Sunday, March 31, 2013

Sabar Membawa Keberhasilan

Sabar adalah akhlak yang sangat mulia. Ia menjadi hiasan para nabi untuk menghadapi berbagai tantangan dakwah yang menghadang. Berhias diri dengan sabar hanyalah akan membuahkan kebaikan.

 

“Bersabarlah!”
Demikian perintah Allah terhadap Rasul-Nya Muhammad di dalam Al Qur`an. Hal ini menunjukkan betapa besar kedudukan sabar kaitannya dengan keimanan kepada Allah dan kaitannya dengan perwujudan iman tersebut dalam kehidupan dan terlebih sebagai pemikul amanat dakwah. Tentu jika Anda menyambut seruan tersebut niscaya Anda akan berhasil sebagaimana berhasilnya Rasulullah, keberhasilan di dunia dan di akhirat.

Allah berfirman:   “Maka bersabarlah kamu sebagaimana bersabarnya orang-orang yang memiliki keteguhan dari para rasul.” (Al-Ahqaf: 35)

 

Sabarnya Ulul ‘Azmi
Siapakah yang dimaksud oleh Allah dengan ulul ‘azmi yang kita diperintahkan untuk mencontohnya?


1.  Nabi Nuh sebagai rasul yang pertama kali diutus ke muka bumi ini adalah salah satu dari ulul ‘azmi. Beliau diutus kepada kaum yang pertama kali menumbuhkan akar kesyirikan di muka bumi. Tahukah Anda bagaimana besar tantangan yang dihadapi? Coba Anda renungkan ketika seseorang ingin mencabut sebuah pohon yang sangat besar yang akarnya telah menjalar ke segala penjuru, sungguh betapa berat pengorbanannya. Allah sendiri telah memberitahukan kepada kita dengan firman-Nya:

“Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap para nabi seorang musuh berupa setan baik dari kalangan manusia maupun jin.” (Al-An’am: 112)
Yang pertama kali dari sederetan kaumnya yang menghadang dakwah beliau adalah keluarga yang paling dekat: anak dan isterinya. Dengan perjuangan yang panjang dan berat, beliau dengan kesabaran bisa meraih kemenangan di dunia dan di akhirat. Allah mengatakan tentang beliau:
  “Sesungguhnya dia adalah hamba-Ku yang bersyukur.” (Al-Isra`: 3)


2.  Nabi Ibrahim sebagai bapak orang-orang yang bertauhid juga merupakan salah satu ulul ‘azmi. Mendobrak keangkaramurkaan yang dilakukan oleh bapaknya sendiri dan kaumnya yang dipimpin oleh seorang raja yang dzalim. Bagaimanakah perasaan Anda jika Anda diusir dari belaian kasih sayang dan perlindungan bapak Anda? Bapaknya yang Allah jadikan sebagai penghadang dakwah beliau, berada di bawah cengkeraman raja yang mengaku diri sebagai tuhan. Dia harus menelan pil pahit angkara murka kaumnya yang dengan tega melempar Nabi Ibrahim ke dalam kobaran api yang sangat dahsyat. Namun apa yang bisa mereka perbuat terhadap jasad beliau? Sia-sialah perbuatan mereka.  Di sisi lain beliau harus juga menerima ujian yang lebih pahit yaitu amanat dari Allah untuk menyembelih putra yang disayangi dan diharapkan sebagai calon penerusnya. Bisakah Anda membayangkan hal yang demikian itu? Kesabaranlah yang menyelamatkan dari semua ujian dan cobaan yang menimpa beliau.


3 & 4.  Nabi Musa dan ‘Isa adalah dua rasul yang diutus kepada Bani Isra`il dan sekaligus sebagai ulul ‘azmi. Tantangan yang dihadapi beliau berdua, tentu tidak jauh berbeda dengan para pendahulunya dari kalangan para rasul Allah. Siapa yang tidak mengenal Fir’aun si raja kufur yang menobatkan dirinya sebagai Rabb semesta alam, raja tak berperikemanusiaan yang membunuh anak-anak yang menurutnya akan bisa menggoyahkan tahta kekuasaannya? Kesabaranlah yang menjadi kuncinya sehingga beliau berdua dibebaskan dari segala bentuk tantangan dan ujian yang sangat dahsyat.


5.  Nabi Muhammad sebagai nabi penutup dan imam para rasul juga termasuk salah satu dari ulul ‘azmi. Beliau diutus kepada semua umat yang berada di atas dekadensi moral, kejahiliyahan dan keberingasan. Tentu tantangan yang beliau hadapi tidak kalah hebat dengan para rasul pendahulu beliau. Para rasul pendahulu beliau hanya diutus kepada kaum tertentu sedangkan beliau diutus kepada seluruh umat. Ini menggambarkan betapa besar tantangan yang beliau harus hadapi. Allah menjadikan keluarganya yang dekat sebagai penjegal perjalanan dakwah beliau. Mereka tidak berbeda dengan kaum sebelumnya dalam memusuhi para rasul Allah. Kesabaranlah yang menjadi kunci semua perjuangan beliau.


Anda pasti menginginkan keberhasilan dalam setiap usaha yang Anda lakukan. Maka dari itu jadikanlah seluruh para Nabi dan Rasul Allah sebagai suri teladan Anda dalam kesabaran sehingga Anda akan mendapatkan keberhasilan seperti apa yang mereka telah dapatkan.


Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t mengatakan di dalam tafsir beliau: “Adapun orang yang Allah telah berikan taufiq untuk bersabar ketika ditimpa ujian, sehingga dia menahan dirinya untuk tidak benci terhadap ketentuan tersebut baik dengan ucapan dan perbuatan dan berharap pahala dari Allah, dan dia mengetahui bahwa apa yang dia dapatkan dari pahala karena kesabaran tersebut atas musibah yang menimpanya, bahkan baginya ujian itu menjadi nikmat karena telah menjadi jalan terwujudnya sesuatu yang lebih baik, maka sungguh dia telah melaksanakan perintah Allah dan berhasil meraih ganjaran yang besar dari sisi-Nya.”

 

Macam-macam Sabar dan Keutamaannya
Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Madarijus Salikin (2/156) berkata: “Sabar ada tiga macam yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menahan diri dari bermaksiat kepada Allah dan sabar dalam menghadapi ujian.”

 
Al-Imam Al-Qurthubi dalam tafsir beliau menukilkan ucapan Sahl bin Abdillah At-Tasturi: “Sabar ada dua macam yaitu sabar dari bermaksiat kepada Allah maka ini adalah seorang mujahid; dan sabar dalam ketaatan kepada Allah ini yang dinamakan ahli ibadah.”


Ibnul Qayyim di dalam kitab beliau Madarijus Salikin (2/155) mengatakan: “Sabar dalam keimanan bagaikan kepala pada jasad; dan tidak ada keimanan tanpa sabar sebagaimana jasad tidak akan berfungsi tanpa kepala.”

 
‘Umar bin Al-Khaththab berkata: “Kami menjumpai kebaikan hidup ada bersama kesabaran.”


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Kepemimpinan dalam agama akan didapati dengan yakin dan sabar.” 

 

Allah berfirman:  “Dan Kami jadikan dari mereka sebagai pemimpin yang berjalan di atas perintah Kami ketika mereka bersabar dan mereka yakin kepada ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah: 24)


Rasulullah bersabda: “Tidak ada satupun pemberian kepada seseorang yang lebih baik daripada sabar.” (Shahih, HR. Muslim).
Beliau bersabda pula:
  “Sabar adalah cahaya.” (Shahih, HR. Muslim)
Allah berfirman:
  “Dan Kami benar-benar akan membalas mereka yang bersabar dengan balasan yang lebih baik daripada apa yang mereka telah lakukan.” (An-Nahl: 96)


Wallahu a’lam.


Cahaya Menuju Surga
wedhakencana .blogspot.com


Sumber: (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah)

SHALAT DENGAN KEADAAN TELANJANG DAN GELAP


Assalamualaikum wr wb
mau Tanya bagaimana hukumnya shalat dengan keadaan dan waktu gelap

JAWABAN
Dan) syarat sah shalat yang kedua adalah (menutupi) warna kulit dari (aurat) ketika memungkinkan meski sendirian atau pun shalat dikerjakan di dalam kegelapan. Jika seorang itu tidak mampu menutupi auratnya ketika hendak shalat hendaknya dia tetap shalat meski dalam kondisi telanjang. Ruku dan sujud ketika shalat dalam kondisi telanjang tidaklah dilakukan dengan isyarat namun dikerjakan secara sempurna sebagaimana dalam kondisi normal. Shalat yang dikerjakan dalam kondisi telanjang karena tidak memungkinkan itu sah sehingga tidak perlu diulangi ketika kondisi normal


Referensi
Fath al Qorib al Mujib hal 13 
و)الثاني (ستر) لون (العورة) عند القدرة ولو كان الشخص خاليا أو في ظلمة فإن عجز عن سترها صلى عاريا ولا يومئ بالركوع والسجود بل يتمهما ولا إعادة عليه.

