Friday, May 31, 2013

Hukum Truk Sampah

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim... Suatu hari ada sebuah taxi yang menuju ke Bandara. Taxi itu melaju pada jalur yg benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan taxi itu.

Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.

Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya & memaki ke arah taxi tersebut.

Supir taxi hanya tersenyum & melambai pada orang tersebut ..

Penumpang yg ada dalam taxi itu sangat heran dgn sikapnya yg bersahabat. Penumpang itu bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"

Saat itulah penumpang itu belajar dari supir taxi tsb mengenai apa yg saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah".

Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, & seringkali mereka membuangnya kepada kita.

Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, doakan mereka, lalu lanjutkan hidup ...

Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang kita temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan ...

Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati ...

Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan kebencian, amarah dan penyesalan, maka kasihilah orang yg memperlakukan kita dengan benar, berdoalah bagi yang tidak ...

Hidup itu 10% mengenai apa yang kita buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kita menghadapinya ...

Hidup bukan mengenai menunggu hujan berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan ...

… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …

Sumber: Sudah Tahukah Anda


Ayo Subscribe ke YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/arceuszeldfer
Ayo Like Facebook Page-nya: Lampu Islam
 

Sedekah Yang Menghajikan

Pak Asep membenahi barang dagangannya, guratan-guratan tua di kening, wajahnya tetap kelihatan bening. Sejak setahun lalu kopiah putih selalu menghiasi kepalanya, menutupi rambutnya yang seluruhnya telah berwarna putih. “Alhamdulillah Jang, kadang sepi kadang ramai,” katanya menceritakan usahanya dengan bibir terus tersenyum.  

 

Dalam usia yang ke 67 ini Pak Asep ditemani istrinya mengurus warung kelontong berukuran 3 kali 4 meter. Pak Asep dan istrinya belum dikaruniai anak. Diusia yang senja mereka terlihat menikmati hidup. Toko kelontong yang ada di depan rumahnya yang ada di sebuah gang kecil di Bandung itu jadi satu-satunya penopang kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

“Ini kenang-kenangan dari Mekkah, Jang,” menunjuk kopiah putihnya. Pak Asep dan Istrinya memang pergi ke tanah suci tahun lalu. “Dari dulu Bapak pingin pergi haji”, lanjutnya. Hal ini membuatnya berkomitmen untuk menabung sedikit demi sedikit dari hasil penjualan barang-barang di warungya. “Saya mah pokoknya niat pingin sekali pergi ke tanah suci,” lanjutnya.

 

Bertahun-tahun sudah tabungannya, sesekali dihitungnya sekedar untuk makin menguatkan keinginannya. “Kurang beberapa juta lagi, Nyi, cukup da, beberapa tahun lagi, gak lama,” katanya pada istrinya. Senyum Pak Asep dan Istrinya merekah. Terbayang ia bersama istrinya akan berthawaf keliling mengucapkan talbiah, “Labbaik Allaahumma Labbaik”. Saat-saat yang diimpikannya bertahun-tahun, untuk menyempurnakan rukun Islam, rindu di hari tuanya mendekat kepada Sang Khalik .

 

Dalam hari-hari semangatnya berhaji itu, tiba-tiba sampai di telinganya sebuah kabar tentang tetangganya masuk rumah sakit dan harus dioperasi. Para tetangga sebenarnya sudah iuran membantu meringankan biaya rumah sakitnya. Tapi biaya operasi memang mahal. Pak Asep tersentak……….
Terbayang olehnya uang tabungannya untuk biaya haji dapat membantu operasi tetangganya yang tak berpunya. “Haji ibadah, sedekah juga ibadah, gak apa sedekah kan uang kita untuk berobat, Ki,” istrinya mendukung uang tabungannya bertahun-tahun itu diberikan untuk biaya tetangganya yang dioperasi di rumah sakit. “Kang, terima ini ya, rezeki mah dari Allah, mungkin emang lewat saya, biarlah ini jadi jalan makin yang mendekatkan aku pada Alloh, moga-moga cepet sembuh, kang,” katanya sambil menyerahkan amplop tebal uang tabungannya yang berbilang tahun itu. Dipeluknya Pak Asep dengan erat.
Sedikit yang tahu ketulusan Pak Asep dan Istrinya ini.

 

Ketika dokter yang merawat temannya ini heran dari mana ia bisa membiayai operasi yang mahal ini, maka sampailah cerita tentang uang tabungan Pak Asep ini. “Boleh saya dikenalkan sama Pak Asep, pak?” sambut sang dokter terharu.

Maka ditemuinya Pak Asep dan istrinya. Dan ditemuinya keteduhan seorang dermawan. Raut wajah yang kaya, meski dalam kesederhanaan hidup. “Pak Asep, saya ada rezeki, bolehkan saya ikut mendaftarkan Bapak dan istri pergi haji bersama saya dan keluarga?” Sang dokter menawarkan. Pak Asep dan istriya sejenak berpandangan. Tak kuat lagi menahan haru, dipeluknya dokter dermawan tadi. “Alloh Maha Kaya,” ucapnya lirih di telinga dokter.

 

Maka kakinya kemudian hadir di Baitullah, berhaji, dengan karunia dan rezeki dari Allah. Pak Asep dan istri seakan mereguk hidangan Allah yang sempurna, buah dari kedermawanannya.

Kisah Pak Asep mungkin saja banyak terjadi kehidupan kita. Pak Asep-Pak Asep lain pun telah menggores hikmah kehidupannya sendiri. Atau bahkan telah pula sering kita alami sendiri. Dan selalu saja sedekah akan menyuburkan hati kita, memberkahi kehidupan kita. Maka mengapa kita menunda sedekah kita ?

 

Cahaya Menuju Surga
wedhakencana.blogspot.com 

Sumber:
http://kebunhidayah.wordpress.com/2009/05/26/sedekah-yang-menghajikan/

 

HUKUM MEMULAI DAN MENJAWAB SALAM KEPADA LAWAN JENIS

Mbahdiem AShietieruw
asslamualaikumm
sob ....!
lau mnurut anda smua kra'' gmana ea hkumnya lelaki mnjawab slamnya permpuan yg bkan mukhrim...????
mbon jwabanya......
wassalam


JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam wr wb
Hukum memulai dan menjawab salam kepada lawan jenis terjadi perincian sebagai berikut :


(1) Sunnah, apabila disampaikan dari satu orang laki-laki kepada istrinya, mahram dan ajûz (nenek-nenek) serta sebaliknya. Sedangkan hukum menjawabnya adalah wajib.

(2) Jawaz, apabila disampaikan oleh beberapa (jamaah) laki-laki kepada satu atau beberapa perempuan ketika tidak dikhawatirkan terjadi fitnah. Sedangkan hukum menjawabnya wajib.

(3) Makruh, apabila disampaikan oleh satu laki-laki ajnabi kepada satu perempuan ajnabiyah  musytahat ketika tidak dikhawatirkan fitnah. Namun dalam hal ini hukum menjawabnya haram.

(4) Haram, apabila disampaikan oleh satu laki-laki kepada ajnabiyah musytahat ketika dikhawatirkan terjadinya fitnah yang hukum menjawabnya haram. Atau salam yang disampaikan ajnabiyah musytahat pada ajnabi yang hukum menjawabnya adalah makruh.


Referensi 
الأذكار النووية ص ٢١٦
إعلم أن الرجل المسلم الذى ليس بمشهور بفسق ولا بدعة يسلم ويسلم عليه. فيسن له السلام ويجب الرد عليه – قال أصحابنا : والمرأة مع المراة كالرجل مع الرجل – وأما المرأة مع الرجل فقال الأمام أبو سعد المتولى : إن كانت زوجته او جاريته أو محرما من محارمه فهى معه الرجل مع الرجل فيستحب لكل واحد منهما إبتداء الآخر بالسلام, ويجب من الأخر رد السلام عليه وإن كانت أجنبية فإن كانت جميلة يخاف الإفتتان بها لم يسلم الرجل عليها ولو سلم لم يجز لها رد الجواب ولو تسلم هى عليه إبتداء, فإن سلمت لم تستحق جوابا فإن أجابها كره له وإن كانت عجوزا لا يفتتن بها جاز أن تسلم على الرجل, وعلى الرجل رد السلام عليها. وإذا كانت النساء جمعا فيسلم عليهن الرجل أو كان الرجال جمعا كثيرا فسلموا على المرأة الواحدة جاز إذا لم يخف عليه ولا عليهن ولا عليها ولا عليهم فنتة

Referensi 
نهاية المحتاج الجزء الثامن ص ٥٢- ٥٣
ويندب للنساء إلا مع الرجال الأجانب فيحرم من الشابة ابتداء وردا ويكرهان عليها , نعم لا يكره سلام جمع كثير من الرجال عليها حيث لم تخف فتنة لا على جمع نسوة أو عجوز فلا يكرهان

Referensi 
حاشيه جمل على المنهج الجزء الخامس ص ١٨٧ دار الفكر
فإن كان المسلم عليه نسوة وجب عليهن الرد كفاية ولو كان المسلم رجلا واحدا وإن لم تكن مشتهاة وجب الرد منها وعليها وإذا كان المسلم رجالا متعددين ولو على امرأة واحدة وجب الرد وإذا كان هناك محرمية أو نحوها وجب الرد وكذلك إذا اتفق الجنس وهذا في المعنى قيد خامس فإن كان المسلم والمسلم عليه نسوة فيجب الرد ونص عبارة الروض وشرحه اهـ

