Sunday, October 27, 2013

Sahabatku, Berikanlah Aku Senyumanmu

smile
Senyumku Dakwahku - Yang kurasakan adalah hati ini sedih, pikiran tidak enak dan semua tubuh canggung untuk bergerak. Kondisi inilah yang terjadi padaku saat ini. Entah sudah berapa hari ini kulalui. Ingin ku merubahnya tapi belum ada respon dari sahabatku yang satu ini. Ya, dia sepertinya sedang marah kepadaku.

Dalam bermuamalah memang akan menimbulkan hal-hal yang tidak terduga kawan. Semua orang punya kesimpulan tersendiri dalam menyikapi sesuatu. Tidak aneh lagi bila banyak hal yang membuat kita bersinggungan dengan orang lain.

Inilah yang aku alami sekarang ini. Di beberapa hari yang lalu aku sangat sering berinteraksi dengan sahabatku ini. Biasalah ada sesuatu yang membuat kami harus sering ketemu. Yaups dalam hari-hari itu aku sangat senang sekali bisa dekat dengan dia. Dia orangnya sangat baik menurutku. Kami sering bercerita tentang diri kami masing-masing. Sampai suatu hari dia berubah.

Aku belum tahu kenapa itu begitu, tidak tahu karena aku sendiri atau dia ada masalah dengan orang lain, intinya sekarang dia berubah. Tidak ada lagi senyum yang bisa membuatku semangat menjalani hari. Tidak ada lagi senyum yang bisa membangkitkan ghiroh dakwahku. Tidak ada lagi senyum yang dapat menghilangkan kepenatan dalam dakwah.

Sepenggal cerita di atas pasti setiap kita pernah mengalaminya. Yang digarisbawahi dalam hal ini adalah tentang sebuah senyuman.

Memang ini hal yang kecil mungkin bagi sebagian orang. Tapi bagi para ikhwah, ini adalah suatu harta karun berharga apabila ia temukan dalam wajah sesamanya. Senyuman yang tersungging itulah membuat saudaranya bisa tetap semangat dalam menghadapi rintangan dalam dakwah. Senyum juga menyehatkan lho dan bisa membuat kelihatan awet muda.

Kita juga sudah mengetahui bersama Fakta Unik Seputar Senyum adalah sedekah paling sederhana. Senyuman itu ibadah kecil, sepele dan bahkan mungkin orang sering lupa bahwa itu adalah sebuah ibadah. Tapi yang pasti, dampak yang ditimbulkannya sangat besar sekali kawan. Ia bias merubah kehidupan seseorang dalam sekejap walaupun memang hanya sementara. Ia bisa membuat kerja dakwah ini terasa ringan. Ia bisa menjadi virus yang menular dengan cepat sehingga semua orang ikut tersenyum yang akan membuat hidup orang-orang menjadi secerah dan seindah mentari pagi.

Dahsyat memang ketika setiap kita bertemu dengan sesama, kita saling melemparkan senyum. Senyum ini akan menjadi salah satu obat lemahnya hati. Senyuman yang bisa menjadi lem perekat ukhuwah antara kita. Coba saja bayangkan ketika anda bertemu dengan saudara anda dan dia tidak tersenyum kepada anda, memalingkan wajah dari anda atau bahkan memasang muka cemberut kepada anda. Sungguh menakutkan sekali. Dunia ini akan gelap rasanya.

Oleh karena itu kawan, aku sangat membutuhkan senyumanmu. Begitu berarti senyum itu untukku, bahkan aku rela membayar untuk mendapatkan senyummu itu. Berilah aku senyuman terbaikmu biar aku bisa menjadi lebih kuat lagi. Karena sungguh beban dakwah itu sangat berat. Tidak mungkin aku tanggung sendiri beban ini. Bantulah aku meringankannya dengan senyumannmu. Sahabatku, berikanlah aku senyumanmu.

activis manis

reff : http://www.islamedia.web.id/2012/01/sahabatku-berikanlah-aku-senyummu.html

Baca Posting Senyum menarik lainnya Disini

Katakan "Tidak" pada Dengki

emoticon
Katakan "Tidak!" pada Dengki!

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa'i, Anas bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama Rusulullah SAW.

Anas bercerita, "Pada suatu hari kami duduk bersama Rasulullah SAW., kemudian beliau bersabda, "Sebentar lagi akan muncul dihadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga." Tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri."

Esok harinya, Rasulullah SAW. berkata begitu juga, "Akan datang seorang lelaki penghuni surga." Dan munculah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali.

Ketika majelis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash r.a. mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut oleh Nabi sebagai penghuni surga itu. Kemudian dia berkata kepadanya, "Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu ?"

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidurlah Abdullah di rumah orang itu selama tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang disebut oleh Rasulullah sebagai penghuni surga. Tetapi selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.

Kata Abdullah, "Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku hampir-hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata, Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah SAW. berkata tentang dirimu sampai tiga kali, "Akan datang seorang darimu sebagai penghuni surga." Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu."

Lalu orang itu berkata, "Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan".
Ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, dia memanggil lagi, kemudian berkata, "Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka."
Lalu Abdullah bin Amr berkata, "Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.

Memberikan hati yang bersih, tidak menyimpan prasangka yang jelek terhadap kaum Muslim kelihatannya sederhana tetapi justru amal itulah yang seringkali sulit kita lakukan. Mungkin kita mampu berdiri di malam hari, sujud dan rukuk di hadapan Allah SWT, akan tetapi amat sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama kaum Muslim, hanya karena kita duga pahamnya berbeda dengan kita. Hanya karena kita pikir bahwa dia berasal dari golongan yang berbeda dengan kita. Atau hanya karena dia memperoleh kelebihan yang diberikan Allah, dan kelebihan itu tidak kita miliki. "Inilah justru yang tidak mampu kita lakukan, " kata Abdullah bin Amr (Hayat Al-Shahabah, II, 520-521).