Referensi
إعانة الطالبين - البكري الدمياطي - ج ١ - الصفحة ١٣٤
قوله: إن قدر إلخ) قيد في اشتراط ستر العورة. (قوله: أما العاجز إلخ) مقابل قوله إن قدر. وصورة العجز أن لا يجد ما يستر به عورته أصلا، أو وجده متنجسا ولم يقدر على ماء يطهره، أو حبس في مكان نجس وليس معه إلا ثوب يفرشه على النجاسة، فيصلي عاريا في هذه الصور الثلاثة ولا إعادة عليه، ولا يلزمه قبول هبة الثوب للمنة على الأصح، ويلزمه قبول عاريته لضعف المنة، فإن لم يقبل لم تصح صلاته لقدرته على الستر، بل يجب عليه سؤال الإعارة ممن ظن منه الرضا بها، ويحرم عليه أخذ ثوب غيره منه قهرا، لكن تصح الصلاة مع الحرمة

MENIKAHI 4 ISTRI


Šyåmš Łõvĕrš
APA HUKUMNYA BER ISTRI 4 PARA USTAD???


JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Menikahi 4 Istri diperbolehkan asal iya mampu berlaku adil

Referensi
Tafsir Al- Manar, Jilid 4 349
ان إباحة تعدد الزوجات مضيق فيها أشد التضييق فهي ضرورة تباح لمن يختاج اليها بشرط الثقة بإقامة العدل والأمن من الجور

Kebolehan berpoligami itu sangat sempit maka karena itu diperbolehkan bagi orang yang memerlukannya dengan syarat orang itu mampu berlaku adil dan dijamin aman dari melakukan perbuatan terlarang.

_ _ _ _ _ _ _

Dalam kitab Al-hawi al-kabiir dijelaskan 
Maka tatkala ketetapan hukum memberi nafaqah istri-istri itu adalah wajib
Maka sesungguhnya ALLAH memperbolehkan menikahi empat orang istri berdasarkan firman allah matsna wa tsulasa wa ruba'
Dan di sunnahkan hanya memiliki satu istri dengan berdasarkan firman Allah " Maka bila kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil maka nikahilah seorang istri saja"
sedangkan ibnu dawud dan golongan dari madzhab (dawud) ad dzhohiriyah bahwa yang lebih utama ialah menyempurnakan empat orang istri sekaligus apabila mampu memenuhi hak-hak istri-istrinya karna nabi tidak mencukupkan (hanya seorang) istri saja.bila tidak mampu (memenuhi hak-hak istri-istrinya) maka baginya di cukupkan seorang istri
Adapun yg lebih utama menurut saya yaitu imam mawardi dalam menanggapi dua madzhab tersebut yaitu pendapat imam syafi'i dan imam dawud adzdhohiri ialah memandang keadaan suami apabila suami itu merasa cukup dengan satu istri maka yg lebih utama ialah suami tersebut tidak nambah istri . dan apabila suami tidak merasa cukup dengan satu istri maka yang lebih utama ialah tidak merasa cukup dengan satu istri karna disebabkan kuatnya syahwat jima'nya dan banyaknya keinginan jima'nya maka yang lebih utama ialah menikah sampai pada apa yg membuatnya merasa cukup dari dua istri atau tiga istri atau bahkan empat istri supaya lebih menjaga matanya dan farjinya.

Referensi
كتاب الحاوى الكبير ـ الماوردى الجزء الحادي عشر ص ٤١٨
فَإِذَا ثَبَتَ أَنَّ نَفَقَاتِ الزَّوْجَاتِ وَاجِبَةٌ فَقَدْ أَبَاحَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ يَنْكِحَ أَرْبَعًا بِقَوْلِهِ : مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ( النِّسَاءِ ٣ ) وَنَدَبَهُ إِلَى الِاقْتِصَارِ عَلَى وَاحِدَةٍ بِقَوْلِهِ : فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً وَذَهَبَ ابْنُ دَاوُدَ وَطَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الظَّاهِرِ إِلَى أَنَّ الْأَوْلَى أَنْ يَسْتَكْمِلَ نِكَاحَ الْأَرْبَعِ إِذَا قَدَرَ عَلَى الْقِيَامِ بِهِنَّ وَلَا يَقْتَصِرَ عَلَى وَاحِدَةٍ ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ ( صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ) لَمْ يَقْتَصِرْ عَلَيْهَا ، وَاسْتَحَبَّ الشَّافِعِيُّ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى وَاحِدَةٍ وَإِنْ أُبِيحَ لَهُ أَكْثَرُ : لِيَأْمَنَ الْجَوْرَ بِالْمَيْلِ إِلَى بَعْضِهِنَّ أَوْ بِالْعَجْزِ عَنْ نَفَقَاتِهِنَّ ، وَأَوْلَى الْمَذْهَبَيْنِ عِنْدِي اعْتِبَارُ حَالِ الزَّوْجِ ؛ فَإِنْ كَانَ مِمَّنْ تُقْنِعُهُ الْوَاحِدَةُ فَالْأَوْلَى أَنْ لَا يَزِيدَ عَلَيْهَا ، وَإِنْ كَانَ مِمَّنْ لَا تُقْنِعُهُ الْوَاحِدَةُ لِقُوَّةِ شَهْوَتِهِ وَكَثْرَةِ جِمَاعِهِ فَالْأَوْلَى أَنْ يَنْتَهِيَ إِلَى الْعَدَدِ الْمُقْنِعِ مِنَ اثْنَتَيْنِ أَوْ ثَلَاثٍ أَوْ أَرْبَعٍ لِيَكُونَ أَكْنَى لِبَصَرِهِ وَأَعَفَّ لِفَرْجِهِ ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ .
Wallohu A'lam Bis shawab

Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/475220209216006/?comment_id=475629219175105&notif_t=like

Luruskan Niat

tentang niat
SenyumkuDakwahku @ REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : H.Ahmad Dzaki,MA

Sesungguhnya setiap pekerjaan itu harus dengan niat. Allah SWT berfirman di dalam hadis Quds: Di akhirat nanti di saat orang-orang berkumpul seluruhnya di padang mahsyar. Pada saat penghisaban, ada tiga orang yang ditanya bergiliran oleh Allah SWT, dan ini disaksikan oleh seluruh umat manusia dari sejak zaman nabi Adam sampai kita umat akhir zaman:

Yang pertama, adalah orang kaya. Ketika ditanya, “Dulu sewaktu di dunia kamu rajin bersedekah, memberi makan fakir dan miskin, untuk apakah engkau lakukan? Orang itu menjawab, ''aku lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Mu ya Allah.''

Allah membantah, kadzabta (kamu dusta), itu semua engkau lakukan karena engkau ingin disebut sebagai seorang yang dermawan.
Giliran pejabat ditanya, “Dulu sewaktu di dunia ketika engkau memangku jabatan di tengah masyarakat, engkau ramah kepada tetangga, suka meringankan urusan tetangga, untuk apakah itu engkau kerjakan?

Orang itu menjawab, “Aku lakukan hanya karena-Mu ya Allah.'' Lantas Allah berkata, kadzabta (kamu dusta). Itu engkau lakukan karena engkau ingin dipandang sebagai pejabat yang baik, ingin disebut-sebut di tengah masyarakat.
Tinggal giliran orang alim.  Ketika ditanya kenapa kamu ingin menjadi orang alim? Itu aku lakukan karena aku ingin faham agama, ingin menyampaikannya kepada orang lain.
Allah berkata, kadzabta (kamu dusta). Itu engkau lakukan karena engkau ingin  dipandang sebagai orang alim, agar engkau dihormati dan disanjung orang lain. Kamu bertiga, semuanya masuk ke dalam neraka!

Kisah dari hadits qudsi diatas , memberikan pelajaran kepada kita semua untuk meluruskan niat dalam setiap jabatan (amanah) yang kita emban dan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Jangan ada sedikitpun niat buruk apalagi sampai merugikan orang banyak dalam pekerjaan kita, hendaknya pekerjaan yang kita lakukan dilandasi dengan niat ikhlas lillahi ta’ala.

Kalau Anda seorang petani, ikhlaslah dalam bekerja mengelola dan menggarap sawah. Insya Allah itu akan bernilai ibadah di sisi Allah swt.

Kalau Anda seorang guru, ikhlaslah dalam mendidik dan mengajarkan murid-murid Anda, insya Allah akan menghantarkan Anda mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

Kalau Anda seorang pejabat, bekerjalah dengan ikhlas, Anda bisa beramal sholeh dengan jabatan anda,
Permudah urusan rakyat jangan mempersulit, itu juga insya allah akan menjadi amal soleh anda.

Kalau Anda seorang ulama, sebarkanlah ilmu agama, ajarilah masyarakat akan pengetahuan agama, ramaikan pengajian-pengajian dengan menyebarkan ilmu agama, insya allah itu akan membawa anda mendapatkan rahmat dari Allah swt.

Kalau Anda seorang pengusaha, perbanyaklah amal soleh dan shedekah dengan harta yang Anda dapatkan dari urusan (bisnis) Anda, insya Allah itu akan membawa Anda mendapatkan limpahan pahala dan rahmat Allah SWT.

Singkatnya, apapun profesi dan di manapun Anda bekerja, landasilah pekerjaan Anda dengan niat ikhlas dan ibadah kepada Allah swt.
Janganlah kita menjadi orang kaya, pejabat dan orang alim seperti yang di kisahkan dalam hadits qudsi di atas. Mereka hidup di dunia bergelimang harta, jabatan dan ilmu tapi itu tidak dapat menghantarkan mereka masuk ke dalam surga. Naudzubillah min dzalik.