Referensi
حاشيه جمل على المنهج الجزء الخامس ص ١٨٨ دار الفكر
ورد سلام)  من مسلم عاقل (على جماعة) من المسلمين المكلفين فيكفي من أحدها بخلافه على واحد فإنه فرض عين إلا إن كان المسلم أو المسلم عليه أنثى مشتهاة والآخر رجلا ولا محرمية بينهما أو نحوها فلا يجب الرد ثم إن سلم  هو حرم عليها الرد أو سلمت هي كره له الرد وظاهر أن الخنثى مع المرأة كالرجل معها ومع الرجل كالمرأة معه ولا يجب الرد على فاسق ونحوه إذا كان في تركه زجر لهما أو لغيرهما ويشترط أن يتصل الرد بالسلام اتصال القبول بالإيجاب (وابتداؤه) أي السلام على مسلم ليس بفاسق ولا مبتدع (سنة) على الكفاية إن كان من جماعة وإلا فسنة عين لخبر أبي داود بإسناد حسن “إن أولى الناس بالله من بدأهم بالسلام
قوله إلا إن كان المسلم أو المسلم عليه أنثى) أي واحدة أي منفردة لم يكن معها غيرها وكذلك قوله والآخر رجلا فقد قيد عدم وجوب الرد بأربعة قيود كون الأنثى منفردة وكونها مشتهاة وكون الآخر رجلا منفردا وعدم المحرمية ونحوها بينهما ومحترز القيود الأربعة يعلم من عبارة الروض وشرحه محصله أنه متى انتفى قيد من الأربعة كان الرد واجبا فإن كان المسلم عليه نسوة وجب عليهن الرد كفاية ولو كان المسلم رجلا واحدا وإن لم تكن مشتهاة وجب الرد منها وعليها وإذا كان المسلم رجالا متعددين ولو على امرأة واحدة وجب الرد وإذا كان هناك محرمية أو نحوها وجب الرد وكذلك إذا اتفق الجنس وهذا في المعنى قيد خامس فإن كان المسلم والمسلم عليه نسوة فيجب الرد ونص عبارة الروض وشرحه

Referensi
أسنى المطالب الجزء الرابع  ص ٥ ١٨
فرع ويسن) السلام (للنساء) مع بعضهن وغيرهن (لا مع الرجال الأجانب) أفرادا وجمعا (فيحرم) السلام عليهم (من الشابة ابتداء وردا) خوف الفتنة (ويكرهان) أي ابتداء السلام ورده (عليها) نعم لا يكره سلام الجمع الكثير من الرجال عليها إن لم يخف فتنة ذكره في الأذكار وذكر حرمة وكراهة ابتدائها به من زيادة المصنف
قوله ويكرهان عليها) أي إن لم يخش الفتنة وإلا فيحرمان وكتب أيضا وظاهر أن الخنثى مع المرأة كالرجل معها ومع الرجل كالمرأة معه ش (قوله إن لم يخف فتنة) ذكره في الأذكار أشار إلى تصحيحه

Referensi
فتح المعين وهامشه إعانة الطالبين الجزء الرابع ص ١٨٥
ودخل فى قولي مسنون سلام امرأة على امرأة او نحو محرم او سيد او زوج وكذا على اجنبي وهى عجوز لا تشتهى ويلزمها فى هذه الصورة رد سلام الرجل أما مشتهاة ليس معها امرأة أخرى فيحرم عليها رد سلام أجنبي ومثله إبتداؤه ويكره رد سلامها ومثله ابتداؤه أيضا. والفرق أن ردها وابتدائها يطمعه لطمعه فيها أكثر – بخلاف ابتدائه ورده (قوله : ومثله ) أى ومثل الرد في حرمته منها إبتداؤه منها فإنها حرام ( قوله : ويكره رد سلامها ) أي يكره على الأجنبي أن يرد سلام المشتهاة وقوله ومثله :أي الرد في الكراهة ابتداء السلام منه عليها

Referensi
دليل الفالحين الجزء الثالث ص ٣٠٨ 
“وعلى اجنبية واجنبيات لايخاف الفتنة بهن ” هو قيد فى المعطوف اى الاجنبيات وكذا الاجنبية وسلامهن بهذاالشرط اي امن الفتنه فيسن السلام للنساء الا مع الرجال الاجانب فيحرم السلام عليهم من الشابة ابتداء وردا خوف الفتنه ويكره ابتداء السلام ورده عليها الا ان سلم جمع كثيرمن الرجال عليها فلاكراهة ان لم يخف الفتنة ولايكره ابتداء السلام على جمع نسوة اوعجوز لانتفاء خوف الفتنة بل يندب الابتداء به منهن على غيرهن وعكسه ويجب الرد كذالك هذا تفصيل احكام المسئلة عند اصحابنا الشافعية

Referensi
إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص ٩٥ الهداية
لوكان المسلم او المسلم عليه أنثى مشتهاة والأخرى رجلا ولا محرمية فلا يجب الرد حينئذ فإن سلم هو حرم عليها الرد أو هى كره له الرد ولا يجب الرد على فاسق ونحوه ان كان فى تركه زجرله او لغيره

Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/500635783341115/

BACAAN DALAM SUJUD SAHWI

Nurah Temo Hosny
Assalamu'alaikum warahmatullah,
Ya Jama'ah Rohimakumullah.
Ana Ada Persoalan Yg dari Dulu mash Blum sempet buat Nanyain Pada para Ahli Sunah..
Kalau kita Lupa Dalam Raka'at Shalat ,misal nya kelebihan Atau Kurang dalam raka'at Shalat Tersbut
Apa kah Do'a Sujud Syahwi Nya Sama dengan Sujud Syhawi Shalat Subuh?
Sukran Kulu kum



JAWABAN
Brojol Gemblung >>> Wa'alaikumussalam

Setelah membaca susunan kata dari penanya di post, memberikan sebuah indikasi bahwa shalat shubuh memiliki sujud sahwi, entah penulis salah maksud atau salah tulis, tapi yg jelas sujud sahwi bukanlah hal yg mesti dilakukan ketika mengerjakan shalat shubuh, akan tetapi sujud sahwi dilakukan manakala orang yg shalat telah meninggalkan sunnah ab'adh dalam shalat, entah itu shalat shubuh ataupun yg lainnya. Dan adapun mengenai bacaan ketika sujud sahwi maka bila sujud itu dilakukan atas dasar kelalaian maka sepatutnya membaca : SUBHANALLADZI LA YANAMU WA LA YASHU atau SUBHANA MAN LA YANAMU WA LA YAGHFALU, dan andai dilakukan atas dasar sengaja meninggalkan sunnah ab'adh maka sepatutnya membaca ISTIGHFAR. Sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi Banten :

Referensi
ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﺰﻳﻦ ﻓﻲ ﺇﺭﺷﺎﺩ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺋﻴﻦ 81 
ﻟﻜﻦ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﻘﺘﻀﻰ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﻭﻗﻊ ﺳﻬﻮﺍ ﻓﺎﻷﻟﻴﻖ ﺑﺎﻟﺤﺎﻝ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻓﻲ ﺳﺠﻮﺩﻩ ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﻨﺎﻡ ﻭﻻ ﻳﺴﻬﻮ ﺃﻭ ﻳﻘﻮﻝ ﺳﺒﺤﺎﻥ ﻣﻦ ﻻ ﻳﻨﺎﻡ ﻭﻻ ﻳﻐﻔﻞ ﻭﺇﺫﺍ ﻭﻗﻊ ﻋﻤﺪﺍ ﻓﺎﻷﻟﻴﻖ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ. ﻗﺎﻝ ﺍﻷﺫﺭﻋﻲ ﻭﺫﻛﺮ ﺍﻟﺠﻠﻮﺱ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻛﺬﻛﺮ ﺍﻟﺠﻠﻮﺱ ﺑﻴﻦ ﺳﺠﺪﺗﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ
Namun apabila hal yg menuntut dilakukannya sujud terjadi karena kelalaian maka yg lebih pantas dibaca dalam sujud adalah : SUBHANALLADZI LA YANAMU WA LA YASHU atau membaca SUBHANA MAN LA YANAMU WA LA YAGHFALU. Dan apabila hal itu terjadi karena unsur kesengajaan maka yg lebih pantas adalah membaca ISTIGHFAR. Imam al-Adzra'i berkata: Dan dzikir yg dibaca ketika duduk di antara dua sujud sahwi itu sebagaimana bacaan dzikir yg dibaca ketika duduk di antara dua sujud shalat, (yakni Rabbighfirli warhamni...dst. -pen)

Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/500571080014252/?comment_id=500617026676324&offset=0&total_comments=7

HUKUM ONANI

Oleh : Kakek Jhosy 
Hukum Onani atau Masturbasi 
Dalam kitab AS-Showi ‘ala Syarhi Tafsir al-Jalalain onani adalah merangsang kemaluan sendiri untuk mencapai orgasme (bagi laki-laki) dan bagi perempuan disebut masturbasi.
Bagaimanakah hukum dari masturbasi atau onani? 

(1) Haram, menurut Imam Malik, Imam syafi’i, dan Imam Abu Hanifah 

(2) Boleh, menurut Imam Ahmad bin Hambal tetapi dengan tiga syarat: 

(1) Khawatir akan melakukan perzina’an.

(2) Tidak mampu menikah (tidak punya mahar untuk menikahi wanita)

(3) Dengan menggunakan tangannya sendiri, tidak menggunakan tangan orang lain.

***********

Dalam menyikapi perbuatan onani ini, didalam kitab Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah dikalsifikasikan dalam beberapa kondisi, antara lain 3 hal

(1) Kondisi tanpa ada kebutuhan (hajat) dengan tangannya sendiri Dalam kondisi ini, dari madzhab Malikiyah,Syafi’iyah, dan Hanabilah sepakat bahwa hukum onani adalah haram. Karena dalam al-Qur’an ayat 5-6 Surat al-Mu’minun dan diperkuat dalam ayat 7 : dalam surat yang sama bahwa hanya ada dua hal yang diperbolehkan untuk berjima’ yaitu dengan isteri dan budaknya, tidak diperbolehkan dengan selain itu (termasuk masturbasi / onani/ istimna') karena dengan tangan atau alat selain kelamin isteri atau budaknya) Pendapat ini didukung sebuah qoul dari kalangan ulama' Hanafiyah. Sedangkan menurut madzhab Hanafi (qoul madzhab) ImamAhmad dan Imam Atho' dalam sebuah riwayat menyatakan hukum onani adalah makruh. Hukum makruh menurut madzhab Hanafiyah di beri catatan makruh yang diharamkan.