Pada halaman yang sama, Al-Kandahlawi menceritakan suatu hadis tentang sahabat Nabi yang bernama Abu Dujanah. Ketika Abu Dujanah sakit keras, sahabat yang lain berkunjung kepadanya.

Tetapi menakjubkan, walaupun wajahnya pucat pasi, Abu Dujanah tetap memancarkan cahayanya, bahkan pada akhir hayatnya. Kemudian sahabatnya bertanya kepadanya, "Apa yang menyebabkan wajah Anda bersinar?" Abu Dujanah menjawab, "Ada amal yang tidak pernah kutinggalkan dalam hidup ini. Pertama, aku tidak pernah berbicara tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
Kedua, aku selalu mengahadapi sesama kaum Muslim dengan hati yang bersih, yang oleh Al-Quran disebut qalbun salim".

Al-Quran menyebut kata qalbun salim ini ketika Allah SWT. berfirman tentang suatu hari di hari kiamat, ketika tidak ada orang yang selamat dengan harta dan kekayaannya kecuali yang membawa hati yang bersih.

Pada hari itu tidak ada manfaatnya di hadapan Allah SWT, harta dan anak-anak kecuali orang yang datang dengan hati yang bersih (QS 26:88-89).

Di dalam Islam, Rasulullah yang mulia sejak awal dakwahnya mengajarkan kepada kaum Muslim untuk memperlakukan kaum Muslim yang lain sebagai saudara-saudaranya. Al-Quran mengatakan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah menjalin persaudaraan dengan sesama kaum beriman lain. Al-Quran menggunakan kalimat yang disebut adat al-hasr, yaitu "innama" -artinya yang tidak sanggup memelihara persaudaraan itu tidak termasuk orang yang beriman.

Imam Al-Ghazali ketika menyebutkan ayat ini juga menegaskan bahwa orang yang beriman sajalah yang dapat memelihara persaudaraan dengan sesama kaum Muslim. Hanya yang beriman yang bisa menumbuhkan kasih sayang kepada kaum Muslim. Rasulullah SAW. menegaskan ayat ini dengan sabdanya : "Tidak beriman di antara kamu sebelum kamu mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri."

Rasulullah yang mulia menyebutkan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah mempunyai kecintaan yang tulus terhadap kaum Muslim. Dan dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW. bersabda : "Agama adalah kecintaan yang tulus."

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam kitabnya, Ad-Durr Al-Mantsur. Ketika sampai pada ayat yang mengatakan bahwa Allah menolak segolongan manusia dengan segolongan manusia yang lain, pada surah Al-Baqarah, As-Suyuthi meriwayatkan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Setiap masa ada orang yang sangat dekat dengan Allah (yang oleh Rasulullah SAW disebut ABDAL). Kalau salah seorang di antara mereka mati, maka Allah akan menggantikannya dengan orang lain. Begitulah orang itu selalu ada di tengah-tengah masyarakat."

Rasulullah SAW mengatakan bahwa berkat kehadiran mereka Allah menyelamatkan suatu masyarakat dari bencana. Karena merekalah Allah menurunkan hujan, karena merekalah Allah menumbuhkan tanaman, dan karena merekalah Allah mengidupkan dan mematikan. Sehingga para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Apa maksudnya karena merekalah Allah menghidupkan dan mematikan?" Rasulullah menjawab : "Kalau mereka berdoa agar Allah memanjangkan usia seseorang, maka Allah panjangkan usianya. Kalau mereka berdoa agar orang zalim itu binasa, maka Allah binasakan mereka". Kemudian Rasulullah bersabda : "Orang ini mencapai kedudukan yang tinggi bukan karena banyak shalatnya, bukan karena banyak puasanya, bukan pula karena banyaknya ibadah hajinya, tetapi karena dua hal : yaitu memiliki sifat kedermawanan dan kecintaan yang tulus kepada sesama kaum Muslim."
Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu. (HR. Abu Dawud)

Saturday, October 26, 2013

Mengapa Anda Harus Banyak Tersenyum.?

muslim smile
5 Alasan Mengapa Anda Harus Banyak Tersenyum.

Fakta Unik Seputar Senyum adalah suatu tindakan yang paling mudah, paling sederhana, paling murah dan paling menyenangkan di dunia.

Seringkali kita melupakan tindakan ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita merasa sudah terlalu letih oleh kerjaan yang menumpuk, membayar tagihan-tagihan atau kasir toko yang menyebalkan ketika tadi berbelanja.

Para pembaca yang budiman, simaklah berikut ini 5 alasan mengapa anda harus banyak tersenyum :

1. Anda akan mendapatkan lebih banyak kebahagiaan

Cobalah paksakan diri anda untuk Senyum selama 30 detik mulai dari sekarang. Lakukan pula ketika anda mengalami kemalangan. Dengan membiasakan tersenyum, tidak peduli bagaimana perasaan anda saat itu, di dalam tubuh anda akan terjadi reaksi-reaksi kimia yang dapat membuat anda merasa bahagia.
Cobalah dan rasakan perbedaannya. :)

2. Senyuman dapat merubah keadaan anda

Jika anda merasa putus asa, marah atau bosan, sebuah senyuman akan mengubah keadaan emosi anda menjadi lebih positif. Dan sebuah keadaan yang positif tidak hanya membuat hidup anda lebih menyenangkan tetapi juga membuka segala kemungkinan lain dalam pikiran anda. Anda akan melihat dunia dengan cara yang berbeda melalui lensa kebahagiaan. Dari situ anda dapat mulai membangun sederetan tindakan yang positif dan berinterasksi dengan banyak orang setiap harinya.