Redaktur : Damanhuri Zuhri @ republika.co.id

Saturday, March 30, 2013

Permata Salaf ” Mengingat Empat Kengerian “


 


Hatim al-Asham rahimahullah mengatakan, “Siapa yang kalbunya tidak pernah mengingat empat kengerian ini, berarti dia adalah orang yang teperdaya dan tidak aman dari kecelakaan."

 

(1) Saat yaumul mitsaq (hari saat diambilnya perjanjian terhadap ruh manusia) ketika Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ‘Mereka di surga dan Aku tidak peduli, sedangkan mereka (yang lain) di neraka dan Aku tidak peduli’; dia tidak tahu, dirinya termasuk golongan yang mana.

 

(2) Saat dia diciptakan dalam tiga kegelapan (di dalam rahim), ketika malaikat diseru (untuk mencatat) kebahagiaan atau kesengsaraan (seseorang); dia tidak tahu apakah dirinya termasuk orang yang sengsara atau bahagia.

 

(3) Hari ditampakkannya amalan (saat sakaratul maut); dia tidak tahu, apakah dia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah Subhanahu wata’ala atau kemurkaan- Nya.

 

(4) Hari ketika manusia dibangkitkan dalam keadaan yang berbeda-beda; dia tidak tahu jalan mana yang akan ia tempuh di antara dua jalan yang ada.”




Cahaya Menuju Surga
wedhakencana.blogspot.com


Sumber:  (Jami’ al-‘Ulum wal Hikam hlm. 81)

Menikah kepada Hakim karna wali bertempat jauh ( tidak diketahui keberadaanya)


Menikah kepada Hakim karna wali bertempat jauh ( tidak diketahui keberadaanya)ghoib.dan sulit untuk dihubungin 

JAWABAN
Oleh : Kakek Jhosy 
Apabila seorang wali yang terdekat, semisal ayah setelah dicari tidak diketahui keadaannya, sudah meninggal atau belum, dan apabila masih hidup, jarak keberadaannya jauh (mencapai jaraknya qoshor) atau tidak, maka perwaliannya tidak berpindah kepada wali yang jauh, seperti adik atau pamannya, namun berpindah kepada hakim, artinya pernikahannya dilakasanakan dengan wali hakim. Namun dianjurkan kepada hakim untuk mengizinkan walinya yang jauh untuk menjadi wali nikah atau meminta izin terlebih dahulu kepada wali yang jauh untuk menghindari khilaf (perbedaan pendapat) ulama' yang menyatakan bahwa apabila wali terdekat tidak diketahui keberadaan dan kondisinya
Seorang wali nikah tidak ada karena tidak diketahui tempatnya (ghaib), atau bertempat tinggal ditempat yang jauh hingga kira-kira sejauh masafah qosr (82 km) perwaliannya berpindah kepada wali hakim tidak kepada wali yang jauh (ab’ad). Tetapi tetap dianjurkan untuk meminta idzin kepada sang wali, sebagai bentuk penghormatan terhadap orang tua. Penjelasan ini berdasar Kitab Bughyah Mustarsyidin hal 203 dan kitab mughnil al muhtaj juz 3/156 dll

Referensi
بغية المسترشدين ص ٤٣٢ 
مسألة : ي) : يصح تزويج الحاكم من غاب وليها بعد البحث عنه هل هو بمسافة القصر أم لا ؟ فلو شك وتعذر الإذن لعدم العلم بمحله صح أيضاً ما لم يبن قريباً 

Referensi
بغية المسترشدين ص ٢٠٣ 
مسألة : ي) : غاب وليها مسافة القصر انتقلت الولاية للحاكم لا للأبعد في الأصح ، ثم ينبغي استئذانه أو الإذن له خروجاً من هذا الخلاف القائل به الأئمة الثلاثة....إلخ

Referensi
مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج الجزء ٣ ص ١٥٩
ولو غاب) الولي (الأقرب) نسباً أو ولاءً (إلى مرحلتين) ولا وكيل لـه حاضر بالبلد، أو دون مسافة القصر، (زوج السلطان) أي سلطان بلدها أو نائبه لا سلطان غير بلدها ولا الأبعد على الأصح؛ لأن الغائب ولي والتزويج حق لـه، فإذا تعذر استيفاؤه منه ناب عنه الحاكم، وقيل: يزوج الأبعد كالجنون. قال الشيخان: والأولى للقاضي أن يأذن للأبعد أن يزوج أو يستأذنه فيزوج القاضي للخروج من الخلاف

Referensi
نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج الجزء السادس ص ٢٤٢
ولو ) ( غاب ) الولي ( الأقرب ) نسبا ، أو ولاء ( إلى مرحلتين ) ، أو أكثر ولم يحكم بموته وليس له وكيل حاضر في تزويج موليته ( زوج السلطان ) لا الأبعد وإن طالت غيبته وجهل محله وحياته لبقاء أهلية الغائب وأصل بقائه والأولى أن يأذن للأبعد

Referensi
الموسوعة الفقهية الكويتية الجزء ٣١ ص ١٣٢
وقالت الشافعية لو غاب الولي الأقرب نسبا أو ولاء إلى مرحلتين ولا وكيل له بالبلد أو دون مسافة القصر زوج المرأة سلطان بلدها أو نائبه، لا سلطان غير بلدها ولا الولي الأبعد على الأصح، لأن الغائب ولي والتزويج حق له فإذا تعذر استيفاؤه ناب عنه الحاكم، وقيل يزوج الأبعد، قال الشيخان والأولى للقاضي أن يأذن للأبعد أن يزوج أو يستأذنه فيزوج القاضي للخروج من الخلاف


(14/405) الكتاب : أسنى المطالب 
( فصل وإن غاب الولي مسافة القصر إلخ ) ( قوله زوجها قاضي بلدها ) أي نيابة عنه فعلم أنه لو كان له وكيل في تزويجها وهو حاضر لم يزوجها القاضي ( قوله لا الأبعد ) لبقاء الأقرب على ولايته والتزويج حق عليه فإذا تعذر منه ناب عنه القاضي

Dalam kitab Lain dijelaskan
بغية المسترشدين في تلخيص فتاوى بعض الأئمة من العلماء المتأخرين
يصح تزويج الحاكم من غاب وليها بعد البحث عنه هل هو بمسافة القصر أم لا ؟ فلو شك وتعذر الإذن لعدم العلم بمحله صح أيضاً ما لم يبن قريباً

فتح الوهاب - زكريا الأنصاري - ج ٢ - الصفحة ٦٢
إذا غاب) الولي (الأقرب) نسبا أو ولاء (مرحلتين أو أحرم أو عضل) أي منع دون ثلاث مرات، (مكلفة دعت إلى كف ء ولو بدون مهر مثل من تزويجها به نيابة عنه لبقائه على الولاية، ولان التزويج في الأخيرة حق عليه. فإذا امتنع منه وفاه الحاكم بخلاف ما إذا دعت إلى غير كف ء، لان له حقا في الكفاءة، ويؤخذ من التعليل أنها لو دعته إلى مجبوب أو عنين، فامتنع الولي كان عاضلا، وهو كذلك إذ لا حق له في التمتع، وكذا لو دعته إلى كف ء، فقال لا أزوجك إلا ممن هو أكفأ منه ولا بد من ثبوت العضل عند الحاكم ليزوج كما في سائر الحقوق، ومن خطبة الكفء لها ومن تعيينها له، ولو بالنوع بأن خطبها أكفاء ودعت إلى أحدهم، وخرج بالمرحلتين من غاب دونهما، فلا يزوج السلطان إلا بإذنه نعم إن تعذر الوصول إليه لخوف. جاز له أن يزوج بغير إذنه. قاله الروياني أما لو عضل ثلاث مرات فأكثر فقد فسق فيزوج الابعد لا السلطان كما سيأتي، (ولو عينت كفؤا فللمجبر تعيين) كف ء (آخر) لأنه أكمل نظرا منها. أما غير المجبر ولو أبا أو جدا بأن كانت ثيبا فليس له تزويجها من غير من عينته، فتعبيري بالمجبر أولى من تعبيره بالأ

URUTAN WALI NIKAH 
Ayah dari pihak perempuan
Kakek dari pihak perempuan
Saudara laki-laki kandung
Saudara laki-laki se ayah (tunggal bapak)
Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung
Anak laki-laki dari saudara laki-laki se ayah (tunggal bapak)
Paman tunggal kandung (dari bapak)
Paman tunggal bapak (dari bapak)
Anak dari paman tunggal kandung (dari bapak)
Anak dari paman tunggal bapak (dari bapak)
Orang yang memerdekakan budak
Hakim (apabila wali dari nasab tidak ada).
Hal ini diterangkan dalam kitab Fathu al-Qarib hal 44. Dan keterangan yang lebih lengkap bisa dilihat dalam kitab Hasyiyah al-Bajuri ‘Ala Ibni Qasim juz 2 halaman 105.

Referensi
وَ اَوْلَى الْوِلَايَةِ اَيْ اَحَقُّ الْأَوْلِيَاءِ بِالتَّزْوِيْجِ اَلْأَبُ ثُمَّ الْجَدُّ اَبُو الْأَبِ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ الْأَخُ لِلْأَبِ ثُمَّ إِبْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ إِبْنُ الْأَخِ لِلْأَبِ ثُمَّ الْعَمُّ ثُمَّ إِبْنُهُ عَلَى هَذَا التَّرْتِيْبِ

Friday, March 29, 2013

HUKUM MENIKAHI SEPUPU


Mak Lampir
hukum menikahi sepupu bagaimana?