(2) Kondisi takut melakukan zina Menurut Hanafiyah dan Hanabilah dalam qoul madzhab (qoul yang diterima dimadzhab tersebut) hukum onani dalam kondisi ini tidak ada masalah . artinya dilegalkan. Imam Al Mirdawi bahkan mengatakan wajibnya onani dalam kondisi ini, karena kondisi ini adalah kondisi yang melebihi dari sekedar kondisi terpaksa. Sedangkan menurut Syafi’iyah hukum onani dalam kondisi ini adalah haram. Karena hanya sekedar hajat dan syariat telah mengharamkan hal itu, kecuali tidak ada jalan lain untuk menghindari zina, toh masih ada cara lain untuk menghindar dari zina, yaitu dengan berpuasa misalnya

(3) Kondisi tidak ada jalan lain untuk menghindar dari zina Madzhab Hanafiyah, Syafi’yah dan Hanabilah sepakat ketika dalam kondisi ini maka hukum onani adalah legal, karena untuk menghindari zina yang lebih besar nilai dosanya. Sedangkan menurut Madzhab Malikiyah hukum onani tetap haram ditakutkan zina ataupun tidak, sedangkan apabila hanya dengan istimna’ jalan satu-satunya untuk menghindari zina, maka didahulukan melakukan onani dari pada zina karena mengedepankan mafsadah yang lebih ringan dari dua hal mafsadah.


Referensi
AS-Showi ‘ala Syarhi Tafsir al-Jalalain juz 3 halaman 112.
قَوْلُهُ كَاْلاِسْتِمْناَءِ بِالْيَدِّ أَيْ فَهُوَ حَرَامٌ عِنْدَ مَالِكٍ وَالشَّافِعِيْ وَأَبِيْ حَنِيْفَةَ فَقَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلْ يَجُوْزُ بِشُرُوْطِ ثَلاَثَةِ أَنْ يَخَافَ الزِّناَ وَأَنْ لاَ يَجِدَ مَهْرَ حُرَّةٍ أَوْ ثَمَنَ أَمَّةٍ وَأَنْ يَفْعَلَهُ بِيَدِهِ لاَ بِيَدِ أَجْنَبيِّ أَوْ اَجْنَبِيَّةِ .

Referensi
فقد جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية   ما نصه 
لاِسْتِمْنَاءِ الرَّجُل بِيَدِهِ حَالاَتٌ 
الْحَالَةُ الأْولَى : الاِسْتِمْنَاءُ لِغَيْرِ حَاجَةٍ :اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي حُكْمِ اسْتِمْنَاءِ الرَّجُل بِيَدِهِ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ فَذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ فِي الْمَذْهَبِ وَالْحَنَفِيَّةُ فِي قَوْلٍ إِلَى أَنَّ الاِسْتِمْنَاءَ مُحَرَّمٌ ؛ لِقَوْل اللَّهِ تَعَالَى  ( وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ) وَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ فِي الْمَذْهَبِ وَأَحْمَدُ فِي رِوَايَةٍ وَعَطَاءٌ إِلَى أَنَّهُ يُكْرَهُ، وَقَيَّدَ الْحَنَفِيَّةُ الْكَرَاهَةَ بِالتَّحْرِيمِ حَيْثُ صَرَّحُوا بِأَنَّهُ مَكْرُوهٌ تَحْرِيمًا، وَقَال أَحْمَدُ فِي رِوَايَةٍ نَقَلَهَا ابْنُ مَنْصُورٍ: لاَ يُعْجِبُنِي بِلاَ ضَرُورَةٍ 

الْحَالَةُ الثَّانِيَةُ: الاِسْتِمْنَاءُ لِخَوْفِ الزِّنَا : اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي حُكْمِ الاِسْتِمْنَاءِ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ: فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ فِي الْمَذْهَبِ إِلَى أَنَّ مَنِ اسْتَمْنَى فِي هَذِهِ الْحَالَةِ لاَ شَيْءَ عَلَيْهِ ، وَعَبَّرَ الْحَنَفِيَّةُ عَنْ هَذَا الْمَطْلَبِ بِقَوْلِهِمُ : الرَّجَاءُ أَلاَّ يُعَاقَبَ 
قَال الْمِرْدَاوِيُّ: لَوْ قِيل بِوُجُوبِهِ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ لَكَانَ له وَجْهٌ كَالْمُضْطَرِّ ، بَل أَوْلَى لأِنَّهُ أَخَفُّ، وَعَنْ أَحْمَدَ: يُكْرَهُ 
قَال مُجَاهِدٌ: كَانُوا يَأْمُرُونَ فِتْيَانَهُمْ أَنْ يَسْتَغْنُوا بِالاِسْتِمْنَاءِ وَذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ وَأَحْمَدُ فِي رِوَايَةٍ إِلَى أَنَّهُ يَحْرُمُ وَلَوْ خَافَ الزِّنَا ؛ لأِنَّ الْفَرْجَ مَعَ إِبَاحَتِهِ بِالْعَقْدِ لَمْ يُبَحْ بِالضَّرُورَةِ ، فَهُنَا أَوْلَى ، وَقَدْ جَعَل الشَّارِعُ الصَّوْمَ بَدَلاً مِنَ النِّكَاحِ، وَالاِحْتِلاَمُ مُزِيلٌ لِشِدَّةِ الشَّبَقِ، مُفَتِّرٌ لِلشَّهْوَةِ وَهَذَا مَا يُؤْخَذُ مِنْ عِبَارَاتِ الشَّافِعِيَّةِ حَيْثُ يُحَرِّمُونَ الاِسْتِمْنَاءَ إِلاَّ إِذَا تَعَيَّنَ طَرِيقًا لِدَفْعِ الزِّنَا 

الْحَالَةُ الثَّالِثَةُ: الاِسْتِمْنَاءُ عِنْدَ تَعَيُّنِهِ طَرِيقًا لِدَفْعِ الزِّنَا 
 ذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ وَالشَّافِعِيَّةُ إِلَى جَوَازِ الاِسْتِمْنَاءِ إِذَا تَعَيَّنَ طَرِيقًا لِلْخَلاَصِ بِهِ مِنَ الزِّنَا وَصَرَّحَ الْمَالِكِيَّةُ بِأَنَّ اسْتِمْنَاءَ الشَّخْصِ بِيَدِهِ حَرَامٌ، خَشِيَ الزِّنَا أَمْ لاَ، لَكِنْ إِذَا لَمْ يَنْدَفِعْ عَنْهُ الزِّنَا إِلاَّ بِالاِسْتِمْنَاءِ قَدَّمَهُ عَلَى الزِّنَا ارْتِكَابًا لأِخَفِّ الْمَفْسَدَتَيْنِ. انتهى

Referensi
المجموع  محيى الدين النووي - ج ٧ - الصفحة ٢٩٢
وأما) الاستمناء باليد فحرام بلا خلاف لأنه حرام في غير الاحرام ففي الاحرام أولى. فان استمنى المحرم فأنزل فهل تلزمه الفدية فيه وجهان (الصحيح) المشهور لزومها وبه قطع الماوردي وقطع به المصنف في الباب الذي بعدها وقطع به أيضا المصنف في التنبيه وآخرون لأنه مباشرة محرمة فأشبه مباشرة المرأة (والثاني) لا فدية حكاه امام الحرمين عن حكاية العراقيين وحكاه أيضا الفوراني والقاضي حسين والمتولي والبغوي وآخرون لأنه استمتاع ينفرد به فأشبه الانزال بالنظر فإنه لا فدية فيه. قال البغوي ويجري الوجهان في تقبيل الغلام بالشهوة (الأصح) وجوب الفدية (والثاني) لا: قلت والصواب في الغلام القطع بالوجوب لأنها لغيره وهي حرام فأشبهت مباشرة المرأة بخلاف الاستمناء فإنه ليس فيه مباشرة لغيره والله أعلم

Referensi
وقال الشافعي في الأم الجزء الخامس ص ١٠١
باب الاستمناء قال الله عزوجل (والذين هم لفروجهم حافظون * إلا على أزواجهم) قرأ إلى (العادون) (قال الشافعي) فكان بينا في ذكر حفظهم لفروجهم إلا على أزواجهم أو ما ملكت أيمانهم تحريم ما سوى
الازواج وما ملكت الايمان وبين أن الازواج وملك اليمين من الادميات دون البهائم ثم أكدها فقال عز وجل 
(فمن ابتغى وراء ذلك فأولئك هم العادون) فلا يحل العمل بالذكر إلا في الزوجة أو في ملك
اليمين ولا يحل الاستمناء والله تعالى أعلم وقال في قول الله تعالى (وليستعفف الذين لا يجدون نكاحا حتى يغنيهم الله من فضله) معناها والله أعلم ليصبروا حتى يغنيهم الله تعالى وهو كقوله في مال اليتيم (ومن كان غنيا فليستعفف) ليكف عن أكله بسلف أو غيره

Referensi
قال شارح مختصر الشيخ خليل في كتابه مواهب الجليل في شرح مختصر الشيخ خليل – وهو كتاب في الفقه المالكي الجزء الثامن ص ٢٩٨
فَائِدَةٌ  : قَالَ فِي التَّوْضِيحِ : قَالَ ابْنُ بَشِيرٍ : وَقَدْ أَخَذَ الْمُتَأَخِّرُونَ مِنْ هَذَا أَنَّ الِاسْتِمْنَاءَ بِالْيَدِ حَرَامٌ 

Referensi
وفي الفقه الحنفي قال صاحب حاشية رد المحتار ابن عابدين الجزء الرابع ص ١٩٢
قوله (الاستمناء حرام) أي بالكف إذا كان لاستجلاب الشهوة، أما إذا غلبته الشهوة وليس له زوجة ولا أمة ففعل ذلك لتسكينها فالرجاء أنه لا وبال عليه كما قاله أبو الليث، ويجب لو خا ف الزنا

Referensi
وقال المباركفوري في تحفة الأحوذي في شرح الجامع للترمذي بعدما نقل قول ابن حجر السابق الجزء الثالث ص ١٤٦
قُلْت : فِي الِاسْتِمْنَاءِ ضَرَرٌ عَظِيمٌ عَلَى الْمُسْتَمْنِي بِأَيِّ وَجْهٍ كَانَ . فَالْحَقُّ أَنَّ الِاسْتِمْنَاءَ فِعْلٌ حِرَامٌ لَا يَجُوزُ اِرْتِكَابُهُ لَا لِغَرَضِ تَسْكِينِ الشَّهْوَةِ ، وَلَا لِغَرَضٍ آخَرَ وَمَنْ أَبَاحَهُ لِأَجْلِ التَّسْكِينِ فَقَدْ غَفَلَ غَفْلَةً شَدِيدَةً وَلَمْ يَتَأَمَّلْ فِيمَا فِيهِ مِنْ الضَّرَرِ . هَذَا مَا عِنْدِي وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ 

Wallohu A'lam Bishawaab

Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/500613256676701/

HUKUM MEMELIHARA ANJING

Raden Imron >>> Assalamu'alaikum. . .ustadz/ustadzah saya mau tanya nih. apa benar klo org islam mmelihara anjing akan djauhi para malaikat..mohon penjelasannya ustadz/ustadzah.sukron katsir.