3. Senyuman dapat mengubah keadaan orang lain

Jika anda berjalan ke dalam sebuah ruangan atau menuju ke sebuah toko dengan senyuman di wajah anda, akan membuat semuanya berbeda. Semua orang akan berbalik tersenyum pada anda. Hal ini akan banyak membantu mencairkan setiap ketegangan atau kekakuan yang ada. Interaksi anda akan lebih terbuka, santai dan penuh dengan kegembiraan.

4. Tersenyum? Apa ruginya?

Ketika memilih antara mengerutkan dahi, ekspresi kosong atau tersenyum, tampaknya pilihan terakhir adalah pilihan yang paling produktif dan positif, bukankah demikian? Seringkali anda lupa untuk tersenyum atau mungkin anda tidak terlalu suka untuk tersenyum. Tapi jika anda berusaha untuk menggunakan senyuman anda sesering mungkin, anda lama-kelamaan akan mempunyai kebiasaan yang baru, kebiasaan yang jauh lebih positif. Jika anda termasuk orang yang selalu memperhitungkan untung rugi untuk segala hal, cobalah pertanyaan ini, ‘apa ruginya anda tersenyum?’ :)

5. Lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan yang sebaliknya

“Dibutuhkan tujuh puluh dua otot untuk berkerut, tetapi hanya tigabelas otot untuk tersenyum.”
- Anonim -

Jadi sebetulnya anda menggunakan jauh lebih sedikit otot ketika tersenyum dibandingkan saat anda mengerutkan dahi atau memasang muka marah. Dengan membiasakan diri untuk tersenyum, maka otot tersenyum anda akan menjadi lebih kuat daripada otot untuk mengerutkan dahi anda, sehingga lama kelamaan anda akan lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan hal yang sebaliknya.

Sumber : http://www.akuinginsukses.com/5-alasan-mengapa-anda-harus-banyak-tersenyum/
Baca Posting Senyum menarik lainnya Disini

Thursday, October 24, 2013

Ayat-Ayat Qur’ani Tentang Hak-Hak Anak

alquranالحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد


Ayat-ayat yang berbicara mengenai hak-hak anak kecil itu banyak sekali. Diantaranya ayat-ayat yang menyatakan bahwa anak-anak itu adalah perhiasan dunia. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا 
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (QS. Al Kahfi: 46).

Diantaranya juga ayat-ayat yang bicara bahwa janin itu baik laki-laki maupun perempuan adalah nikmat dan pemberian dari Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS. Asy Syura: 49-50).

Diantaranya juga ayat-ayat yang bicara mengenai hak anak untuk hidup, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh” (QS. At Takwir: 8-9).

juga firman Allah Ta’ala:

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu” (QS. An Nahl: 58-59).

Juga firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.  Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka” (QS. Al An’am: 151).

Diantaranya juga ayat-ayat yang berbicara mengenai hak anak untuk mendapatkan ASI, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Baqarah: 233).

Diantaranya juga ayat yang membicarakan tentang hak anak untuk mendapatkan tarbiyah (pembinaan dan pendidikan) juga ayat-ayat yang mengisyaratkan hal itu, sebagaimana dalam surat Luqman:

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar” (QS. Luqman: 13).

Dan masih banyak ayat-ayat lain yang tidak terhitung banyaknya yang berbicara menyinggung mengenai hak-hak anak yang kami sebutkan dalam fatwa semisal ini.

Selain itu banyak dalil dari sunnah Nabawiyah juga yang membahas hal ini, seperti hak nasab, hak dipilihkan nama yang baik, dan hak-hak yang lain. Wallahu’alam.


Sumber: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=70936



Artikel Muslimah.Or.Id

Penulis: Syaikh Abdullah Al Faqih

Penerjemah: Yulian Purnama

Senyumku Dakwahku - Ayat-Ayat Qur’ani Tentang Hak-Hak Anak. Baca Artikel Menarik Lainnya Tebtang "Kecupan Kasih Sayang" dan juga artikel yang berjudul " Peka Pada Rasa Kecewa Si Kecil "

Saturday, October 19, 2013

Senyumku Dakwahku - Disini Tanpa Air mata

sendiri sepi
Dunia ini tempatku hidup tuk mengejar apa yg seharusnya dikejar.
Dunia ini tempatku menggali bekal tuk kubawa ke tempat yang abadi. kucari apa yang harus ku cari.
Namun mengapa aku diam..? mengapa aku bengong..

Aku adalah aku.

Aku menginginkan apa yg seharusnya menjadi apa yg harus aku kerjakan, bukan menjadi pendiam, bukan diam tanpa kata. padahal aku tau yang seharusnya aku lakukan aku tau bagaimana Tujuan Penciptaan Manusia Dan Cara Meraihnya. tapi mengapa aku terdiam? seperti belenggu mengelilingi tubuhku.

Aku hidup sebagai Muslim, Aku hidup dilingkungan baik menurut Islam.

Mana semangatku...??? Mengapa Semangatku tidak Menggebu...???

Manusia memiliki sifat malas dan tidak bisa di pungkiri, Dalam Islam memang di haruskan untuk Melawan Hawa nafsu dan sifat malas.
Karnanya aku seiring Meneteskan Airmata tak hentinya meminta kepada sang kuasa tuk di bukakan pintu hidayah agar bisa melawan sifat malas yg sangat berlebih ini. dan sering pula saya Meneteskan Air Mata dan mebaca Diantara Do'a penyejuk Hati seperti yang sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a tersebut agar disejukan hatinya dari kesedihan, rasa malas, kebingungan, ketidak mampuan, bakhil dan keterlilitan hutang.