JAWABAN

Ifas Irama
Makruh


Kakek Jhosy

Menikah dengan kerabat /sepupu

ﻟﻀﻌﻒ ﺍﻟﺸﻬﻮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﻳﺒﺔ ﻓﻴﺠﻲﺀ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻧﺤﻴﻔﺎ

dalam kitab Nihayatuz zain hlm 300 diterangkan demikian

ويكره نكاح ذات الجمال المفرط لأنها ما سلمت من فنتة أو تطلع فا جر إليها أو تقوله عليها
Makruh menikah dengan wanita yang sangat cantik, karena wanita cantik tidak pernah selamat dari fitnah, ia akan mengundak banyak orang jahat, dan orang yg membicarakannya.

ويكره نكاح القريبة القريبة,, وهى من فى أول درجات النساء اللاتى تحل,,لأن نحافة الولد الناشئة غالبا عن الاستحياء من القرايبة القريبة,معن ظاهر يصلح أصلا للكراهة
Makruh pula menikah dgn sanak kerabat yang dekat, yakni wanita yg mempunyai derajat pertama dalam urusan halal untuk dinikahi karena umumnya akan lahir anak yg kurus akibat pernikahannya,inilah arti yg jelas yg menyebabkan kemakruhan,,

Wallahu A'lam bis shawab,


Link Asal

http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/387185474686147/?comment_id=387286044676090&notif_t=like

HUKUM PUASA SENIN KAMIS


Irwan Sah Sllu Syng

: aslamu"alaikum:wr:wb:maaf aq mau nanya? PUASA SENIN KAMIS HUKUM NYA AP YA## BLIN DONK:?

JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam
Dalam kitab fiqhul alaa madzahibul ar'ba'ah
Bahwa hukum puasa senin kamis hukumnya sunnah.

Referensi
الفقه على المذاهب الأربعة الجزء الأول ص ٨٨٩ 
يندب صوم الاثنين والخميس من كل أسبوع وأن في صومها مصلحة للأبدان لا تخفى


Syifa Ramadhany Forza Juventini >>> Diriwayatkan dari Abu Hurairoh, bahwasanya Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda :
وأما عن فضل صيام الاثنين والخميس فعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : تُعرض الأعمال يوم الاثنين والخميس ، فأحب أن يعرض عملي وأنا صائم
Adapun amalan dari puasa senin kamis dari Abu Hurairoh, bahwasanya Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda
Amalan-amalan dihadapkan (kepada Alloh ta’ala) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka ketika diperhadapkan amalanku sedang aku sedang berpuasa
(Sunan Turmudzi, no.747)

Dalam hadits lain dari Abi Qotadah Al-Anshori diriwayatkan :

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ فَقَالَ: فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ
Sesungguhnya Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam ditanya mengenai puasa hari senin, lalu beliau menjawab : "Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itupula aku menerima wahyu
(Shohih Muslim, no.1162)


Dha Kho Chan >>> Nambahin dkit:

Puasa apapun itu bentuk dan modelnya apabila:
1. Tidk dikerjakan dihari2 haram unt berpuasa
2. Tdk terus menerus ( ada wkt berbukanya mski setetes air)
3. Diniatkan kpada Alloh baik ada sbab atau tiada sebab.
4. Memenuhi syarat rukunnya puasa

Maka hukum puasanya SUNNAH

  • Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/474674975937196/?comment_id=474706635934030&notif_t=like

Perkara Haram adalah Apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasulnya

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut(nama) selain Allah.” (al-Baqarah: 173)

 

“Bangkai.”  Mayoritas qurra’ membacanya dengan nashab (memfathah huruf ta’). Namun, sebagian mereka membaca dengan rafa’ (mendhammah ta’)—dengan alasan إِنَّمَا adalah isim maushul/kata sambung sebagai mubtada’ dan الْمَيْتَةَ sebagai khabar. Makna maitah (bangkai) adalah terlepasnya ruh (nyawa) dari jasad hewan tanpa proses penyembelihan yang syar’i.


“Darah.”  Darah yang dimaksud adalah darah yang mengalir dari urat leher saat hewan disembelih. Ini sebagaimana firman Allah,
“Katakanlah, ‘Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, selain bangkai, darah yang mengalir, atau daging babi’.” (al-An’am: 145)


“Daging babi.”
Ayat ini mengkhususkan keharaman babi pada dagingnya, meskipun seluruh bagian hewan ini juga haram. Sebab, keumuman apa saja dari hewan yang boleh dimakan (dagingnya), maka seluruh bagian anggota badannya mengikuti hukumnya (hukum daging). Berbeda halnya dengan pendapat mazhab Zhahiriyah yang hanya mengharamkan dagingnya.

“Dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.”
Makna ihlal adalah mengeraskan suara. Al-Alusi t mengatakan, “Menurut kebanyakan ahli bahasa, kata ihlal berasal dari melihat hilal. Akan tetapi, telah menjadi suatu kebiasaan, ketika hilal terlihat, mereka mengeraskan suara dengan bertakbir. Dari sinilah munculnya penamaan ihlal. Selanjutnya, nama ini dipakai untuk menyebut tindakan mengeraskan suara meskipun untuk urusan selain melihat hilal (seperti menyembelih hewan dengan menyebut nama selain Allah).”


Kemudian beliau menjelaskan pendapat bahwa yang dimaksud dengan “disebut nama selain Allah” secara lahiriah adalah patung dan selainnya. Para ulama, seperti Atha’, Makhul, asy-Sya’bi, al-Hasan, dan Sa’id bin al-Musayyab rahimahumullah berpendapat bahwa makna “disebut nama selain Allah” adalah patung saja. Mereka memubahkan sembelihan orang Nasrani yang menyembelih dengan menyebut nama al-Masih, walaupun pendapat ini bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh umat bahwa sembelihan tersebut adalah haram hukumnya.


Ibnu Abbas menerangkan bahwa makna أُهِلَّ dalam ayat ini adalah menyembelih. Mujahid mengatakan bahwa maknanya adalah hewan yang disembelih untuk selain Allah. Abul ‘Aliyah juga mengatakan bahwa maknanya adalah sembelihan yang disebut nama selain Allah. (Dinukil dari Maktabah Syamilah)
Asy-Syaukani mengatakan,
“Termasuk makna ihlal adalah ihlal shabiy, yaitu jeritan seorang bayi di saat lahir.” (Fathul Qadir, 1/314)

 

Ibnu Jarir ath-Thabari t menerangkan bahwa Allah menghendaki agar orang-orang yang beriman kepada Allah l dan Rasul-Nya tidak mengharamkan atas diri mereka sesuatu yang tidak diharamkan oleh-Nya, seperti mengharamkan bahirah, saibah, dan yang lain. “Oleh karena itu, makanlah hal-hal tersebut, karena Aku (Allah l) tidak mengharamkan atas kalian selain bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain-Ku.”


Al-Alusi mengatakan bahwa Allah mengharamkan bangkai. Makna pengharaman di sini meliputi memakannya dan memanfaatkannya (dalam bentuk lain). Adapun penyandaran kata haram kepada bangkai (zat sesuatu)—sementara itu, istilah haram adalah bagian dari hukum-hukum syariat yang menjadi salah satu sifat mukallaf, dan tidak ada kaitannya dengan zat sesuatu—mengandung isyarat tentang haramnya memanfaatkan bangkai (dalam bentuk apa pun), kecuali apabila terdapat dalil yang mengkhususkannya, seperti penyamakan kulit bangkai hewan (sebagaimana dalam hadits).


دِبَاغُهَا ذَكَاتُهَا أَوْ طَهُورُهَا  “Menyamak kulit bangkai itu ialah penyembelihan atau penyuciannya.” (HR. Ahmad dari Salamah bin Muhabbiq)
Termasuk yang dihukumi seperti hukum bangkai adalah sesuatu yang dipotong dari tubuh hewan dalam keadaan ia masih hidup. Hal ini seperti disebutkan oleh hadits Abu Waqid al-Laitsi, Rasulullah bersabda,
مَا قُطِعَ مِنَ الْبَهِيمَةِ وَهِيَ حَيَّةٌ فَهُوَ مَيِّتٌ  “Sesuatu yang dipotong dari binatang dalam keadaan ia masih hidup, maka itu adalah bangkai.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi)
Yang dikeluarkan dari hukum bangkai adalah belalang dan ikan, sebagaimana dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah n bersabda,
أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ فَالْجَرَادُ وَالْحُوتُ وَأَمَّا الدَّمَانِ فَالطُّحَالُ وَالْكَبِدُ  “Telah dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Dua bangkai itu ialah belalang dan ikan, adapun dua darah itu ialah hati dan limpa.” (Dinukil dari Maktabah Syamilah)

 

Di Antara Hal yang Diharamkan
Dalam ayat ini terdapat hukum haramnya keumuman bangkai hewan, selain yang dikecualikan, baik oleh dalil dari ayat maupun hadits. Di antaranya adalah firman Allah,
ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ
  “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut.” (al-Maidah: 96)
Di antaranya adalah hadits Ibnu Umar,
أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ
   “Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah.” (HR. Ahmad dan yang lain).  Hadits Jabir diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dalam perihal ikan ambar—salah satu jenis ikan paus. Dalam sebuah peperangan, pasukan muslimin di bawah kepemimpinan Abu Ubaidah, tengah mengalami kelaparan. Tiba-tiba mereka mendapati bangkai ikan laut yang belum pernah terlihat sebesar itu, namanya ikan ambar. Setengah bulan mereka makan darinya.