JAWABAN
Ilmatul Mukarramach >>> Wa'alaikum salam Hukum memelihara anjing
pandangan ulamak

اقتناء الكلب 

 اتفق الفقهاء على أنه لا يجوز اقتناء الكلب إلا لحاجة : كالصيد والحراسة ، وغيرهما من وجوه الانتفاع التي لم ينه الشارع عنها 

وقال المالكية : يكره اتخاذه لغير زرع أو ماشية أو صيد ، وقال بعضهم بجوازه 

وقد ورد عن أبي هريرة ، عن النبي صلى الله عليه وسلم ، أنه قال : من اتخذ كلبا إلا كلب ماشية أو صيد أو زرع انتقص من أجره كل يوم قيراط 

وعن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من اقتنى كلبا إلا كلب صيد ، أو ماشية ، نقص من أجره كل يوم قيراطان 

وأما اقتناؤه لحفظ البيوت فقد قال ابن قدامة : لا يجوز على الأصح للخبر المتقدم ، ويحتمل الإباحة

وقال الشافعية : إذا زالت الحاجة التي يجوز اقتناء الكلب لها فإنه يجب زوال اليد عن الكلب بفراغها ، وقالوا يجوز تربية الجرو الذي يتوقع تعليمه لذلك 

MEMELIHARA ANJING
Para Ulama sepakat bahwa tidak diperbolehkan memelihara anjing kecuali ada keperluan seperti untuk berburu, penjaga dan kepentingan-kepentingan lainnya yang tidak dilarang oleh Syara’.

Kalangan Malikiyyah berkata “Makruh memeliharanya selain demi menjaga tanaman, hewan ternak atau untuk berburu, sebagian pendapat dikalangan ini menyatakan kebolehannya”

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk berburu atau anjing untuk menjaga binatang ternak, maka pahalanya akan berkurang satu qirath setiap harinya.” (HR. Al-Bukhari –Fath al-Baari V/5 dan Muslim III/1203)

Diriwayatkan dari Ibn Umar sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk berburu atau anjing untuk menjaga binatang ternak, maka pahalanya akan berkurang dua qirath setiap harinya.” (HR. Muslim III/1201)

Sedang memeliharanya untuk menjaga rumah menurut Ibn Quddaamah (dari madzhab Hanabilah) menurut pendapat yang paling shahih tidak diperbolehkan, dan memungkinkan juga untuk hukum kebolehannya.

Kalangan Syafi’iyyah berpendapat “Bila kepentingan yang membolehkannya memelihara anjing telah tertiadakan maka wajib menghilangkan penguasaan atas anjing tersebut, mereka menambahkan boleh mengajari anak anjing dengan tujuan seperti yang diperbolehkan diatas

(Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 35/12)

Link Asal : http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/500244380046922/?comment_id=500571606680866&offset=0&total_comments=13

HUKUM DONOR ORGAN TUBUH MANUSIA

AL BI >>> DILEMA GINJAL CURIAN


Diskripsi masalah:Ada seorang penculik namanya FEBRI yg mnculik pria yg brnama FATAH dgn tujuan diambil ginjalnya untuk diberikan kpd anaknya (FEBRI) yg terbaring dirumah sakit krn mmbutuhkn donor ginjal.
Stlh ginjal itu diambil dr FATAH dan diberikan kpd anaknya (FEBRI) dan akhirnya anaknya sehat kmbali.
Sementara itu FATAH tdk ikhlas dan meminta ginjalnya kembali lagi,
Krn tdk kuasa dgn tuntutan FATAH akhirnya FEBRI-pun dgn berat hati sepakat untuk mngembalikn ginjal itu.


Akhirnya ginjalnya pun diambil lagi sehingga membuat anak itu meninggal.
_______________________________________

Pertanyaan:A.apakah Kejadian tersebut bisa dikatagorikan pembuhan?B. Dan siapakah yg bertanggung jawab.?


Bagaimanakah menrut fiqih


 JAWABAN
Pozank Bin Puzink >>> Jika transplantasi dilakukan terhadap orang yang masih hidup, maka hukumnya dirinci sebagai berikut :


1. Jika transplantasi dapat menyebabkan kematian pendonor, seperti trasplantasi jantung ginjal dll, maka transplantasi tersebut haram dilakukan secara mutlak, baik transplantasi tersebut mendapat izin dari pendonor maupun tidak. Apabila hal tersebut dilakukan dengan izin maka hal tersebut adalah tindakan bunuh diri. Sedangkan apabila dilakukan dengan tanpa izin, maka hal tersebut adalah tindak pembunuhan.


2. Jika transplantasi tersebut tidak menyebabkan kematian pendonor (dalam arti si pendonor tetap bisa hidup tanpa adanya organ itu) maka hukumnya diperinci lagi


A. Apabila organ tubuh  yang ditranplantasi tersebut dapat diperbaharui lagi oleh tubuh maka hukumnya boleh, seperti donor darah atau donor kulit.


B. Apabila organ tubuh yang ditranplantasi tersebut tidak dapat diperbaharui lagi oleh tubuh maka hukumnya haram, seperti transplantasi mata, ginjal, tangan, kaki dsb.


Terakhir, para ulama' memberikan syarat diperbolehkannya memindah anggota badan dari satu tempat dari tubuhnya seseorang ke tempat yang lain dari tubuhnya. Serta harus adanya kepastian bahwa kemanfaatan yang dihasilkan transpalasi tersebut lebih unggul bila dibandinkan dengan efek samping atau madlorot yang ditimbulkan. Dan juga disyaratkan pemindahann tersebut dalam rangka mewujudkan anggota yang tidak ada, mengembalikan bentuknya seperti semula, mengembalikan fungsi yang dimiliki, memperbaiki cacat, atau untuk menghentikan pendarahan yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa atau cacatnya anggota badan. Wallohu a'lam.



Referensi

Fatawi Al Azhar, Juz 10  Hal : 104
السؤال : هل يجوز نقل عضو من شخص إلى آخر ؟الجواب : اختلفت آراء الفقهاء ورجال القانون فى هذا الموضوع ، وبعد استعراض أدلتهم وما جاء فى كتب الفقه نرى ما يأتىأولا : إذا كان المنقول منه ميتا ، فإن كان قد أوصى أو أذن قبل وفاته بهذا النقل فلا مانع من ذلك حيث لا يوجد دليل يعتمد عليه فى التحريم وكرامة أجزاء الميت لا تمنع من انتفاع الحى بها ، تقديما للأهم على المهم ، والضرورات تبيح المحظورات كما هو مقرروإن لم يوص أو لم يأذن قبل موته ، فإن أذن أولياؤه جاز ، وإن لم يأذنوا : قيل بالمنع وقيل بالجواز ، ولا شك أن الضرورة فى إنقاذ الحى تبيح المحظور . وهذا النقل لا يصار إليه إلا للضرورةثانيا : إذا كان المنقول منه حيا ، فإن كان الجزء المنقول يفضى إلى موته مثل القلب كان النقل حراما مطلقا ، أى سواء أذن فيه أم لم يأذن ، لأنه إن أذن كان انتحارا ، وإن لم يأذن كان قتلا لنفس بغير حق ، وكلاهما محرم كما هو معروفوإن لم يكن الجزء المنقول مفضيا إلى موته ، على معنى أنه يمكن أن يعيش بدونه فينظر : إن كان فيه تعطيل له عن واجب ، أو إعانة على محرَّم كان حراما ، وذلك كاليدين معا أو الرجلين معا ، بحيث يعجز عن كسب عيشه أو يسلك سبلا غير مشروعة وفى هذه الحالة يستوى فى الحرمة الإذن وعدم الإذنوإن لم يكن فيه ذلك كنقل إحدى الكليتين أو العينين أو الأسنان أو بعض الدم ، فإن كان النقل بغير إذنه حرم ، ووجب فيه العوض ، على ما هو مفصل فى كتب الفقه فى الجناية على النفس والأعضاء ، وإن كان بإذنه قال جماعة بالتحريم ، واحتج بعضهم عليه بكرامة الآدمى التى تتنافى مع انتفاع الغير بأجزائه ، وبأن ما يقطع منه يجب دفنه



Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuh, Juz : 7 Hal : 5124-5125
أولاً: يجوز نقل العضو من مكان من جسم الإنسان إلى مكان آخر من جسمه، مع مراعاة التأكد من أن النفع المتوقع من هذه العملية أرجح من الضرر المترتب عليها، وبشرط أن يكون ذلك لإيجاد عضو مفقود أو لإعادة شكله أو وظيفته المعهودة له، أو لإصلاح عيب أو إزالة دمامة تسبب للشخص أذى نفسياً أو عضوياًثانياً: يجوز نقل العضو من جسم إنسان إلى جسم إنسان آخر، إن كان هذا العضو يتجدد تلقائياً، كالدم والجلد، ويراعى في ذلك اشتراط كون الباذل كامل الأهلية، وتحقق الشروط الشرعية المعتبرةثالثاً: تجوز الاستفادة من جزء من العضو الذي استؤصل من الجسم لعلة مرضية لشخص آخر، كأخذ قرنية العين لإنسان ما عند استئصال العين لعلة مرضيةرابعاً: يحرم نقل عضو تتوقف عليه الحياة كالقلب من إنسان حي إلى إنسان آخرخامساً: يحرم نقل عضو من إنسان حي يعطل زواله وظيفة أساسية في حياته وإن لم تتوقف سلامة أصل الحياة عليها كنقل قرنية العينين كلتيهما، أما إن كان النقل يعطل جزءاً من وظيفة أساسية فهو محل بحث ونظر كما يأتي في الفقرة الثامنةسادساً: يجوز نقل عضو من ميت إلى حي تتوقف حياته على ذلك العضو، أو تتوقف سلامة وظيفة أساسية فيه على ذلك. بشرط أن يأذن الميت أو ورثته بعد موته، أو بشرط موافقة وليّ المسلمين إن كان المتوفى مجهول الهوية أو لا ورثة لهسابعاً: وينبغي ملاحظة أن الاتفاق على جواز نقل العضو في الحالات التي تم بيانها، مشروط بأن لا يتم ذلك بوساطة بيع العضو. إذ لا يجوز إخضاع أعضاء الإنسان للبيع بحال ماأما بذل المال من المستفيد، ابتغاء الحصول على العضو المطلوب عند الضرورة أو مكافأة وتكريماً، فمحل اجتهاد ونظرثامناً: كل ما عدا الحالات والصور المذكورة، مما يدخل في أصل الموضوع، فهو محل بحث ونظر، ويجب طرحه للدراسة والبحث في دورة قادمة، على ضوء المعطيات الطبية والأحكام الشرعية. والله أعلم