Sunday, October 13, 2013

Beliau Sisir Rambutku

GURUKU TERSAYANG
Kenalkan namaku Chichi, aku adalah seorang karyawati bank ternama di Jakarta. Namun aku tak ingin bercerita tentang bank dan pekerjaanku. Aku ingin bercerita tentang kenangan indah di masa lalu, kenangan ketika aku masih kecil, kenangan yang tak akan pernah aku lupakan.
Kata orang, bumi memang sempit. Ungkapan itu benar adanya, saat aku bertemu Dik Winda. Dia adalah perempuan cantik yang sangat pintar. Saat itu aku sedang berbelanja di sebuah supermarket di Jakarata. Aku menyapa perempuan itu karena memang wajahnya tak pernah berubah semenjak dia masih kecil.
Dik Winda tersenyum dan kami bersalaman, terus cipika cipiki. Biarpun sudah sangat lama tak bertemu namun pertemuan itu hangat dan akrab, karena dia memang adik kelasku waktu masih Sekolah Dasar. Selain karena pribadinya yang baik, aku menyukai Dik Winda karena dia adalah puteri dari salah satu guru SDku.
"Mbak Chi, apa kabar?" sapanya ramah.
"Baik, Dik, udah lama di Jakarta?"
"Udahlah, Mbak, sepuluh tahunan lebih," jawabnya.
"Gimana kabarnya Ibu?"
"Baik."
"Sudah pensiun?"
"Sudah Mbak Chi, ayo main ke rumah..."
"Insya Allah kalau nanti pas mudik..."
"Ibu pasti senang," kata Dik Winda dengan mata berbinar.
Bu Hartini, ibunya Dik Winda, adalah seorang guru yang galak. Disiplin dan tegas. Semua murid takut kepadanya. Namun dia menjadi berbeda bila bersikap kepadaku. Selama diajar beliau, tidak pernah sekali pun marah kepadaku. Bahkan seringkali aku disuruh-suruh untuk membantu ini itu, seperti membawakan tas, membawa buku PR murid-murid ke kantor guru, dan lain-lain. Intinya dia sangat sayang kepadaku.
Itu tak mengherankan karena aku memang murid terpandai di kelas. Aku cantik dan memiliki kulit putih bersih, tidak seperti murid lain yang rata-rata anak kampung. Selain dan aku juga gadis yang pendiam, rajin dan selalu juara satu selama sekolah di SD itu.
Suatu pagi aku bangun kesiangan. Aku mandi dan dengan buru-buru berangkat ke sekolah. Sesampai di sekolah aku masuk kelas dan duduk diam, bel masuk sebentar lagi. Tetapi kemudian aku dipanggil Bu Hartini ke kantor. Aku deg-degan bukan kepalang. Dengan menunduk aku berdiri di sebelah meja guru galak itu, dan siap menerima hukuman apa saja.
Namun ternyata beliau menyentuhku dengan lembut. Lalu menyuruhku duduk di kursi sebelahnya dan membalikan badanku membelakanginya. Rasa takut yang amat sangat menyerang, sudah ingin menangis saja. Beliau kemudian menyentuh rambutku yang panjang sepunggung.
"Sebelum berangkat ke sekolah sisir rambutmu dengan rapi," kata Beliau.
Kepalaku seperti disiram air es, rasa takut itu perlahan menghilang. Rupanya aku lupa menyisir rambut saat berangkat sekolah tadi. Perempuan itu pun mulai menyisir rambutku perlahan. Perasaan entah, menyelubungi seluruh isi perasaanku, sehingga aku gugup saat beliau tanya-tanya dan mengajakku mengobrol. Bu Hartini mengikat rambutku dengan karet.
Bel berbunyi, rambutku sudah rapi. Bu guru yang sangat kucintai itu menyuruhku masuk kelas. Dia juga menyuruhku membawa setumpukan buku paket yang akan dipelajari hari itu. Dengan langkah ringan aku menuju kelasku. Itulah kenangan terindah bersama beliau yang tak pernah aku lupakan.
"Ini alamatku di Jakarta, nanti kalau Ibu ke Jakarta Mbak Chi mampir saja," kata Dik Winda.
"Iya, iya, boleh juga...."
Sebelum berpisah, aku memeluk Dik Winda erat-erat.
Jakarta, 14 Oktober 2013

Thursday, October 10, 2013

9 Tips Mengendalikan Amarah dalam Islam

Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki.” (HR Ahmad).

Begitu istimewanya imbalan yang diberikan bagi orang yang dapat mengendalikan amarahnya, sampai Allah pun mempersilahkan ia untuk memilih bidadari surga yang ia suka. Lalu, bagaimana caranya mengendalikan amarah? 



Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah mengungkapkan hendaknya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang berkaitan dengan marah. Berikut adab atau cara mengendalikan marah menurut Islam:
  1. Jangan marah kecuali karena Allah SWT. Marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan pahala. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah, misalnya marah ketika menyaksikan perbuatan haram.
  2. Berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada mengingatkan, kemarahan kerap berujung pada pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan dapat pula memutuskan silaturahim.
  3. Mengingat keagungan dan kekuasaan Allah ketika marah. Ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun dan sabar.
  4. Menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya. Allah SWT berfirman, ” … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran:134).
  5. Berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang yang marah mengucapkan; ‘A’uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT) niscaya akan reda kemarahannya.” (HR Ibu ‘Adi dalam al-Kaamil.) 
  6. Diam. Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.
  7. Mengubah posisi ketika marah. Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (HR Ahmad).
  8. Berwudhu atau mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf.
  9. Memberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya “… dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS Asy-Syuura:37).
Itulah kesembilan cara yang bisa kita lakukan untuk meredam kemarahan. Terlihat sulit tapi percayalah, jika kita berniat merubah diri kita untuk menjadi lebih baik, beberapa cara meredam kemarahan seperti yang disebutkan diatas patut dicoba. Insya Allah kita dapat termasuk ke dalam golongan seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad, yakni mendapat imbalan indah bertemu dengan bidadari surga dan dimuliakan-Nya. 

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Sumber: republika 

Wednesday, October 9, 2013

Turun Ranjang

CINTA YANG NAIF
Saat usia pernikahan yang ke 15, penyakit kanker merengut nyawa istriku. Padahal usianya masih muda, waktu itu usia Dian, nama istriku-- masih 40 tahun. Istriku, sudah tak sanggup bertahan. Hampir dua tahun dia melawan penyakit ganas yang menyerang paru-parunya itu.
Aku memiliki tiga orang putera puteri, yang pertama berusia 13 tahun, yang kedua berusia 10 tahun dan yang bungsu berusia 6 tahun. Mereka kehilangan ibunya saat usia masih muda. Rasa sedih itu terus menyelimuti diriku, sementara aku sendiri tak mungkin mengurus mereka, karena harus bekerja.
Sekarang, aku benar-benar merasakan kehilangan. Aku tahu, anak-anak juga sangat kehilangan ibunya. Untuk sementara nenek dan bibi mereka (adik mendiang istriku) yang mengurusi mereka bertiga. Aku sedikit merasa lebih tenang.
Sebetulnya, kesuksesanku akan mempermudah untuk mendapatkan istri yang baru. Liz, Metty dan Silvia, mereka gadis-gadis cantik yang bekerja di kantorku. Kalau aku mau, pasti aku bisa memilih salah satu dari mereka untuk aku nikahi. Tetapi keinginan itu selalu terhambat saat mengingat tiga anakku yang mulai tumbuh remaja. Ketakutan tentang kejahatan ibu tiri kadang menyelimutiku.
Mendiang istriku memeliki 5 saudara. Dan adik bungsunya Lita, masih belum menikah meskipun usianya sudah 30 tahunan. Bila dibandingkan dengan istriku, Lita tak lebih cantik. Tubuhnya terlalu kurus, dan sifatnya pendiam seperti batu.
Namun begitu, sejak kelahiran anakku yang pertama, Lita sering main ke rumah dan suka sekali menggendong Rendra puteraku. Bukan hanya dengan Rendra dengan dua puteriku Reny dan Risa, dia juga sangat akrab dan sayang. Sepertinya Lita memang menyukai dunia anak-anak.
Kelebihan Lita ini, yang kemudian menarik perhatianku untuk meminangnya menjadi istriku. Aku berusaha mengabaikan gadis-gadis cantik yang lain, demi anak-anakku. Kalau aku menikahi Lita, anak-anakku tak akan kesulitan beradaptasi dengan ibu tiri baru, karena mereka sudah akrab dengan Lita sejak kecil.
Niat itu makin menguat, demi anak-anak aku pun melamar Lita kepada ibunya, karena ayah Lita sudah tiada. Ibunya menyambut lamaran itu dan merestui. Sebenarnya antara aku dan Lita sendiri tak terlalu akrab, karena dia selalu menjaga jarak dengan aku iparnya. Selama ini aku tak pernah berbicara atau pun mengobrol, biar pun dia sering datang ke rumah.
"Aku akan menikahimu, demi anak-anak," kataku.
Dia tersenyum, tak menjawab lamaranku.
Harap-harap cemas, aku menunggu jawabannya. Beberapa hari kemudian, kepada ibunya dia bilang mau menikah denganku. Hatiku pun merasa lega. Aku memberitahu anak-anak tentang rencana pernikahan itu. Puteraku yang paling besar dan adiknya yang nomor dua setuju. Sementara yang terkecil belum mengerti dengan semua itu.
Orang bilang turun ranjang. Kami menikah sederhana di antara keluarga besarku dan keluarga besar Lita. Setahun kemudian, Lita dan aku mendapatkan seorang anak perempuan yang lucu.
Jakarta, 10 Oktober 2013

Kesempurnaan Agama Islam

Islam adalah satu-satunya agama yang dipilih oleh Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya,
  “Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam” (Ali Imran : 19). 

Merupakan kebenaran mutlak yang datang dari Allah Ta’ala dan tidak ada kebenaran selain Islam, maka siapa yang menginginkan selain Islam berarti dia memilih kebathilan dan dalam keadaan merugi.

 


Allah Ta’ala berfirman : “Apakah selain agama Allah (Islam) yang mereka inginkan, padahal hanya kepada Allah-lah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi baik dengan tunduk (taat) maupun dipaksa dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan.” (Ali Imran : 83)


“Dan siapa yang menginginkan selain Islam sebagai agamanya maka tidak akan diterima darinya agama tersebut dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran : 85).

 


Agama yang haq ini telah disempurnakan oleh Allah Ta’ala dalam segala segi, segala yang dibutuhkan hamba untuk kehidupan dunia dan akhiratnya telah dijelaskan, sehingga tidak luput satu percakapan melainkan Islam telah mengaturnya.