Adapun bangkai yang dimaksud dalam ayat di atas adalah bangkai hewan darat dan bangkai hewan laut. Mayoritas ulama berpendapat kepada bolehnya memakan seluruh jenis hewan laut, baik yang hidup (segar) maupun yang mati (bangkai). Sebagian ulama berpendapat, diharamkannya sebagian hewan laut sama dengan apa yang diharamkan dari hewan darat. Dengan demikian, sebagian mereka, seperti Ibnu Habib, tawaquf (tidak bisa menentukan pendapat) tentang hukum memakan babi laut. Ibnu Qasim berkata,
“Saya menjauhinya meskipun tidak berpendapat tentang haramnya.”
 

Para ulama sepakat bahwa darah itu haram. Hanya saja, keumuman hukum yang terdapat dalam ayat di atas terkait dengan ayat lain, yaitu firman Allah,
ﮨ ﮩ ﮪ   “Atau darah yang mengalir.”
(al-An’am: 145)
Sebab, darah yang bercampur/menyatu dengan daging tidak haram hukumnya. Al-Qurthubi t berkata, “Ini adalah ijma’.” Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Aisyah x, beliau memasak daging dan tampak warna kuning pada permukaan periuk karena darah (yang menyatu dengan daging). Nabi pun memakannya dan tidak mengingkarinya.


Dihikayatkan oleh al-Qurthubi adanya kesepakatan umat (para ulama) tentang haramnya lemak babi. Banyak ulama yang menyebutkan bahwa lemak termasuk bagian dari daging. Beliau juga menyebutkan adanya kesepakatan para ulama bahwa seluruh bagian dari babi adalah haram kecuali bulunya (yakni tidak najis, -red.) karena diperbolehkan untuk dijadikan sebagai perhiasan.
Adapun yang dimaksud dengan haramnya memakan hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, seperti menyembelih dengan menyebut nama Latta, Uzza, apabila yang menyembelih adalah penyembah berhala; atau menyebut api apabila yang menyembelih adalah Majusi. Tidak ada perbedaan hukum terkait diharamkannya hal yang seperti ini atau yang semisalnya.


Yang serupa pula hukumnya adalah sembelihan dari kalangan orang-orang yang berkeyakinan terhadap orang yang sudah mati (bisa memberi pengaruh terhadap peristiwa di dunia, baca: para pengagung/penyembah kuburan). Mereka melakukan penyembelihan di atas kuburan. Hal ini termasuk bagian menyembelih dengan menyebut nama selain Allah l. Tidak ada perbedaan antara hal ini dengan penyembelihan untuk berhala. (Lihat Fathul Qadir 1/313—314, cet. Darul Wafa’)

 

Penghalalan & Pengharaman, Hak Allah & Rasul-Nya
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam penjelasan beliau terhadap kitab Bulughul Maram, menyebutkan salah satu faedah hadits Ibnu Umar, “Telah dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah”, Nabi tidak berkuasa dalam hal menghalalkan atau mengharamkan selain dengan izin Allah.
Oleh karena itu, tatkala beliau melarang seseorang yang makan bawang bombai atau bawang putih untuk hadir di masjid, orang-orang berkata, “Telah diharamkan, telah diharamkan.”  Beliau pun berkata,
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّهُ لَيْسَ بِي تَحْرِيمُ مَا أَحَلَّ اللهُ لِي وَلَكِنَّهَا شَجَرَةٌ أَكْرَهُ رِيْحَهَا
   “Wahai manusia, tidak boleh bagiku untuk mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah untukku. Akan tetapi, itu adalah sebuah tanaman yang aku tidak menyukai baunya.” (HR. Muslim)


Maknanya adalah, “Bukan dariku pengharaman itu, tetapi dari Allah.”
Oleh karena itu, kita semua memahami, apabila Rasulullah menghalalkan atau mengharamkan sesuatu berarti Allah telah mengizinkannya. Bukan pula maknanya bahwa ketika beliau menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, lantas kita boleh menanyakan kepada beliau, mana dalil bahwa Allah telah mengharamkannya. Cukuplah sabda beliau sebagai dalil. Kita tahu bahwa apa pun yang dihalalkan atau diharamkan oleh Rasulullah n adalah dengan izin Allah, seperti pada hadits,
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّهُ لَيْسَ بِي تَحْرِيمُ مَا أَحَلَّ اللهُ لِي وَلَكِنَّهَا شَجَرَةٌ أَكْرَهُ رِيْحَهَا
   “Wahai manusia, tidak boleh bagiku untuk mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah untukku. Akan tetapi, itu adalah sebuah tanaman yang aku tidak menyukai baunya.” (HR. Muslim)


Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad, utusan Allah, tidak berkuasa untuk mengharamkan sesuatu. Hal ini juga ditunjukkan oleh al-Qur’an, seperti firman Allah,  “Dan seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong urat nadi jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu.” (al-Haqqah: 44—47)


Ini berarti bahwa Rasulullah terjaga dari mengada-ada terhadap Allah. Artinya, apabila Allah tidak mengizinkan beliau untuk menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, beliau tidak akan menghalalkan atau mengharamkannya. (Dinukil dari Fath Dzil Jalali wal Ikram 1/123)

 

Hal ini menerangkan kepada kita bahwa pengharaman sesuatu bukan hanya semata-mata yang diharamkan oleh Allah dalam al-Qur’an, namun meliputi juga apa yang diharamkan oleh Rasulullah dalam sabda-sabda beliau (hadits). Di antaranya adalah semua binatang buas yang bertaring, burung yang berkaki penyambar, keledai negeri (piaraan), dan yang lain.


Demikian pula segala sesuatu yang najis, sebagaimana kaidah yang ditetapkan oleh para ulama, yaitu
“Setiap yang najis itu haram, namun tidak setiap yang haram itu najis”. Dalilnya adalah ayat yang tersebut dalam surat al-An’am: 145 di atas.


Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Cahaya Menuju Surga
wedhakencana.blogspot.com


Sumber:  Majalah AsySyariah Edisi 080


Thursday, March 28, 2013

Meninggalkan Sholat Jum’at 3 Kali

Shalat jum’at adalah sebuah kewajiban bagi ummat Islam, khususnya laki-laki dewasa. Kewajiban ini dituangkan di dalam firman Allah;  "Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". ( Al-Jumu’ah: 9)

 

 

Adapun kewajiban itu bagi kaum muslim laki-laki berdasarkan kepada hadis nabi; Dari Thariq bin Syihab ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,

الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِى جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَوِ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِىٌّ أَوْ مَرِيضٌ

“Shalat Jumat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah, kecuali (tidak diwajibkan) atas 4 orang. [1] Budak, [2] Wanita, [3] Anak kecil dan [4] Orang sakit.” (HR Abu Daud).

 

Dalil-dalil tersebut menunjukkan kewajiban melakukan shalat jum’at bagi lelaki muslim. Jika kewajiban itu ditinggalkan, maka ia mendapatkan dosa besar.

 

 

Kalimat Ummat Nabi Muhammad memiliki dua makna, ummat da’wah dan ummat istajabah. Ummat da’wah adalah semua orang yang hidup setelah beliau diutus sebagai Nabi dan Rasul. Sedangkan umat Istijabah adalah manusia yang hidup setelah kerasulan beliau dan memutuskan untuk menerima dakwah baliau. Pengeluaran seseorang dari ummat nabi Muhammad memiliki makna penetapan kekufuran seseorang.

 

Benarkah orang yang meninggalkan shalat Jum’at ia keluar dari agama islam, alias murtad? Mari kita tinjau hadis-hadis yang menerangkan bahayanya meninggalkan shalat jum’at, apalagi sampai tiga kali berturut-turut adalah

مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلاَ عِلَّةٍ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ

Barangsiapa meninggalkan shalat jum’at tiga kali tanpa udzur dan tanpa sebab (yang syar’i) maka Allah akan mengunci mata hatinya. (HR Malik).

مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ

Barangsiapa meninggalkan shalat jum’at tiga kali karena meremehkannya maka Allah akan mengunci mata hatinya. (HR at-Tirmidzi).

 

Ibnu Abbas mengatakan:

مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ ثَلاَثَ جُمَعٍ مُتَوَالِيَاتٍ فَقَدْ نَبَذَ اْلإِسْلاَمَ وَرَاءَ ظَهْرِهِ

Barangsiapa meninggalkan shalat Jum’at tiga kali berturut-turut maka ia telah melemparkan ikatan Islam ke belakang punggungnya. (HR Abu Ya’la dari kata-kata Ibnu Abbas).  

 

Dengan memperhatikan hadis-hadis tentang meninggalkan shalat jum’at, kita temukan bahwa tidak ada nash yang jelas yang menunjukkan batalnya keimanan seseorang. Memang Ibnu Abbas mengatakan telah melemparkan tali Islam ke belakangnya, maksud dari kata ini bukanlah melepaskan agama Islam, tetapi melepaskan sebagian kewajiban di dalam Islam. Terlebih bahwa ucapan itu bukan berasal dari Rasulullah saw sehingga tidak bisa digunakan untuk memastikan batalnya keislaman seseorang.