Mauhibatu Dzawil Fadhl, Juz : 3  Hal : 309
كَسْرُ عَظْمِ الْمَيِّتِ كَكَسْرِهِ حَيًّاويكره أخذ شعره وظفره وإن كان مما يزال للفطرة واعتادت إزالته لأن أجزاء الميت محرمة فلا تنتهك بذلك



Al-Asybah Wan-Nadho'ir, Hal : 84
القاعدة الأولى الضروريات تبيح المحظورات     ويتعلق بهذه القاعدة قواعد الأولى: الضروريات تبيح المحظورات بشرط عدم نقصانها عنها، ومن ثم جاز أكل الميتة عند المخمصة


Link Asal : http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/499605940110766/

Thursday, May 30, 2013

Agar Shalat Kita Khusyuk

Shalat berkenaan dengan masalah rohaniah. Shalat harus datang dari hati dan pikiran kita. Seorang muslim yang sukses seperti yang difirmankan Allah:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya." (Q.S. Al-Mu’miinun:1-2)

Mereka menunaikan shalat dengan benar dan khusyu’. Untuk mencapai khusyu’, kita harus tahu di hadapan siapa kita berdiri dan kata-kata apa yang kita ucapkan. Semua perasaan ini harus datang dari hati kita. Semakin banyak rasa ini tertanam dalam hati kita, maka akan semakin baik shalat kit. Sebaliknya, semakin lemah rasa dan pikiran ini, maka akan semakin lemah shalat kita.

Kebanyakan dari kita mengkhayal ketika shalat. Seharusnya pemikiran kita tidak boleh bercabang ketika shalat. Kenapa? Karena keinginan kita untuk shalat menjadi hilang, konsentrasi juga hilang, dan kita tidak memahami apa yang kita baca.

Cara memperkuat kekhusyukan adalah dengan memahami siapa Allah S.W.T. Kita harus sadar di hadapan siapa kita menghadap?

Allah S.W.T. tidak membutuhkan kita. Allah S.W.T. Maha Besar. Dia tidak perlu ibadah kita, Dia tidak perlu khusyuk kita, Allah tidak menunggu amal dari kita. Kerajaan dan kekuasaan Allah tidak bertambah karena dzikir, tasbih, rukuk, dan sujud kita. Kitalah yang butuh Allah. Kita seharusnya merasa terhormat. 

Pada saat kita mengucapkan takbir, seharusnya kita merasa terhormat karena Allah S.W.T. telah memberikan kita kesempatan untuk berbicara kepada-Nya. Inilah mengapa para ulama mengatakan “Siapapun yang mau berbicara dengan Allah, maka dia harus shalat.” Ketika kalian shalat, maka tidak ada pembatas antara kalian dengan Allah. 

Rasulullah S.A.W. bersabda dalam sebuah hadist sahih

“Tidak ada tempat untuk keempat jari di seluruh jagat raya ini, melainkan ada seorang malaikat yang sedang bersujud di hadapan Allah S.W.T.”

Di setiap empat jari, bermilyar-milyar malaikat terus-menerus memuji Allah S.W.T.

Allah S.W.T. berfirman bahwa ketujuh langit beserta isinya memuji Allah, baik itu butiran tanah, pepohonan, dan lain-lain. Tapi kita tidak mengerti, kita tidak bisa memahami dan mendengar pujian mereka.

Allah tidak membutuhkan kita, karena kebanyakan dari kita merasa berkewajiban untuk mengerjakan shalat. Kebanyakan dari kita shalat untuk memenuhi kewajiban kita.

Jika kalian berdiri di hadapan Allah dengan keinginan seperti ini, apakah kalian tidak sadar bahwa Allah S.W.T. mengetahui dengan jelas apa keadaan hati kalian pada saat itu? Rasa yang membuat kita merasa terbebani dengan kewajiban shalat bukanlah rasa yang benar. Kalian seharusnya merasa terhormat.

Demi Allah, ketika kita berdiri di hadapan orang yang kita takuti, misalnya hakim di pengadilan, seorang presiden, atau seorang perdana menteri. Ketika kita berhadapan dengan mereka, yang terjadi adalah, hati kalian mulai berdebar-debar. 

Ketika kalian berdiri di hadapan hakim dan dia akan memutuskan perkaranya, maka hati kalian mulai berdebar-debar. Kenapa? Karena kita sadar tentang siapa orang ini. “Aku tahu siapa dia, aku tahu apa wewenangnya, dia dapat menghancurkan hidupku.” Dan karena kita mengetahuinya, maka perasaan/emosi kita mulai meningkat.

Tapi masalahnya ketika kita berhubungan dengan Allah, maka perasaan ini tidak timbul. Kita berdiri di hadapan Allah, tapi malah berkhayal. Kita tahu bahwa Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati kita. Tapi hal itu tidak menggerakkan apapun di dalam diri kita.

Ketika kita bermuram durja, ketika cobaan menerpa, maka shalat kita baru menjadi khusyuk. Selain daripada itu, shalat kita melenceng jauh dari yang seharusnya. Kenapa? Karena kita tidak sadar sedang berdiri di hadapan siapa.

Pemahaman bahwa Allah S.W.T. telah memberikan kalian kesempatan untuk berbicara dengan-Nya. Demi Allah saudara/saudariku, kita melihat umat muslim di dunia ini, ketika mereka bertemu dengan seorang aktor/aktris, maka mereka sangat bahagia karena bisa mendapatkan tanda tangannya. Mereka sangat terharu. 

Subhanallah, memangnya siapa orang ini? Bayangkan jika kalian bisa bertemu dengan Muhammad S.A.W., bagaimana perasaan kalian? Bayangkanlah Rasulullah S.A.W. bersabda “Aku akan memberikanmu 5 menit waktuku, datanglah temui diriku.” Apa yang akan kalian pikirkan? Akankah kalian mengkhayal? Akankah kalian duduk bersama Rasulullah tapi pikiran kalian memikirkan istri kalian? Akankah kalian duduk bersama Rasulullah S.A.W. tapi pikiran kalian tertuju kepada pekerjaan? Jelas tidak mungkin. Kenapa? Karena Nabi Allah ada disini. Kalian akan terbawa suasana, kalian akan fokus dalam situasi itu.

Tapi Subhanallah, kita berdiri di hadapan Allah 5 kali dalam sehari, tapi malah mengkhayal. Kenapa? Karena kita tidak sadar tentang siapa Allah sebenarnya. 

Dan betapa sabarnya Allah. Betapa Pengampunnya Allah S.W.T. Bayangkanlah, Allah S.W.T. mengetahui apa yang ada di hati kalian, tapi Dia memberi kalian segalanya. Dia memberikan kalian istri yang membuat kalian jadi sibuk, Dia memberikan kalian suami yang membuat kalian sibuk, Dia memberikan kalian pekerjaan yang membuatmu memikirkannya, Dia memberikan segala yang kalian pikirkan, yang menjauhkan kalian dari-Nya. Dia mengetahui itu, tapi Dia tetap sabar dengan kalian.

Sekarang, bayangkan seorang perdana menteri mengizinkan seorang rakyat jelata untuk menemuinya selama 5 menit. Tapi ketika rakyat jelata itu datang, dia masuk ke ruang kantornya, tapi dia malah bermain-main dengan barang-barang di kantornya dan melupakan sang perdana menteri. Apa yang akan terjadi setelahnya? Dia akan di blacklist. Dia tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan sang perdana menteri lagi, karena dia telah diberi kesempatan, tapi tidak mau mengutarakan permasalahannya. Dia malah sibuk dengan hal lainnya. 

Begitu juga, bayangkanlah Allah S.W.T. Sang Raja dari segala raja. 5 kali dalam sehari menyediakan kalian kesempatan untuk berbicara dengan-Nya, untuk mengutarakan masalah kalian dengan-Nya, untuk memohon kepada-Nya, tapi kalian malah mengkhayal. Tapi Allah S.W.T. masih mempersilahkan kalian. Allah tidak mem-blacklist kalian. Allah Maha Sabar, Allah tetap menunggu kalian. 

Pembicara: Syekh Omar Elbana


Ayo Subscribe ke YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/arceuszeldfer
Ayo Like Facebook Page-nya: Lampu Islam

Wednesday, May 29, 2013

SEMUA DARI ALLAH KEMBALI KEPADA ALLAH SEMATA

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, Atas Kemurahan dan KebesaranNYA kami keluarga besar "JIWASEDEKAH" bisa menyapa kembali sahabat-sahabatku semua di seluruh dunia.
Mari sejenak kita merenung memuji KEBESARAN ALLAH SWT. atas pemberiaan serta nikmat sehat kepada kita serta sekeluarga kita dan rekan-rekan kita semua.

ALLAH MAHA DARI MAHA SEGALANYA, tapi kenapa terkadang kita ragu serta bimbang....atas KEBESARANNYA apakah masih kurang bukti bagi kita, KEMAHA AGUNGNYA DAN MAHA SEGALANYA....lihatlah keluar dari tempat anda tataplah keatas .....APA KAMU MASIH RAGU???

Posting berjudul SEMUA DARI ALLAH KEMBALI KEPADA ALLAH SEMATA ini akan kita bahas bersama-sama kenapa sih saya sudah melakukan dan melaksanakan tetapi kok belum ada hasilnya??
mari kita lihat dulu lebih dalam jika sahabatku mau berbuat kebaikan maka luruskan niat dulu sebelum jauh melangkah.

Judul posting diatas sangat dekat sekali jika kita mau merenung dan meletakan dalam diri sanubari kita yang paling dalam.Bahwa semua milik ALLAH SWT SEMATA.
tapi kenapa kita bohong dan selalu merasa bahwa ini punya saya dari hasil jerih payah saya, tapi kenapa tidak berfikir dari mana sumber jerih payah sahabat, bahwa berasal tidak lain dan tidak ada yang lainnya semua atas KEMAHA KASIH SAYANGNYA ALLAH SWT.