Allah Ta’ala berfirman : “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah kusempurnakan nikmat-Ku bagi kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (Al Maidah : 3)

 


Al Hafidh Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir-nya berkata : “Ini merupakan nikmat Allah yang terbesar bagi ummat ini, dimana Allah telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka sehingga mereka tidak butuh kepada selain agama Islam dan tidak butuh kepada Nabi selain Nabi mereka shalawatullahi wasalaamu alaihi. Karena itulah Allah menjadikan Nabi ummat ini (Muhammad shallallahu alahi wasallam, pent.) sebagai penutup para Nabi dan Allah mengutusnya untuk kalangan manusia dan jin, maka tidak ada perkara yang haram kecuali apa yang dia haramkan, dan tidak ada agama kecuali apa yang dia syariatkan. Segala sesuatu yang dia kabarkan adalah kebenaran dan kejujuran tidak ada kedustaan padanya dan tidak ada penyuluhan.” (Tafsir Al Quranul Adzim 3/14. Dar Al Ma’rifat).

 


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai utusan Allah Ta’ala kepada ummat ini telah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah dari Allah dengan sempurna. Maka tidaklah beliau shallallahu alaihi wasallam wafat melainkan beliau telah menjelaskan kepada ummatnya seluruh apa yang mereka butuhkan.


Dengan kesempurnaan yang dimiliki, syariat Islam tidak lagi memerlukan penambahan, pengurangan, ataupun perubahan, atau lebih simpelnya hal-hal ini diistilahkan bid’ah dalam agama yang telah diperingatkan dengan keras oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabda beliau : “Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah ucapan Allah dan sebaik-baik ajaran adalah ajaran Rasulullah. Dan sesungguhnya sejelek-jelek perkara adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama), karena sesungguhnya sesuatu yang baru diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim no. 867)

 


Mengapa Bid’ah Dan Pembuatnya Dikatakan Sesat ?


Karena, pertama, bisa jadi pembuat bid’ah itu menganggap ajaran agama ini belum sempurna hingga perlu penyempurnaan dari hasil pemikiran manusia. Dengan anggapan demikian berarti ia mendustakan firman Allah Ta’ala yang memberikan kesempurnaan agama ini. (Catatan redaksi : Bid’ah yang dilarang dalam pengertian ini adalah bid’ah dalam perkara agama, artinya segala hal yang diada-adakan dalam cara beragama dan beribadah. Jadi disini jelas tidak termasuk pengertian perkara baru dalam bidang lain yang tidak dilarang seperti perkara sosial, ilmu pengetahuan, teknologi, dan sejenisnya)

 


Kedua, bisa jadi ia menganggap agama ini telah sempurna, namun ada perkara yang belum disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang berarti ia menuduh beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah berkhianat dalam penyampaian risalah. Padahal para shahabat seperti Abu Dzar radliyallahu anhu mempersaksikan : “Rasulullah meninggalkan kami dalam keadaan tidak ada seekor burung pun yang mengepak-ngepakkan kedua sayapnya di udara kecuali beliau menyebutkan ilmunya pada kami.”

 


Abu Dzar kemudian berkata :  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Tidaklah tertinggal sesuatu yang dapat mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka kecuali telah diterangkan pada kalian.”  (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, lihat As Shahihah karya Syaikh Albani rahimahullah 4/416 dan hadits ini memiliki pendukung dari riwayat lain).


Imam Malik rahimahullah berkata : Barangsiapa yang mengada-adakan dalam Islam sesuatu kebid’ahan dan menganggapnya baik berarti ia telah menuduh Rasulullah telah berkhianat dalam menyampaikan risalah.


Karena Allah telah berfirman :Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian.” Maka apa yang waktu itu (pada masa Rasulullah dan para shahabat beliau) bukan bagian dari agama, (maka) pada hari ini pun bukan bagian dari agama.” (Lihat Al I’tisham oleh Imam Syathibi halaman 37)

 


Ketiga, bisa jadi pembuat bid’ah itu menganggap dirinya lebih berilmu dibanding Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sehingga dia tahu ada amalan baik yang tidak diketahui dan tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan dalam banyak haditsnya jalan keluar dari kebid’ahan jauh sebelum terjadinya bid’ah. Beliau bersabda :Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalau kalian berpegang teguh dengannya niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku selamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. Hakim dan dishahihkan dalam Shahihul Jami’ oleh Syaikh Albani rahimahullah)

 


Beliau juga menasehatkan : “Aku wasiatkan kepada kalian untuk takwa kepada Allah Azza wa Jalla, taat dan mendengar sekalipun kalian dipimpin oleh seorang hamba sahaya karena siapa saja diantara kalian yang hidup sepeninggalku niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka (ketika itu) wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah dengan gigi gerahammu dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru karena setiap yang bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)

 


Satu-satunya jalan menyelamatkan diri dari bid’ah adalah berpegang teguh pada dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam serta Petunjuk Salafus Shalih, pemahaman mereka, manhaj mereka, dan pengamalan mereka terhadap dua wahyu, karena mereka adalah orang yang paling besar cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya, paling kuat ittiba’-nya, paling dalam ilmunya dan paling luas pemahamannya terhadap Al Qur’an dan As Sunnah.

 


Dengan cara ini seorang Muslim akan mampu berpegang teguh dengan agamanya dan bebas dari segala kotoran yang mencemari dan jauh dari semua kebid’ahan yang menyesatkan. Dan jalan ini mudah bagi yang dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam bishawwab.