 


Dari sini, maka orang yang tidak menjalankan shalat jum’at tiga kali tidak dinyatakan sebagai orang kafir, apalagi kalau ia masih mau shalat yang lain.


Allahu a’lam bish-shawab

 


Menuju Cahaya Surga
http://wedhakencana.blogspot.com


Sumber: http://edywitanto.wordpress.com 

HUKUM I'ADAH SHALAT FARDLUH


Sank Looloo Mengejarmimpi

assalamualaikum w.b.r....bgai mana hukumnxa kalau seseorang solat sndirian dan stelah sholat tiba"ad seorang sholat berjema'ah...dan org it ingin mengulangi sholatnya dngan berjema'ah....di minta coment nxa para ustad....
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam wr wb
Sunnah iadah shalat fardluh dengan syarat dalam waktunya dan tidak boleh lebih dari satu kali.
Walawpun shalat yang pertama berjama'ah dengan yang orang lain baik shalat sendirian atau jadi imam atau jadi makmum dalam shalat yang pertama atau shalat kedua, walawpun cuman berdua.maka boleh niat iadah shalat fardluh.

Referensi
فتح المعين المليباري الهندي الجزء ٢ ص١٠
وتسن إعادة المكتوبة بشرط أن تكون في الوقت، وأن لا تزاد في إعادتها على مرة - خلافا لشيخ شيوخنا أبي الحسن البكري رحمه الله تعالى - ولو صليت الأولى جماعة مع آخر ولو واحدا، إماما كان أو مأموما، في الأولى أو الثانية، بنية فرض. وإن وقعت نفلا فينوي إعادة الصلاة المفروضة

>>>NB<<<
Referensi
الموسوعة الفقهية الكويتية الجزء ٢٨ ص ١٧٦
من أدى الصلاة المكتوبة منفردا ثم وجد جماعة استحب له أن يدخل مع الجماعة لتحصيل الفضل ، لما ورد عن رسول الله صلى الله عليه وسلم " أنه صلى في مسجد الخيف، فرأى رجلين خلف الصف لم يصليا معه ، فقال : علي بهما ، فجيء بهما ترعد فرائصهما ، فقال : ما منعكما أن تصليا معنا ؟ فقالا : يا رسول الله : إنا كنا قد صلينا في رحالنا ، قال : فلا تفعلا ،إذا صليتما في رحالكما ثم أتيتما مسجد جماعة ، فصليا معهم ، فإنها لكما نافلة

Barang siapa yang melaksanakan shalat fardluh sendirian maka menemukan seorang shalat berjama'ah sunnah baginya ikut shalat berjama'ah karna bisa mendapatkan fadilah 
Ketika beliau rasululloh swa selesai melakasanakan shalat subuh dan berpaling, tiba-tiba ada dua orang laki-laki dari kaum lain yang tidak ikut shalat berjama’ah bersama beliau. Maka beliau pun bersabda: "Bawalah dua orang itu kemari!" maka mereka pun dibawa ke hadapan Nabi sedang urat mereka bergetar. Beliau bersabda: "Apa yang menghalangi kalian untuk shalat bersama kami?" mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, kami telah shalat di tempat kami, " beliau bersabda: "Janganlah kalian lakukan, jika kalian telah melaksanakannya di tempat kalian, lalu kalian datang ke masjid yang melaksanakan shalat berjama’ah maka shalatlah bersama mereka, karena hal itu akan menjadi pahala nafilah kalian berdua.

Wallohu A'lam Bis shawab

  • Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/474005032670857/?comment_id=474229392648421&notif_t=like

Wednesday, March 27, 2013

ISTRI PUASA SUNNAH TANPA IZIN SUAMI


Ilmatul Mukarramach
Assalamualaikum wr wb
para yai para ustadz dan ustadzah
bener gk mengerjakah sesuatu kebaikan spert hal-nya puasa sunnah.sang istri mo puasa diwajibkan izin suamix?
klo suamix tidak dirumah gmana?apa wajib jg minta izin?


JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum saalam
Haram atas Istri puasa sunnah tanpa izin suami
Kerahaman ini bila dimungkinkan Tamattu' dengan istrinya.jika tidak misalnya sedang terdapah halangan bagi suami untuk wathi' seperti ihrom atau i'tikaaf maka gak haram.dan juga sekiranya tidak halangan pada istri misalnya farji'nya buntu dengan daging atau tulang,jika emang buntu maka tidak haram puasanya
Letak kerahamanya dalam puasa teulang-ulang dalam satu tahu seperti puasa senin kamis.berbeda halnya dengan puasa sunnah arafat dan puasa sunnah asyuro' karna keduanya jarang dalam setahun dan tetap keramanya.seperti halnya shalat ditanah ghosob.dan bagi suaminya mewahti'nya dan dosa atas istrinya.
Dan miskipun berlaku adat suaminya dari pagi awal siang hingga akhir siang karna dimungkinkan tiba-tiba datang dan sewaktu-waktu memenuhi hajatnya yang tidak sesuai dengan kebiasa'an suaminya.Dikecualikan apabila suami hadir ( ada dirumah ) jika sang suami tidak ada dirumah.maka tidak haram puasanya tanpa ada selisih pendapat

Referensi
إعانة الطالبين - البكري الدمياطي - ج ٢ - الصفحة ٣٠٨
قوله: ويحرم على الزوجة إلخ) هذا حيث جاز التمتع بها، وإلا كأن قام بالزوج مانع من الوطئ - كإحرام، أو اعتكاف - فلا حرمة، وحيث لم يقع بها مانع - كالرتق والقرن - وإلا فلا حرمة أيضا
ومحل التحريم في الصوم المتكرر في السنة - كالاثنين والخميس - بخلاف صوم يوم عرفة وعاشوراء، لأنهما نادران في السنة. ومع الحرمة: ينعقد صومها - كالصلاة في دار مغصوبة - ولزوجها وطؤها، والاثم عليها. (قوله: وزوجها حاضر) أي في البلد. قال ع ش: ولو جرت عادته أن يغيب عنها من أول النهار إلى آخره، لاحتمال أن يطرأ له قضاء وطره في بعض الأوقات على خلاف عادته. اه‍
وخرج بكونه حاضرا في البلد: ما إذا كان غائبا عنها، فلا يحرم عليها ذلك، بلا خلاف

Referensi
فتح المعين - المليباري الهندي - ج ٢ - الصفحة ٣٠٨
ويحرم على الزوجة أن تصوم، تطوعا أو قضاء موسعا وزوجها حاضر إلا بإذنه أو علم رضاه

>>>NB<<<
Referenssi
الموسوعة الفقهية الكويتية الجزء ٢٩ ص ٩٤
اتفق الفقهاء على أنه ليس للمرأة أن تصوم تطوعا إلا بإذن زوجها " لقول النبي صلى الله عليه وسلم " لا تصم المرأة وبعلها شاهد ، إلا بإذنه ، ولأن حق الزوج فرض، فلا يجوز تركه لنفل
ولو صامت المرأة بغير إذن زوجها صح مع الحرمة عند جمهور الفقهاء ، والكراهة التحريمية عند الحنفية ، إلا أن الشافعية خصوا الحرمة بما يتكرر صومه ، أما ما لا يتكرر صومه كعرفة وعاشوراء وستة من شوال فلها صومها بغير إذنه ، إلا إن منعها

Kesimpulanya
Kesepakatn ulamak fuqoha' tidak boleh berpuasa tathawu' bagi perempuan tnp izin suaminya .krn nabi bersabda Tidak boleh seorang wanita berpuasa selain puasa Ramadhan sedangkan suaminya sedang ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin suaminya
Jika seorang wanita menjalankan puasa (selain puasa Ramadhan) tanpa izin suaminya, puasanya tetap sah, namun ia telah melakukan keharaman. Demikian pendapat mayoritas fuqoha. Ulama Hanafiyah menganggapnya makruh tahrim. Ulama Syafi’iyah menyatakan seperti itu haram jika puasanya berulang kali. Akan tetapi jika puasanya tidak berulang kali (artinya, memiliki batasan waktu tertentu) seperti puasa ‘Arofah, puasa ‘Asyura, puasa enam hari di bulan Syawal, maka boleh dilakukan tanpa izin suami, kecuali jika memang suami melarangnya.


Dha Kho Chan >>> Jk suami ada di daerahnya mk haram tdk ijin. Tp jk suami gak ada misal suami jd TkI mk boleh.

Bagi istri yang suaminya berada di daerahnya maka haram hukumnya berpuasa sunat tanpa izin atau yakin adanya keridhaan dari suami dengan ketentuan:
1. Istri tersebut berada dalam keadaan boleh berhubungan dengan suami. Sedangkan bila ia berada dalam keadaan tidak boleh berhubungan dengan suami misalnya ia sedangkan ihram maka dibolehkan baginya untuk berpuasa.

2. Puasa sunat yang diharamkan hanyalah puasa sunat yang sering datang waktunya dalam setahun seperti puasa senin kamis. Sedangkan puasa yang jarang seperti puasa Arafah, puasa `Asyura, dll maka dibolehkan
Walaupun hukum puasanya haram namun hukum puasanya tetap dihukumi sah dan terhadap suami dibolehkan berhubungan badan dengan istri nya yang berpuasa tersebut sedangkan yang menaggung dosa adalah istri.