Maka dari itu sebelum kita melakukan kebaikan tancapkan NIAT DAN LURUSKAN NIAT bahwa ini dari ALLAH SWT yang diberikakan padaku dan aku gunakan atas IJIN DAN RIDLO ALLAH SWT untuk apa...misal bersedekah menolong seseorang dll banyak sekali jenis-jenis kebaikan.....maka nanti anda akan merasakan RASA yang akan anda rasakan yang luar biasa....dan ini bisa dipraktekan untuk tau bagaimana sih rasanya setelah meluruskan niat dan melaksanakan kebaikan itu.

terus bagaimana jika mengalami suatu masalah atau suatu keinginan yang belum bisa terlaksana maka anda wajib MELURUSKAN NIAT yang seperti diatas dan merasa yakin bahwa pilihan ALLAH lebih baik dari pilihan sahabat....

bagi sahabatku yang setiap hari berdagang atau mengantor atau kegiatan setiap harinya untuk mencari nafkah  maka anda juga meluruskan niat dan tancapkan dalam diri sahabatku " NIAT MELAKSANAKAN TUGAS DARI ALLAH UNTUK ALLAH BAIK UNTUK ALLAH SENANG BAGI ALLAH "
Dari niat diatas dapat kita garis bawahi bahwa anda selama ini masih berniat bekerja dan ingin2 mencari hasil yang baik katakanlah ingin RAME LARIS LANCAR itu menurut anda. tapi masih belum pasti baik bagi  ALLAH karena hasil yang anda hasilkan nanti akan membuat kita akan lebih sengsara dan kurang berkah.TAPI kalau kita dari awal sudah berniat untuk ALLAH kembali KEPADA ALLAH hasil yang terbaik pasti kita capai.



Walaupun setelah anda meluruskan niat tapi kenapa kok malah sepi dan gak lancar....berarti ALLAH meringankan kita....sebab kalau sepi kan bisa istirahat dan jika belum berhasil maka ada keberkahan dibalik semua itu telitilah sahabatku secara cermat....
ALLAH SEBENARNYA MAHA BAIK TETAPI KITA YANG TERKADANG INGKAR DAN SELALU MENYALAHKAN ALLAH.

Sedikit kata dari kami untuk sahabatku tercinta, tanamkan keyakinan iman di dalam sanubari kita BAHWA ALLAH MAHA DARI SEGALANYA jangan bimbang dan ragu karena SYETAN & JIN akan memberikan rayuan yang instan cepat terlaksana tetapi itu semua hanyalah kesuksesan yang berakhir kepahitan kepedihan.

maha suci Allah
maha agung Allah
maha dari segala galanya
SALAM BUAT KELUARGA SAHABAT-SAHABATKU SEMUA

HUKUM MENYOLATI MAYAT YANG ADA DALAM PETI


Hasil Lomba Tanya jawab Fiqh Juara 1 Nasional

Sahkah menyolati mayat yang ada dalam peti ?


JAWABAN
Ilmatul Mukarramach  >>>Menyolati janazah dalam peti hukum sah Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab Syafi'i apabila dishalatkan didalam masjid hukumnya sah meskipun petinya dipaku, apabila diluar masjid tidak sah apabila dipaku.


Ibarotnya dari kitab
Tuhfah al Habib ala Sharhi al Khatib I hal 1157

قوله: (على هذا الميت) ولو كان الميت في صندوق مثلاً صحت الصلاة عليه على المعتمد من ترددّ لبعض اليمانيين اهــــ ز ي. فرع: قال م ر: إذا كان الميت في سحلية مسمرة عليه لا تصح الصلاة عليه، كما لو كان المأموم في محل بينه وبين الإمام باب مسمر


Ibaronya
ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﺰﻳﻦ
ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺣﺎﺋﻞ ﻭﻣﺤﻞ ﻫﺬﻳﻦ ﺍﻟﺸﺮﻃﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻻﺑﺘﺪﺍﺀ ﺃﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻭﺍﻡ ﻛﺄﻥ ﺭﻓﻌﺖ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﻓﻲ ﺃﺛﻨﺎﺀ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺯﺍﺩ ﻣﺎ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﺃﻭ ﺣﺎﻝ ﺣﺎﺋﻞ ﻓﻼ ﻳﻀﺮ ﻷﻧﻪ ﻳﻐﺘﻔﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻭﺍﻡ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻐﺘﻔﺮ ﻓﻲ ﺍﻻﺑﺘﺪﺍﺀ ﻧﻌﻢ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﻲ ﺻﻨﺪﻭﻕ ﻻ ﻳﻀﺮ

Link Asal : http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/499099383494755/

HUKUM BACA BASMALAH

Hasil Lomba Tanya jawab Fiqh Juara 1 Nasional 

BERAPAKAH HUKUM BACA BASMALAH?


JAWABAN
Ilmatul Mukarramach  >>> Jawaban : Ada lima 
1. Sunah, jika dibaca pada permulaan tiap perkara yang penting didalam syari'at, seperti mengarang kitab.
2. Haram, jika dibaca untuk perkara yang haram, seperti meminum minuman keras.
3. Makruh, jika dibaca untuk perkara makruh,seperti saat melihat farji isteri.
4. Wajib, jika dibaca pada tempat yang wajib dibaca, seperti pada waktu sebelum membaca alfatihah dalam sholat.
5. Mubah, jika dibaca pada perkara yang tidak ada kemuliaan sama sekali didalamnya, seperti memindah harta dari satu tempat ketempat lain


Dalil
حاشية الباجوري على ابن قاسم الجزء الأول ص ٤ 
قوله : (بسم الله الرحمن الرحيم) – إلى أن قال – واعلم أن البسملة تسن على كل أمر ذي بال أي حال بحيث يهتم به شرعا للحديث المارّ وتحرم على المحرم لذاته كشر الخمر وتكره على المكروه لذاته كالنظر لفرج زوجته بخلاف المحرم لعارض كالوضوء بماء مغصوب والمكروه لعارض كأكل البصل وفتسن عليهما وتجب في الصلاة لأنها آية من الفاتحة عندنا فتعتريها أحكام أربعة وبقيت الإباحة وقيل إنها تباح في المباحات التي لا شرف فيها كنقل متاع من مكان إلى آخر فعلى هذا تعتريها الأحكام الخمسة


juga dijelaskan dalam kitab I'anattholibin

إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين
وَالحَاصِلُ أَنَّهَا تَعْتَرِيْهَا الأَحْكَامُ الخَمْسَةُ
Kesimpulannya bahwa hukum membaca Bismillah terbagi lima bagian, yaitu 

الوُجُوبُ , كَمَافِى الصَّلاَةِ عِنْدَناَ مَعَاشِرَ الشَّافِعِيَّةِ
1. Wajib Sebagaimana hukum membaca Bismillah ketika mendirikan shalat, menurut madhab kita Imam Syafei.


الاِسْتِحْباَبُ , عَيْناً كَماَ فِى الوُضُوءِ وَالغُسْلِ , وَكِفَايَةً كَمَا فِى أَكْلِ الجَمَاعَةِ وَكَمَافِى جِمَاعِ الزَّوْجَيْنِ فَتَكْفِى تَسْمِيَةُ أَحَدِهِمَا
2. Sunnah Hukum membaca Bismillah terbagi dua bagian, pertama sunnah aen, yaitu sebagaimana saat mau malaksanakan wudlu atau mandi besar. Kedua sunnah kifayah, yaitu sebagaimana saat makan berjama’ah, saat bersenggama pasangan suami istri, dalam membacda Bismillah cukup salah seorang dari mereka.


اَلحَرَمُ ذَاتِى , كَالزِّناَ لاَِلعَارِضٍ كَالوُضُوءِ بِماَءٍ مَغْصُوْبٍ
3. Haram Hukum membaca Bismillah haram adalah pada perbuatan yang hakikatnya memang haram, seperti zina. Akan tetapi apa bila pada perbuatan yang haram ‘Aridli maka membaca Bismillah tidak haram, seperti saat mau berwudlu dengan air yang di dapat dari mencuri.


اَلمَكْرُوْهُ ذَاتِى , كَالنَّظْرِ الفَرْجِ زَوْجَتِهِ لاَِلعَارِضٍ كَأَكْلِ البَصَلِ
4. Makruh Hukum membaca Bismillah makruh adalah pada perbuatan yang hakikatnya memang makruh, seperti melihat pada kelamin antara suami dan istri. Akan tetapi apa bila pada perbuatan yang makruh ‘Aridli maka membaca Bismillah tidak makruh, seperti saat mau memakan bawang putih. Karena dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.


اَلمُبَاحُ , الَّتِى لاَشَرَفَ فِيْهَا كَنَقْلِ مَتَاعٍ مِنْ مَكَانٍ اِلىَ آخَرَ
5. Mubah atau boleh Hukum membaca Bismillah boleh adalah pada perbuatan yang tidak memiliki nilai terhormat, seperti memindahkan benda dari suatu tempat ke tempat lain

Link Asal : http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/499099383494755/

Tuesday, May 28, 2013

HUKUM MENGHADIRI WALIMAH NON MUSLIM

Moncos Qyubi >>> assalaamu alaikumsaya ada pertayaan tolong di jwb.Apa hukum nya datang d acara prnikahan teman yg non muslim? tks


 JAWABAN
Syifa Ramadhani Forza Juventini >>> Ditafsil.>>>Boleh apabila kedatangannya sebatas memenuhi undangan tanpa ada perasaan senang terhadap mereka atau agamanya atau munkarat-munkarat yang lain.>>Haram bahkan bisa menjadi kufur apabila kedatangannya disertai perasaan seperti senang terhadap mereka atau agamanya atau munkarat-munkarat yang lain.تفسير نووى ج 1 ص 94 | تفسير رازى ج 8 ص 10-11