 

Sumber:
Diringkas dari tulisan Al Ustadz Muslim Abu Ishaq - murid Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi'y rahimahullah, Yaman, selengkapnya bisa dibaca di http://darussunnah.or.id/artikel-islam/akidah/kesempurnaan-agama-islam/ dan http://kebunhidayah.wordpress.com


Monday, October 7, 2013

Kehormatanmu Hanya Untuk Wanitamu

KEHORMATANMU hanya untuk wanitamu

Ayu paras muka bukan ukuran Indahnya raga bukanlah tujuan
Tiada beda di sisi Ar-Rohman Menuju cinta, kasih dan keridhoan.

Senyumku Dakwahku - Mengerti tentang agama dan tanggung jawab.(Semoga kita semua menjadi calon orang tua yang dapat memberikan yang terbaik untuk calon anak-anak kita kelak)  adalah sebuah tuntutan sebelum menikah. karna di dalam sebuah pertikahan adanya dorongan untuk melakukan ibadah yang lebih.
Akad nikah ini bukan saja perjanjian aku dengan si isteri dan si ibu bapa isteri, tetapi ini adalah perjanjian terus kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.
Suami adalah tolak ukur bagi istrinya. apabila suaminya buruk pribadi dan prilakunya, maka istripun akan terbawa dampak dan arusnya.

Suami Istri bagaikan gula dan kopi. sang pahit melengkapi sang manis.

Wanita Berbeda Dengan Laki-Laki

Allah berfirman,

وَمَاخَلَقْتُ الجِنَّ وَ الإِنْسَ إِلاَّلِيَعْبُدُوْنِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Qs. Adz-Dzaariyat: 56)

DiamAllah telah menciptakan manusia dalam jenis perempuan dan laki-laki dengan memiliki kewajiban yang sama, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Dia telah menempatkan pria dan wanita pada kedudukannya masing-masing sesuai dengan kodratnya. Dalam beberapa hal, sebagian mereka tidak boleh dan tidak bisa menggantikan yang lain.

Keduanya memiliki kedudukan yang sama. Dalam peribadatan, secara umum mereka memiliki hak dan kewajiban yang tidak berbeda. Hanya dalam masalah-masalah tertentu, memang ada perbedaan. Hal itu Allah sesuaikan dengan naluri, tabiat, dan kondisi masing-masing.

Allah mentakdirkan bahwa laki-laki tidaklah sama dengan perempuan, baik dalam bentuk penciptaan, postur tubuh, dan susunan anggota badan.

Allah berfirman,

وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأنْثَى

“Dan laki-laki itu tidaklah sama dengan perempuan.” (Qs. Ali Imran: 36)

Karena perbedaan ini, maka Allah mengkhususkan beberapa hukum syar’i bagi kaum laki-laki dan perempuan sesuai dengan bentuk dasar, keahlian dan kemampuannya masing-masing. Allah memberikan hukum-hukum yang menjadi keistimewaan bagi kaum laki-laki, diantaranya bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, kenabian dan kerasulan hanya diberikan kepada kaum laki-laki dan bukan kepada perempuan, laki-laki mendapatkan dua kali lipat dari bagian perempuan dalam hal warisan, dan lain-lain. Sebaliknya, Islam telah memuliakan wanita dengan memerintahkan wanita untuk tetap tinggal dalam rumahnya, serta merawat suami dan anak-anaknya.

Mujahid meriwayatkan bahwa Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: “Wahai Rasulullah, mengapa kaum laki-laki bisa pergi ke medan perang sedang kami tidak, dan kamipun hanya mendapatkan warisan setengah bagian laki-laki?” Maka turunlah ayat yang artinya, “Dan janganlah kamu iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah…” (Qs. An-Nisaa’: 32)” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari, Imam Ahmad, Al-Hakim, dan lain sebagainya)

maka hendaklah kita mengimani apa yang Allah takdirkan, bahwa laki-laki dan perempuan berbeda. Yakinlah, di balik perbedaan ini ada hikmah yang sangat besar, karena Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Wahai Imam sang penuntun Kaum Hawa Menuju Surga Alla 'azza wajalla

Marilah menjaga Kehormatan kita untuk sang wanita yg menjadi sang penyempurna hidup kita. jangan mengecewakan apa yang telah mereka percayakan kepada kita.

Mereka Wanita di tuntut untuk menjaga pandangan mereka untuk tidak melihat yang bukan mahromnya, apakah kaum laki-laki tidak di tuntut demikian.?

Wanita di tuntut agar menjaga awrotnya dari yang bukan maromnya. apakah laki-laki tidak harus menurup aurotnya.?

Pada dasarnya hakikat lelaki dan permpuan itu sama dalam menjalankan hidup beragama. hanya saja beda aturan dan kewajiban dalam menjalamkannya. setidaknya ada aturan yang mengharuskan bagi kaum wanita atau laki-laki. seperti Adab Suami Kepada Istri. dan juga  Adab istri kepada suami.

Demikianlah beberapa perkara yang harus diperhatikan oleh setiap muslim / muslimah, ikhwan / akwat agar dirinya tidak terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan dan tidak menjerumuskan orang lain ke dalam dosa dan kemaksiatan. Allahu A’lam.

Sunday, October 6, 2013

Adab Suami Kepada Istri

Senyumku Dakwahku - Berikut adalah diantara Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam

Adab Suami Kepada Istri

  • Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
  • Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
  • Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)
  • Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)
  • Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
  • Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
  • Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
  • Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
  • Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
  • Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
  • Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)
  • Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)
  • Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
  • Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
  • Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
  • Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
  • Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
  • Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)
  • Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)

nikah

Demikian Artikel Tentang Kewajiban Suami terhadap Istri Dan ketahui Pula Beberapa diantara Kewajiban Istri Kepada Suaminya. Semoga dengan mengetahui apa hak dan kewajiban bagi suami dan sitri kita dapat Menjaga Kehotmatan dan Menjalankan kewajiban Bagi suami ataupun Istri.