Sedangkan shalat sunat maka dibolehkan bagi istri untuk melaksanakannya tanpa izin dan restu dari suami karena shalat tidak membutuhkan waktu yang lama seperti halnya puasa.
Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW:
لَا يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ رواه البخاري
“ tidak halal bagi wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya hadir kecuali dengan ada izin darinya”(H.R. Imam Bukhari)

Referensi:
Fathul Mu`in dan Hasyiah I`anatuth Thalibin jilid 2 hal 273 cet. Toha Putra.
ويحرم على الزوجة أن تصوم تطوعا أو قضاء موسعا وزوجها حاضر إلا بإذنه أو علم رضاه
(قوله: ويحرم على الزوجة إلخ) هذا حيث جاز التمتع بها، وإلا كأن قام بالزوج مانع من الوطئ - كإحرام، أو اعتكاف - فلا حرمة، وحيث لم يقع بها مانع - كالرتق والقرن - وإلا فلا حرمة أيضا
ومحل التحريم في الصوم المتكرر في السنة - كالاثنين والخميس - بخلاف صوم يوم ?عرفة وعاشوراء، لانهما نادران في السنة
ومع الحرمة: ينعقد صومها - كالصلاة في دار مغصوبة - ولزوجها وطؤها، والاثم عليها.............
قوله: إلا بإذنه) أي الزوج. وذلك لخبر الصحيحين: لا يحل للمرأة أن تصوم وزوجها شاهد - أي حاضر - إلا بإذنه

Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/473868386017855/?comment_id=473880039350023&offset=0&total_comments=17

Tuesday, March 26, 2013

MENIKAHI WANITA DALAM MASA IDDAH


Yusup Trendy

askum wrb maaf mau nax p ustd disini di jeddah ada temn sy dia itu nelpon kesuamix ke indonesia minta cerai krn kessel pd suamix setlah dicerai dia kwin sm pacarx tanpa nunggu iddah yg aku taxkan gimana hukumx pernikahan tersebut klu g essah berdosakh orang yg mengawinkan karena dia g tau klu perempuan td baru cerai pertanyaan kedua apa faidah dr iddah krn dia dh tahunan pish tidur sm suamix.
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam
Bila wanita tersebut masih menjalani iddah pernikahan batal dan tidak sah sampai habis masa iddah-nya
dan keduanya wajib dipisahkan.

Referensi 
الموسوعة الفقهية الجزء التاسع والعشرون ص ٥٣
اتفق الفقهاء على أنه لا يجوز للأجنبي نكاح المعتدة أيا كانت عدتها من طلاق أو موت أو فسخ أو شبهة ، وسواء أكان الطلاق رجعيا أم بائنا بينونة صغرى أو كبرى . وذلك لحفظ الأنساب وصونها من الاختلاط ومراعاة لحق الزوج الأول ، فإن عقد النكاح على المعتدة في عدتها فرق بينها وبين من عقد عليها ، واستدلوا بقوله تعالى ( ولا تعزموا عقدة النكاح حتى يبلغ الكتاب أجله ) والمراد تمام العدة ، والمعنى : لا تعزموا على عقدة النكاح في زمان العدة ، أو لا تعقدوا عقدة النكاح حتى ينقضي ما كتب الله عليها من العدة

  • Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/473075889430438/?comment_id=473189286085765&offset=0&total_comments=4

PERNIKAHAN NABI ADAM DAN IBU HAWA


Marcowwet Tokang Sodok


Bxak org yg brtaxa am aq,,tp aq gk bsa mnjwab,,,pertaxa'anxa
siapakh yg mengawinkan nbi adam am ibu hawa N siapa wlixa N siapa saksixa,,

JAWABAN
Syifa Auliea >>> Wa'alaikum salam 
Pernikahan nabi adam dan ibu hawa 

فلما نزل آدم عن المنبر جلس بين الملائكة فألقى الله عليه النوم لان فيه راحة للبدن فلما نام رأى حواء فى منامه قبل أن تخلق فمال اليها حين نظرها ثم أخرجها من ضلعه الأيسر فخلقت منه حواء على هيئته وأحسن الله خلقها وأعطاها حسن ألف حورية فكانت أحسن النساء اللاتى هن بناتها الى يوم القيامة وكان لها سبعمائة ضفيرة من الشعر فكانت على طول آدم وألبسها الله من الجنة الحلى والحلل فكانت تشرق إشراقا أبهى من الشمس فانتبه آدم من منامه فوجدها بجانبه فأعجبته وألقى الشهوة فى أدم فهم بها فقيل له لا تفعل حتى تؤدى صداقها فقال وما صداقها قال قد نهيتك عن شجرة الحنطة فلا تأكل منها فهو صداقها

ketika nabi adam turun dari mimbar terus beliau duduk diantara para malaikat,maka ALLOH menidurkan nabi adam karna tidur adalah istirahatnya badan

saat tidur,nabi adam melihat ibu hawa dalam mimpinya sebelum ibu hawa diciptakan,setelah melihatnya,akhirnya nabi adam jatuh hati padanya
kemudian ALLOH menciptakan ibu hawa dari tulang rusuk bagian kiri nabi adam..ALLOH menciptakan hawa sama bentuknya dgn nabi adam dan mempercantik ciptaannya dan memberikannya kecantikan melebihi 1000 bidadari
ibu hawa dan keturunannyalah secantik2nya wanita sampai dihari kiamat nanti
ibu hawa mempunyai 700 ikatan pada rambut dan tingginya sama dgn nabi adam
dan ALLOH memberi gelang dan perhiasan dari surga yg mengkilap melebihi sinar matahari

setelah itu nabi adam terbangun dan tiba2 ibu hawa sudah ada disampingnya,,nabi adam heran,kagum dan jatuh cinta padanya dan syahwat pun merasukinya

terus dikatakan pada nabi adam :
"jangan engkau lakukan sehingga engkau mendatangkan maharnya"
nabi adam bertanya "apa mahar/mas kawinnya?
ALLOH menjawab,aku mencegah kalian dari pohon gandum,maka janganlah kalian makan dan itulah maharnya

وقيل ان الله تعالى قال أعطها صداقا قال وما صداقها قال الصلاة على نبي وحبيبى محمد فقال آدم يارب وما يكون محمد قال إنه من أولادك وهو آخر الأنبياء ولولاه ما خلقت خلقا

dikatakan,sesungguhnya ALLOH berfirman "berilah dia mahar"
nabi adam bertanya "apa maharnya?
ALLOH menjawab "bacalah sholawat pada nabiku dan kekasihku muhammad
nabi adam bertanya,YA ROBBI siapa muhammad itu?
ALLOH menjawab..sesungguhnya dia adalah dari anak cucumu dan dialah penutup para nabi,jika tanpa muhammad maka aku tidak akan menciptakan mahluk

ثم زوج الله تعالى أدم بحواء وكان ذلك يوم الجمعة بعد الزوال ولهذا سن عقد التزويج فى يوم الجمعة. وقيل كان آدم أحسن من حواء ولكن كانت حواء ألطف وألين ثم أوحى الله تعالى الى رضوان خازن الجنان أن يزخرف القصور ويزين الولدان والحور وخلق لآدم فرسا من المسك الأذفر يسمى الميمون كالبرق الخاطف فلما أحضر بين يدى آدم ركبه وأحضر لحواء ناقة من نوق الجنة وعليها هودج من اللؤلؤ فركبت فيه على الناقة فأخذ جبرائيل عليه السلام بلجام الفرس ومشى ميكائيل عن يمينه واسرافيل عن يساره وطافوا به فى السموات كلها وهو يسلم على من يمر به من الملائكة فتقول ما أكرمك من خلق الله على الله تعالى هذا وحواء راكبة الناقة تطوف معه الى أن أتوا بها الى باب الجنة فوقفوا ببابها ساعة فأوحى الله تعالى الى آدم هذه جنتى ودار كرامتى ادخلا فيها (وكلا منها رغداً حيثُ شئتما ولا تقربا هذه الشجرة فتكونا من الظالمين) وأشهد عليهما الملائكة ثم أدخلا الى الجنة فطافت بهما الملائكة فى الجنان

intinya disini
وأشهد عليهما الملائكة ثم أدخلا الى الجنة فطافت بهما الملائكة فى الجنان

dan yg menjadi saksi pernikahan mereka adalah malaikat kemudian memasukkan mereka kesurga kemudian keliling mengelilingi surga bersama para malaikat

badai'iz zuhur hal 38
http://www.piss-ktb.com/2012/06/1619-pernikahan-adam-dan-hawa.html

  • Link Asal :
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/473337762737584/?comment_id=473366786068015&offset=0&total_comments=4

NIAT MEMBATALKAN PUASA


Umar Faruq Abdillah


Assalamualaikum wr.wb,..,,

apa kbr semuax,,,,,,
mf mau nx dikit nich,,,,,,
pada suatu hari,saya lg mnjlnkn puasa bulan romadhon,krn saya orng tani,pas lg puasa saya ngerumput,,,,
pas ngerumput,saya merasa kehausan,dstlah dalam hati timbul rasa ingin mmbatalkan puasa saya,,,,
hati ni brkata,poko'x ntar kalau udah nyampe' d tempat ni,saya mau minum biar seger,,,,,,
Tapi,setelah perjalanan plng,rasa haus saya hilang,,,,,,
disitu saya tidak jadi mmbatalkan puasa saya,jd saya mlnjtkn puasa saya,,,,

Pertanyaan saya,,,,
apakah puasa saya tadi,jadi batal atau tidak,,,,,,
mksh sblmx ats jwbnnya,,,,, wessalam,,,,,
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam wr wb
Niat ingin membatalkan puasa 
Puasanya Tidak menjadi batal menurut Asy-syafi'ieyyach 

Referensi
الموسوعة الفقهية الكويتية الجزء ٣٦ ص ٤٨
ويقطع الصوم ما يبطله من أكل أو شرب أو جماع ، ولا ينقطع الصوم بنية القطع عند الشافعية


Syifa Auliea >>> Wa’alaikum salam wr wb

Memutuskan puasa dengan hal yang menbatalkan puasa contoh minom air makan nasi atau jimak ( hubungan intim) makan batal puasanya
bila memutuskan puasa dengan niat maka tidak menjadi batal puasanya itu menurut Imam Syafi'iyyah

Niat memutuskan puasa itu hukumnya diperinci sebagai berikut 

1. Jika di malam hari sudah niat puasa, kemudian ia ‘memutus’nya sebelum munculnya fajar, maka niatnya rusak karena dianggap telah melakukan hal yang merusak niat, dan harus mengulangi niatnya lagi. Berbeda halnya jika setelah niat dimalam hari lalu ia makan sebelum fajar, niatnya tidak menjadi rusak.