واعلم أن كون المؤمن موالياً للكافر يحتمل ثلاثة أوجه أحدها : أن يكون راضياً بكفره ويتولاه لأجله ، وهذا ممنوع منه لأن كل من فعل ذلك كان مصوباً له في ذلك الدين ، وتصويب الكفر كفر والرضا بالكفر كفر ، فيستحيل أن يبقى مؤمناً مع كونه بهذه الصفة . وثانيها : المعاشرة الجميلة في الدنيا بحسب الظاهر ، وذلك غير ممنوع منه . والقسم الثالث : وهو كالمتوسط بين القسمين الأولين هو أن موالاة الكفار بمعنى الركون إليهم والمعونة ، والمظاهرة ، والنصرة إما بسبب القرابة ، أو بسبب المحبة مع اعتقاد أن دينه باطل فهذا لا يوجب الكفر إلا أنه منهي عنه ، لأن الموالاة بهذا المعنى قد تجره إلى استحسان طريقته والرضا بدينه ، وذلك يخرجه عن الإسلام


“Ketahuilah bahwa orang mukmin menjalin sebuah ikatan dengan orang kafir berkisar pada tiga hal. Pertama, ia rela atas kekufurannya dan menjalin ikatan karena factor tersebut. Hal ini dilarang karena kerelaan terhadap kekufuran merupakan bentuk kekufuran tersendiri. Kedua, interaksi social yang baik dalam kehidupan di dunia sebatas dlahirnya saja. Ketiga, tolong-menolong yang disebabkan jalinan kekerabatan atau karena kesenangan, disertai sebuah keyakinan bahwa agama kekafirannya adalah agama yang tidak benar. Hal tersebut tidak menjerumuskan seorang mukmin pada kekafiran, tetapi ia tidak diperbolehkan (menjalin ikatan di atas). Sebab jalinan yang semacam ini (nomer 3) terkadang memberi pengaruh untuk memuluskan jalan kekafiran dan kerelaan terhadapnya. Dan factor inilah yang dapat mengeluarkannya dari Islam”.


حاشية الجمل ج 4 ص 272-273


وَإِنَّمَا تَجِبُ الْإِجَابَةُ أَوْ تُسَنُّ ( بِشُرُوطٍ مِنْهَا إسْلَامُ دَاعٍ وَمَدْعُوٍّ ) فَيَنْتَفِي طَلَبُ الْإِجَابَةِ مَعَ الْكَافِرِ لِانْتِفَاءِ الْمَوَدَّةِ مَعَهُ نَعَمْ تُسَنُّ لِمُسْلِمٍ دَعَاهُ ذِمِّيٌّ لَكِنَّ سَنَّهَا لَهُ دُونَ سَنِّهَا لَهُ فِي دَعْوَةِ مُسْلِمٍ.... ( قَوْلُهُ مِنْهَا إسْلَامٌ دَاعٍ إلَخْ ) وَمِنْهَا أَنْ لَا يَكُونَ الدَّاعِي فَاسِقًا أَوْ شِرِّيرًا طَالِبًا لِلْمُبَاهَاةِ وَالْفَخْرِ.... ( قَوْلُهُ فَيَنْتَفِي طَلَبُ الْإِجَابَةِ ) أَيْ وُجُوبُ ذَلِكَ أَوْ نَدْبُهُ مَعَ الْكَافِرِ أَيْ دَاعِيًا كَانَ أَوْ مَدْعُوًّا لَكِنَّهُ إنْ كَانَ دَاعِيًا وَالْمَدْعُوُّ مُسْلِمًا كَانَ انْتِفَاءُ الطَّلَبِ عَنْ الْمُسْلِمِ ظَاهِرًا ، وَإِنْ كَانَ بِالْعَكْسِ كَانَ انْتِفَاءُ الطَّلَبِ عَنْ الْكَافِرِ غَيْرَ ظَاهِرٍ بِنَاءً عَلَى أَنَّهُ مُخَاطَبٌ بِالْفُرُوعِ ..... ( قَوْلُهُ دَعَاهُ ذِمِّيٌّ ) أَيْ ، وَقَدْ رُجِيَ إسْلَامُهُ أَوْ كَانَ رَحِمًا أَوْ جَارًا وَإِلَّا لَمْ تُسَنَّ بَلْ تُكْرَهُ ا هـ ح ل .


Dan diwajibkannya atau disunnahkannya menghadiri walimah (resepsi) dikarenakan beberapa syarat. Di antaranya adalah, Islamnya pihak pengundang dan yang diundang. Maka tidak ada tuntutan untuk menghadiri undangan dari orang kafir, karena ketiadaan rasa kasih sayang bersama mereka. (Tetapi) disunnhakan bagi orang Islam untuk mengundang kafir dzimmi (kafir yang berada di bawah kekuasaan Negara Islam), tetapi nilai kesunnahan mengundangnya berada satu tingkat di bawah kesunnahan mengundang orang Islam lainnya”.


“(Ungkapan Pengarang “Islamnya pengundang”). Di antaranya pula, pihak pengundang bukan orang fasiq maupun orang buruk yang mencari jabatan dan pangkat”.


“(Ungkapan Pengarang “Tidak ada tuntutan”). Yakni, (tidak) wajib dan (tidak sunnah), baik orang kafir tersebut sebagai pengundang atau yang diundang, tetapi apabila ia sebagai pengundang dan orang Islam sebagai tamu yang diundang, maka ketiadaan tuntutan tersebut sudah jelas. Sebailknya, ketiadaan tuntutan menghadiri (undangan) dari orang kafir masih belum jelas”.


“(Ungkapan Pengarang “Mengundang kafir dzimmi”). Yakni, ada harapan agar dia masuk Islam atau karena dia sebagai kerabat atau tetangga. Jika tidak, maka tidak disunnahkan bahkan makruh (Syaikh Chalibi)


  • Link asal
http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/498791363525557/?comment_id=498868706851156&offset=0&total_comments=3

HUKUM WANITA ZIARAH KUBUR

Istri Sholehah
assalamualaikum . . . . Maaf mau nanya ? Apakah benar orang perempuan tidak boleh datang ke kuburan,katanya haram . Kebanyakan kitakan setiap hari jum'at membacakan surat yasin dan datang ke kuburan,Apa hukumnya buat kaum hawa itu sendiri kalau datang ke kuburan : Makasi (Ma'assalama)


JAWABAN
Syifa Auliea >>> Ucapan At Tirmidzi Ketika izin ziarah kubur beliau berikan, maka kebolehan berziarah kubur itu berlaku baik bagi laki-laki maupun perempuan”. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Ini adalah pendapat mayoritas Ulama dengan ketentuan wanita itu aman dari fitnah. Kebolehan wanita Ziarah kubur itu diperkuat oleh Hadis bersumber dari Anas (diriwayatkan Al Bukhari, pen) yang menyebutkan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di kuburan. Nabi SAW bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah

Referensi : Tuhfatul Ahwadzi Juz 3 halaman 504

قَوْلُهُ : ( فَلَمَّا رَخَّصَ دَخَلَ فِي رُخْصَتِهِ الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ ) قَالَ الْحَافِظُ اِبْنُ حَجَرٍ : وَهُوَ قَوْلُ الْأَكْثَرِ وَمَحَلُّهُ مَا إِذَا أُمِنَتْ الْفِتْنَةُ . وَيُؤَيِّدُ الْجَوَازَ حَدِيثُ أَنَسٍ قَالَ : مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ : " اِتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي إِلَخْ "

***************
Syifa Auliea >>> Sebagian ahli ilmu berpendapat larangan Ziarah Kubur bagi kaum wanita ini adalah sebelum Nabi Muhammad SAW memberikan dispensasi untuk Ziarah kubur. Ketika izin ziarah kubur beliau berikan, maka kebolehan berziarah kubur itu berlaku baik bagi laki-laki maupun perempuan. Sebagian lain berpendapat bahwa dimakruhkannya kaum wanita ziarah kubur adalah karena kurangnya kesabaran serta banyaknya keluh kesah

Referensi : Lihat Sunan At Tirmidzi Juz 3 halaman 372

وَقَدْ رَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ هَذَا كَانَ قَبْلَ أَنْ يُرَخِّصَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فِى زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَلَمَّا رَخَّصَ دَخَلَ فِى رُخْصَتِهِ الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّمَا كُرِهَ زِيَارَةُ الْقُبُورِ لِلنِّسَاءِ لِقِلَّةِ صَبْرِهِنَّ وَكَثْرَةِ جَزَعِهِنَّ


Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam  
Nyumbang kotak-kotak aja

Referensi

كتاب الشرواني ج ٣ ص ٢٠٠

وتكره) للخناثى و (للنساء) مطلقا خشية الفتنة ورفع أصواتهن بالبكاء نعم تسن لهن زيارته صلى الله عليه وسلم. قال بعضهم وكذا سائر الأنبياء والعلماء والأولياء. قال الأذرعي إن صح فأقاربها أولى بالصلة من الصالحين إلخ

Referensi

كتاب مذاهب الأربعة ج ٢ ص ١٤٠

وكما تندب زيارة القبور للرجال تندب أيضاً للنساء العجائز اللاتي لا يخشى منهن الفتنة إن لم تؤد زيارتهن إلى ندب أو النياحة، وإلا كانت محرمة. أما النساء التي يخشى منهن الفتنة، ويترتب على خروجهن لزيارة القبور مفاسد، كما هو الغالب على نساء هذا الزمان، فخروجهن للزيارة حرام، باتفاق الحنفية، والمالكية، أما الحنابلة والشافعية قالوا: يكره خروج النساء لزيارة القبور مطلقاً، سواء كن عجائز أو شواب إلا إذا علم أن خروجهن يؤدي إلى فتنة أو وقوع محرم. وإلا كانت الزيارة محرمة



Wes Qie >>> MADZAAHIBUL ARBA'AH 2/140

seperti halnya di sunnat kannya ziaroh kubur bagi seorang laki laki, juga di sunahkan ziaroh kubur bagi perempuan yg tua renta yg tidak d hawatirkan terjadinya fitnah, dg catatan tidak mendatangkan kegalauan yg sangat dan niahah(sambat"). Dan boleh bagi perempuan yg masih muda jika di sertai mahromnya. Sedangkan bagi perempuan yg masih muda yg dhawatirkan terjadinya fitnah seperti halny perempuan d zaman sekarang yang berziaroh yg berdampak negatif maka berziaroh kubur hukumnya haram dg kesepakatan malikiah dan hanafiyyah. Kalangan hanabilah dan syafiiyyah mereka berpendapat bahwasa berziaroh kubur bagi wanita yg tua ataupun yg muda hukumnya makruh jika d ketahui akan terjadi fitnah atau menyebabkan pada perkara yg di haromkan kecuali d sertai mahrom.

