwa dirinya telah membunuh 99 nyawa. Apakah masih ada taubat baginya? “tidak ada!!”, tukas si rahib. Maka orang itu membunuh si rahib dan menyempurnakan (bilangan 99) dengan membunuh si rahib menjadi 100 nyawa. Kemudian ia bertanya lagi tentang orang yang paling berilmu di atas pemukaan bumi. Lalu ditunjukkan seorang yang berilmu (ulama’) seraya menyatakan bahwa dirinya telah membunuh 100 nyawa, apakah masih ada taubat baginya. Orang yang berilmu itu menyatakan bahwa siapakah yang menghalangi antara dirinya dengan taubat? “Berangkatlah engkau ke negeri demikian dan demikian, karena disana ada sekelompok manusia yang menyembah Allah -Ta’ala- . Maka sembahlah Allah bersama mereka, dan janganlah engkau kembali kembali ke kampungmu, karena ia adalah kampung yang jelek”, kata orang yang beilmu itu. 

 

 

 

Orang itu pun berangkat sampai di tengah perjalanan, ia di datangi oleh kematian. Maka para malaikat rahmat, dan malaikat adzab (siksa) pun bertengkar tentang orang itu. Malaikat rahmat berkata, “Dia (bekas pembunuh) ini telah datang dalam keadaan bertaubat lagi menghadapkan hatinya kepada Allah -Ta’ala-”. Malaikat adzab berkata, “Orang ini sama sekali belum mengamalkan suatu kebaikan”. Lalu mereka (para malaikat itu) pun didatangi oleh seorang malaikat dalam bentuk seorang manusia. Mereka (para malaikat) pun menjadikannya sebagai hakim. Malaikat (yang menjadi hakim) berkata, “Ukurlah antara dua tempat itu; kemana saja laki-laki lebih itu dekat, maka berarti ia kesitu”. Mereka mengukurnya; ternyata laki-laki itu lebih dekat ke negeri yang ia inginkan. Akhirnya malaikat rahmat menggenggam (ruh)nya”.
[HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Anbiyaa', bab: Am Hasibta anna Ashhaba Kahfi war Roqim (3283), Muslim dalam Kitab At-Taubah, bab: Qobul Taubah Al-Qotil Wa in Katsuro qotluh (2766), Ibnu Majah dalam Kitab Ad-Diyat, bab: Hal li Qotil Al-Mu'min Taubah (2622)]

 

Hadits ini adalah hadits yang shohih dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika beliau menceritakan sebagian diantara berita-berita gaib orang-orang Bani Isra’il. Berita ini beliau terima melalui wahyu dari Allah, bukan dari kitab Taurat, atau Injil.

 

Di dalam hadits ini terdapat bimbingan bagi kita agar seorang ketika ingin bertaubat, maka hendaknya ia meninggalkan lingkungannya bahkan kampung halamannya yang penuh dengan maksiat atau kekafiran, karena dikhawatirkan ia akan kembali kepada kebiasaannya berupa maksiat atau kekafiran yang pernah ia lakukan dahulu sebelum taubat. Selain itu, teman juga punya pengaruh besar dalam mengembalikan seseorang ke lembah maksiat. Berapa banyak manusia yang dahulu mau bertaubat, bahkan sudah bertaubat dari kebiasaannya, seperti zina, khomer, dan lainnya. Namun beberapa saat kemudian ia kembali lagi kepada kebiasaannya yang buruk tersebut. Oleh karena itu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Seorang itu berada di atas jalan hidup (kebiasaan) temannya. Lantaran itu, hendaknya seseorang diantara kalian memperhatikan orang yang ia temani”.  [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4833), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2378). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah (927)]

 

Abu Hamid-rahimahullah- berkata, “Menemani orang yang bersemangat akan membangkitkan semangat. Menemani orang yang zuhud akan membuat kita zuhud terhadap dunia, karena tabiat manusia tercipta untuk selalu menyerupai dan meneladani orang”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy bi Syarh Jami' At-Tirmidziy (7/42), cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah]

 

Jadi, seorang yang mau bertaubat, atau sudah bertaubat, namun ia masih tetap bergaul dan bersahabat dengan teman-teman lamanya dari kalangan ahli maksiat (yang sering berbuat buruk dan tercela), maka yakin bahwa orang itu tak bisa bertaubat dengan benar. Kalaupun ia bisa bertaubat, maka taubatnya tak akan nashuha (murni).