2. Jika memutus niat puasa tersebut dilakukan disiang hari, saat sudah menjalankan puasa, menurut pendapat yang lebih shahih ( ashoh ) puasanya tidak batal. Hal ini berbeda halnya dengan sholat karena sholat memiliki kekhususan tersendiri diantara ibadah-ibadah lainnya, sebab dalam sholat terdapat hubungan, persambungan dan munajat langsung antara hamba dan Tuhannya.

Referensi
Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, Juz 34 / 52
ويقطع الصوم ما يبطله من أكل أو شرب أو جماع، ولا ينقطع الصوم بنية القطع عند الشافعية

Referensi
Al Mausu’ah al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, Juz 28/ 27\
ولو نوى الإفطار في أثناء النهار فمذهب الحنفية والشافعية أنه لا يفطر، كما لو نوى التكلم في صلاته ولم يتكلم، قال البيجوري: ويضر رفض النية ليلا، ولا يضر نهارا

Referensi
Hasyiyah Al Baijuri Ala Syarhi Ibnul Qosim, Juz 1 / 289
قوله فلا بد من إيقاع النية ليلا أي لقوله صلى الله عليه وسلم من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له والتبييت إيقاع النية ليلا -الى أن قال- ويضر رفض النية ليلا ولايضر نهارا

Referensi 
Nihayatuz Zain, Hal 89
فائدة العبادات بالنسبة إلى قطع النية أربعة أقسام قسم يبطل بمجرد قطع نيته اتفاقا وهو الإسلام والصلاة
وقسم لا يبطل بذلك اتفاقا وهو الحج والعمرة وقسم لا يبطل بذلك على الأصح وهو الصوم والاعتكاف
وقسم لا يبطل ما مضى منه على الأصح لكن يحتاج الباقي إلى تجديد نية وهو الوضوء والغسل

Referensi 
Al Asybah Wan Nadho’ir, Juz 1/ 91
نوى قطع الصوم و الاعتكاف لم يبطلا في الأصح لأن الصلاة مخصوصة من بين سائر العبادات بوجوه من الربط و مناجاة العبد ربه
نوى الأكل أو الجماع في الصوم لم يضره
نوى فعل مناف في الصلاة كالأكل و الفعل الكثير لم تبطل قبل فعله
نوى الصوم من الليل ثم قطع النية قبل الفجر سقط حكمها لأن ترك النية ضد النية بخلاف ما لو أكل بعدها لا تبطل لأن الأكل ليس ضدها

Wallohu A'lam Bis shawab

  • Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/472754836129210/?comment_id=472975812773779&offset=0&total_comments=19

MEMBUNUH HEWAN BUKAN UNTUK DIMAKAN


Indah Azza


Assalamualaikum 
Bolehkah membunuh burung dengan cara apapun saja ditembak dipukul (eyancan-madura red) esampat....tapi tidak dimakan .

JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam 
Membunuh burung bukan untuk tujuan dimakan hukumnya tidak diperbolehkan. Rasulullah Sallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa membunuh burung pipit atau lainnya dengan tidak memenuhi haknya, maka orang tersebut akan ditanyakan oleh Alloh Subhanahu Wat’ala tentang perbuatannya tersebut” kemudian beliau ditanya “apa haknya ?
Rasulullah menjawab “adalah menyembelihnya kemudian memanfaatkannya dengan dimamakan "

Referensi
مرقاة المفاتيح الجزء السابع ص ٦٦٧ دار الفكر
وعن عبد اللـه بن عمرو بن العاص رضي اللـه عنهما أن رسول اللـه صلى اللـه عليه وسلّم قال: (من قتل عصفوراً فما فوقها) أي في الحقارة والصغر أو في كبر الجثة والعظم (بغير حقها) وهو الانتفاع بأكلـها (سألـه اللـه عن قتلـه) أي عاتبه وعذبه عليه…… (قيل: يا رسول اللـه صلى اللـه عليه وسلّم وما حقها) بالرفع، ويجوز جرها على الحكاية (قال: أن يذبحها) أي ألا أن يقتلـها بنوع آخر (فيأكلـها) أي فينتفع بها ولا يرميها فيضيعها. قال ابن الملك: فيه كراهة ذبح الحيوان لغير الأكل اهـ. والأشبه أنه كراهة تحريم، ولـهذا نهى النبي عن قتل الحيوانات التي لا تؤكل كما سيأتي
رواه أحمد والنسائي والدارمي

Referensi
فتح الوهاب - زكريا الأنصاري - ج ٢ - الصفحة ٣٠١
وحرم) إتلاف (لحيوان محترم) لحرمته وللنهي عن ذبح الحيوان لغير مأكله

Referensi
أسنى المطالب شرح روض الطالب الجزء الثامن ص ٥٠٠
أَمَّا الْحَيَوَانُ أَيْ الْمُحْتَرَمُ فَيَحْرُمُ إتْلافُهُ لِحُرْمَتِهِ وَلِلنَّهْيِ عَنْ ذَبْحِ الْحَيَوَانِ لِغَيْرِ مَأْكَلَةٍ

  • Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/472930936111600/?comment_id=472959346108759&offset=0&total_comments=14

BERWUDHU' DISUNGAI YANG ADA KOTORAN MANUSIA



Ilmatul Mukarramach


Ilmatul Mukarramach
Assalamualaikum
mo tanya 
kebxkan didaerah saya buang air besar disungai yang air lebih dari 2 kullah dan mengalir(kata orang madura leke/songai)
yang saya tanyakan misalnya berwudhu' ditempat mengalirx air tersebut ada kotoran manusia.
sedangkan air lebih dari 2kullah dan mengalir.
haruskah menjauh dari kotoran trsbut atau bolehkah berwudhu' didekat kotoran tersebut/masih najiskah airx jika wudhu' deket kotoran tsbut?

JAWABAN
Wes Qie >>> MAJMU' 1/192

WAAMMAL MASALATUTS TSAANIYATU WAHIA IDZAAKAANAL MAA'U AKTSARO MIN QULLATAINI WAFIIHI NAJAASATUN JAAMIDATUN FAQOD DZAKARO WAJHAINI (ASHSHOCHIICHU MINHUMAA) ANNAHU LAA YAJIIBUT TABAA'UDU BAL TAJUUZUTH THOHAAROTU MINHU MIN CHAITSU SYAA A (WASTAANII) YAJIIBUT TABAA'UDU 'ANINNAJAASATI BIQODRI QULLATAINI WAHAADZAAL KHILAAFU MASYHUURUN FITH THORIQOTAINI LAKIN AL 'IROOQIYYUUNA WALBAGHOOWIYYU CHAKAUHU WAJHAINI KAMAA CHAKAAHUL MUSHONNIFU------- WAAMMAA IDZAA QULNAA LAA YUSYTAROTHUT TABAA'UDU FALAHU AN YATATOHHARO MIN AYYI MAUDI'IN SYAA A MINHU HAKADZA SHORROCHA BIHIL ASHCHAABU WATTAFAQUU 'ALAIHI

Tidak harus menjauh karna air yg lebih dari 2 kullah tetap suci selama tidak berubah


Salinanya bahasa arab

المجموع شرح المهذب الجزء الأول ص ١٩٢
فإن كانت النجاسة جامدة ، فالمذهب : أنه تجوز الطهارة منه ; لأنه لا حكم للنجاسة القائمة فكان وجودها كعدمها...إلخ

وأما المسألة الثانية وهي إذا كان الماء أكثر من قلتين وفيه نجاسة جامدة ، فقد ذكر وجهين ( الصحيح منهما ) أنه لا يجب التباعد ، بل تجوز الطهارة منه من حيث شاء
والثاني ) : يجب التباعد عن النجاسة بقدر قلتين ، وهذا الخلاف مشهور في الطريقتين ، لكن العراقيون والبغوي حكوه وجهين كما حكاه المصنف ، وحكاه جمهور الخراسانيين قولين ، الجديد : يجب التباعد ، والقديم : لا يجب ، واتفقوا على أن الصحيح أنه لا يجب التباعد

  • Link Asal :
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/472934392777921/?comment_id=472957349442292&offset=0&total_comments=40