Link Asal : https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/498990820172278/?comment_id=499023926835634&offset=0&total_comments=7

HUKUM MEMAJANG FOTO DI FACEBOOK

Fizi Puzy Fauzi
askuummmm
em pa hukum ny nampilkan foto di fb ya.....??


JAWABAN
Ilmatul Mukarramach >>> Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh

Gambar wanita yang berada pada foto itu bisa disamakan dengan gambar yang ada pada cermin, dalam hal sama-sama bukan wujud asli dari bendanya. Jika gambar yang ada dicermin adalah bayangan dari suatu benda, gambar yang dihasilkan dari kamera yang berupa foto adalah pantulan cahaya pada suatu benda. Karena itulah hukum melihat gambar wanita pada foto bisa disamakan dengan melihat gambar pada cermin.

Menurut pendapat ulama', melihat bayangan wanita yang berada dikaca atau dipermukaan air itu diperbolehkan, karena tidak melihat secara langsung, dan yang dilihat hanyalah bayangan yang menyerupai wanita bukan wujud dari wanitanya. Hal ini dikuatkan dengan penjelasan para fuqoha' yang menyatakan, apabila seorang laki-laki menggantungkan talaknya dengan melihat seorang wanita, maka dengan hanya melihat gambarnya dicermin belum dianggap ta'liq talaknya jatuh. Namun diperbolehkannya melihat foto seorang wanita bagi laki-laki yang bukan mahromnya  dengan ketentuan ketika melihatnya tidak syahwat, apabila ketika melihatnya syahwat, maka hukumnya harom, dan ketentuan bagi orang yang memasang fotonya adalah tidak memasang foto yang merangsang timbulnya syahwat bagi orang yang melihatnya.

Kesimpulannya, hukum memasang foto wanita sebagai banner PILKADA atau sebagai foto profil akun facebook yang dapat dilihat oleh laki-laki yang bukan mahromnya, itu diperbolehkan asalkan foto yang dipasang bukan foto yang dapat menarik kepada kemaksatan atau dapat menimbulkan fitnah dan syahwat, seperti foto yang memperlihatkan aurot. Wallohu a'lam.

( Dijawab oleh : Siroj Munir, Kudung Khantil Harsandi Muhammad, Wes Qie dan Ricardo Coco Alvarez )


Referensi :
1. Tafsir Ayatul Ahkam Lisy-Sayis, Juz : 1  Hal : 677
2. Hasyiyah I'anatut Tholibin, Juz : 3  Hal : 301
3. Fatawi Darul Ifta' al-Mishriyah, Juz : 7  Hal : 220


Ibarot :
Tafsir Ayatul Ahkam Lisy-Sayis, Juz : 1  Hal : 677

ولعلك تريد بعد ذلك أن تعرف حكم ما يسمى بالتصوير الشمسي أو الفتوغرافي فنقول: يمكنك أن تقول: إنّ حكمها حكم الرقم في الثوب، وقد علمت استثناءه نصا. ولك أن تقول: إن هذا ليس تصويرا، بل حبس للصورة، وما مثله إلا كمثل الصورة في المرآة

Hasyiyah I'anatut Tholibin, Juz : 3  Hal : 301

مهمة [في بيان النظر المحرم والجائز وغير ذلك] يحرم على الرجل ولو شيخا هما تعمد نظر شيء من بدن أجنبية حرة أو أمة بلغت حدا تشتهى فيه ولو شوهاء أو عجوزا وعكسه خلافا للحاوي كالرافعي وإن نظر بغير شهوة أو مع أمن الفتنة على المعتمد لا في نحو مرآة
.................................
قوله: لا في نحو مرآة) أي لا يحرم نظره لها في نحو مرآة كماء وذلك لانه لم يرها فيها وإنما رأى مثالها. ويؤيده قولهم لو علق طلاقها برؤيتها لم يحنث برؤية خيالها والمرأة مثله فلا يحرم نظرها له في ذلك. قال في التحفة: ومحل ذلك، كما هو ظاهر، حيص لم يخش فتنة ولا شهوة

Fatawi Darul Ifta' al-Mishriyah, Juz : 7  Hal : 220

والذى تدل عليه الأحاديث النبوية الشريفة التى رواها البخارى وغيره من أصحاب السنن وترددت فى كتب الفقه، أن التصوير الضوئى للإنسان والحيوان المعروف الآن والرسم كذلك لا بأس به، إذا خلت الصور والرسوم من مظاهر التعظيم ومظنة التكريم والعبادة وخلت كلذلك عن دوافع تحريك غريزة الجنس وإشاعة الفحشاء والتحريض على ارتكاب المحرمات

Link Asal : http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/499416430129717/?comment_id=499434520127908&offset=0&total_comments=16

HUKUM BEKERJA KEPADA NON MUSLIM MEMMBANGUN GEREJA

‎أدي اوليا‎
 >>> asslamu alqm ya ustaz / ustazah..Sy mau tanya..blh kah Qita bkrj d slah stu bangunan, yg bngunan trsbt untk membngun tmpt prsembahyanga n non muslim, sprti greja, ato tokong2 china, dan tokong2 india,,bgaiman pghasilan rjeqi dr upah trsbt.. Mhn jwabnx.. Trm ksh. Wsslm..wr wb


JAWABAN
Ilmatul Mukarramach >>> Penjelasan dari kitab Lihat Al-Umm, 4/225
وقال الإمام الشافعي في "الأم" (4/225
أَكْرَهُ لِلْمُسْلِمِ أَنْ يَعْمَلَ بِنَاءً أَوْ نِجَارَةً أَوْ غَيْرَهُ فِي كَنَائِسِهِمْ الَّتِي لِصَلَوَاتِهِمْ " انتهى

Dan aku benci apabila seorang muslim bekerja sebagai pembangun gereja, atau tukang kayu, atau pekerjaan selain itu di gereja-gereja tempat ibadah mereka (orang-orang kafir)



لا يصح استئجار ذمى مسلما لبناء كنيسة لحرمة بنائها وان اقرّ عليه وما فى الزركشىّ مما يخالف ذلك ممنوع او محمول على كنيسة لنزول مارة 
نهاية، حاشية ابن الضياء : 5 / 274 

Tidak sah kafir dzimmy membeli jasa orang Islam untuk membangun gereja, karena hukum membangun gereja adalah haram. 


وكذا بيع نحو المسك لكافر يشترى لتطييب الصنم والحيوان لكافر علم ان يأكله بلا ذبح لأن الأصح ان الكفار مخاطبون بفروع الشريعة كالمسلمين عندنا خلافا لابى حنيفة رضى الله عنه فلا يجوز الاعانة عليهما ونحو ذلك من كل تصرف يفضى الى المعصية يقينا او ظنا ومع ذلك يصح البيع ويكره ما ذكر مما توهم منه ذلك 
فتح المعين : 3 / 23 

Begitu juga diharamkan, menjual minyak wangi untuk kafir yang dipergunakan untuk mewangini patung, hewan untuk kafir yang diyakini bahwa ia akan memakannya tanpa sembelih, karena menurut pendapat yang kuat kafir dibebankan hukum dengan furu` syari`at sama seperti muslimin menurut kita mazhab Syafi`I`anah ath-Thalibin r.a. berbeda dengan pendapat dari kalangan mazhab Hanafy r.a. Karena itu dilarang membantu mereka dalam dua hal tersebut dan yang menyerupainya, yaitu setiap perbuatan yang berefek kepada maksiat baik secara yakin maupun berupa praduga yang kuat, walaupun demikian hukum jual belinya tetap sah. Dimakruhkan hal tersebut dari sesuatu yang disangka akan mengakibatkan hal tersebut


Maz Erlangga >>> wa alaikumsalam 
Haram.ditegaskan didalam kitab Is’adur Rofiq hal 127 juz 2 

ومنها (الإعانة على المعصية) على معصبة على معاصي الله بقول او فعل او غيره ثم ان كانت المعصية كانت الإعانة عليها كذلك كما في الزواجر

Sebagian dari maksiat badan adalah menolong orang lain dalam berbuat dan berbagai maksiat kepada Allah baik berupa ucapan, perbuatan atau yang lainnya. Kemudian apabila maksiat itu berupa dosa besar maka menolong hal tersebut juga termasuk dosa besar sebagaimana yang tertera dalam kitab Zawajir, demikian juga lebih jelasnya lagi disebut dalam kitab Fathul Muin / I’anatut Tholibin hal 23 juz 3


Referensi :  Tafsir Munir hal. 94 juz 1 

واعلم ان كون المؤمن مواليا للكافر يحتمل ثلاثة اوجه أحدها ان يكون رابضيا بكفره ويتولاه لأجله وهذا ممنوع لأن الرضا بالكفر كفر

Ketahuilah bahwasannya keberadaan orang mukmin yang menolong orang kafir mengandung tiga kemungkinan. Yang pertama apabila dia rela dengan kekufuran dan berusaha menolong orang kafir tersebut sebab kekufuran itu, maka hal ini terlarang sebab ridlo dengan kekufuran maka hukumnya adalah kufur. Atau lebih tegas lagi yang disebutkan oleh Qodhil Iyad dalam kitab As Syifa’ hal 173 juz 2 


وكذلك نكفر بكل فعل اجمع المسلمون ... الخ انه قال : والسعي الى الكنائس والبيع مع اهلها والتزني بزيهم من شدا الزنانير وفحص الرؤوس فقد اجمع المسلمون ان هذا لايوجد الا من كافر وان هذه الأفعال علامة على الكفر وان صرح فاعلها بالإسلام.

Demikian juga kami menghukumi kafir pada segala perbuatan yang telah disepakati oleh umat Islam bahwa pekerjaan itu tidak akan dijalankan kecuali oleh orang kafir, sekalipun pelakunya tetap menyatakan keIslamannya dengan perbuatan tersebut....adapun berjalan menuju gereja atau sinagog (tempat ibadah orang Yahudi) bersama pemeluknya dan berpakaian dengan seragam mereka seperti ikat pinggang mereka, maka sungguh umat Islam (Ulamanya) telah bersepakat bahwa hal ini tidaklah didapati kecuali dari orang kafir dan aktiitas-aktifitas ini adalah merupakan tanda kekufuran seseorang sekalipun pelakunya mengaku atau menampakkan keislamannya.

Link Asal : http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/499416486796378/