 

Al-Hafizh Abul Fadhl Ibnu Hajar Al-Asqolaniy-rahimahullah- berkata ketika mengomentari hadits pembunuh 100 nyawa di atas, “Di dalam hadits ini terdapat keutamaan berpindah dari kampung (lingkungan) yang sebelumnya ia sering berperilaku buruk (maksiat) di dalamnya, karena sesuai dengan pengalaman, orang seperti ini akan terkalahkan (terpengaruh), entah karena ia teringat dengan perbuatan-perbuatannya yang lalu sebelum ia taubat, dan terpengaruh dengannya, atau entah karena ada orang yang menolongnya kepada maksiat, dan mendorongnya kepada hal itu. Oleh karena ini, pada akhir hadits beliau bersabda, “…dan janganlah engkau kembali ke kampungmu, karena ia adalah kampung yang jelek”. Jadi, di dalamnya terdapat isyarat bahwa seorang yang mau bertaubat seyogyanya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lamanya yang telah biasa ia lakukan dahulu di masa ia bermaksiat, dan berpindah darinya seluruhnya”. [Lihat Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhoriy (6/517), cet. Darul Ma'rifah]

 

Inilah jalan bagi orang yang mau bertaubat. Seorang yang mau taubat nasuha, ia harus meninggalkan maksiat (segala perbuatan buruk dan tercela), menyesali maksiatnya di masa lalu, dan bertekad kuat untuk tidak kembali lagi kepada perbuatan masalalunya yang buruk. Jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia kembalikan, dan meminta maaf kepadanya. [Lihat Riyadhus Sholihinmin Kalam Sayyid Al-Mursalin (hal. 17), karya An-Nawawiy -rahimahullah-]

 

Taubat nashuha (taubat yang murni dan sungguh-sungguh) tak mungkin akan tercapai dan berkelanjutan, kecuali jika seseorang tak mau meninggalkan lingkungannya yang rusak, lalu mencari lingkungan yang jauh dari perkara-perkara yang mendorong dirinya terjatuh dalam maksiat. Oleh karena itu, seorang dianjurkan untuk berangkat mencari lingkungan orang-orang beriman, dan beramal sholeh yang terhiasi oleh cahaya ilmu. Sehingga ia bisa mendapatkan teman dari kalangan orang sholeh, dan berilmu yang membantu dirinya untuk selalu taat, dan tegar dalam meninggalkan maksiat.

 

Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilaliy -hafizhahullah- berkata saat memetik beberapa buah faedah hadits di atas, “(Di dalam hadits ini terkandung beberapa faedah, di antaranya,) disyari’atkan berpindah dari kampung yang ia bermaksiat kepada Allah di dalamnya menuju kepada negeri yang Allah tidak dimaksiati di dalamnya, atau penduduknya lebih sedikit kejelekannya dibandingkan yang pertama. Seyogyanya bagi orang yang bertaubat agar ia meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang ia biasa kerjakan di masa ia senang bermaksiat, dan berubah, serta menyibukkan diri dengan selainnya. Menemani orang yang berilmu agama, bertaqwa, dan sholeh akan sangat membantu untuk taat kepada Allah, dan mengekang setan. Bersabarnya seseorang dalam usaha mencari orang-orang yang sholeh merupakan dalil (tanda) yang menunjukkan tentang benarnya kemauan seseorang dalam bertaubat kepada Allah”. [Lihat Bahjah An-Nazhirin (1/62), cet. Dar Ibnul Jauziy, 1422 H]

 

Jadi, seseorang yang jujur taubatnya akan nampak pada dirinya tanda-tanda perubahan, dan usaha untuk berubah. Oleh karena itu, seorang tak mungkin akan dikatakan jujur bertaubat, jika ia masih dalam kebiasaannya bermaksiat, dan tidak ada usaha pada dirinya untuk meninggalkan teman-temannya lamanya yang menjerumuskan dirinya dalam lembah maksiat. Seorang tak cukup hanya mengucapkan, “Astaghfirullah” (Aku memohon ampunan dosa kepada), lalu tak ada perubahan pada dirinya untuk baik, dan tak mau meninggalkan teman-teman lamanya.

 

Terakhir kami nasihatkan dengan firman Allah -Ta’ala- ,  “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. An-Nuur: 31).

 

wedhakencana.blogspot.com

Sumber:
(Diringkas dari sumber aslinya : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 81 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. )