Thursday, October 3, 2013

Kekasihku Seumuran Ayahku

CINTA YANG NAIF
Perkenalkan namaku Fara. Ayahku wartawan majalah politik ternama. Seorang jurnalis senior yang sangat "gila" kerja. Seumur hidupku aku hanya beberapa kali bicara dengan Ayah. Bisa dihitung jari. Ibuku ibu rumah tangga yang selalu galau, pekerjaannya arisan, ke salon dan keluyuran dengan teman-temannya. Jujur secara psikologis aku tak terurus.
Ayah sudah pasti jarang di rumah. Terlalu asyik dengan pekerjaannya. Dan kalau di rumah, sibuk mengurus burungnya. Kalau sedang bekerja, dia membayar seorang tetangga untuk mengurus binatang-binatang unggas itu. Seringkali aku cemburu dengan burung-burung mahal itu, karena mereka lebih dicintai ayah daripada diriku.
Situasi rumah yang dingin ini, membuat adik perempuanku kabur dari rumah. Sedangkan ibuku, juga tak pernah ketahuan di mana keberadaannya. Satu-satunya orang yang mengerti aku adalah Rafi, teman sekelasku di SMA, dia adalah kekasihku.
Kami berdua pacaran melewati batas aturan agama. Saat aku kelas 2 SMA aku hamil, terpaksa aku keluar dari sekolah. Rafi ingin menikahiku, tetapi keluarganya melarang, akhirnya Rafi dipindahkan orang tuanya ke kota yang jauh, ikut dengan pamannya di Sumatera.
Ayah dan Ibuku juga marah. Mereka menyalahkanku yang terlalu berani saat berpacaran. Dan mereka ingin aku menggugurkan kandunganku. Dengan begitu aku bisa melanjutkan sekolah kembali. Aku menolak.
"Tidak Ayah, aku sudah banyak dosa, aku tak mau jadi pembunuh," kataku.
Mereka tak peduli apa keputusanku. Ayah makin asyik dengan kesenangan dan pekerjaannya, dan ibuku minta cerai. Rupanya ibu sudah tidak tahan dengan perilaku ayah. Dia akan menikah dengan kekasihnya yang tinggal di kota B, mereka pun bercerai.
Sekarang harapanku adalah adikku, tetapi dia sudah ditelan kota Jakarta, entah tinggal dimana. Aku tak berhasil menemukannya. Aku pun kemudian berfikir untuk kabur, meninggalkan ayahku sendiri. Tetapi aku akan menunggu anakku lahir terlebih dahulu.
Bayi perempuan itu lahir, aku menitipkan Salsa, puteriku pada ibu di kota B. Dan aku kembali ke Jakarta, namun tidak pulang ke rumah. Saat itulah petualanganku dimulai. Aku tak punya ijasah SMA, tak punya keahlian, keahlianku satu-satunya adalah menjadi pelacur.
Maka jadilah aku pelacur kelas atas. Berpindah dari hotel ke hotel bintang lima. Langgananku kalangan pengusaha dan pejabat-pejabat. Salah satu pelangganku adalah Pak Amar. Pak Amar kaya raya, dan memiliki jabatan penting. Jujur aku jatuh cinta pada lelaki seumuran ayahku ini. Setelah dengan dia, aku tak mau menjual diri dengan siapapun, aku pun jadi simpanannya.
Sayangnya hubungan kami ketahuan istrinya. Perempuan itu memata-mataiku kemana pun pergi. Dengan kasar memintaku meninggalkan suaminya. itulah untuk pertama kalinya aku patah hati. Aku hampir bunuh diri, ketika tahu bahwa Pak Amar pun meninggalkanku, dan kembali pada istri pertamanya.
Bertahun aku frustrasi kemudian ikut Ibu di kota B. Kami membuka toko kelontong. Sungguh sulit bagiku untuk melupakan Pak Amar. Dia adalah cinta sejatikuku. Dan di kemudian hari aku baru menyadari bahwa aku selalu menjalin hubungan cinta dengan lelaki seumuran ayahku. Mungkinkah ini karena aku merindukan figur seorang ayah? Entahlah.
Cinta itu kemudian bermuara pada seorang duda berumur dua kali umurku, laki-laki itu bernama Liem. Dia pengusaha restoran keturunan China. Dia mencintaiku dan ingin menikahiku. Aku menerimanya. Kami menikah dan dikaruniai dua orang putera. Aku tak malu meskipun suamiku terlihat jauh lebih tua dariku. Merekalah orang yang selalu mengerti aku.
Jakarta, 4 oktober 2013

Ilmu Yang Paling Mulia

Ilmu syar’i (ilmu agama). Ilmu inilah yang disebutkan kemuliaannya oleh Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ilmu syar’i ini membahas tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, ilmu tentang hak-Nya atas hamba-hamba-Nya, dan tentang syariat-Nya terhadap para hamba. Sebagaimana ilmu ini berbicara tentang jalan yang bisa menyampaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang tujuan dan akhir yang akan dicapai seorang hamba nantinya di negeri akhirat.



Dengan demikian, ilmu syar’i inilah yang sepatutnya dicari dengan penuh semangat. Karena, dengannya seorang hamba bisa mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dengannya seorang hamba bisa beribadah. Si hamba dapat mengetahui apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala halalkan, apa yang diharamkan, apa yang diridhai, dan apa yang dimurkai-Nya. Dengan ilmu ini diketahui ke mana kehidupan ini akan berakhir; ada sebagian hamba yang akhirnya bersenang-senang di dalam surga dan sebagian besar lainnya sengsara dalam neraka.

 


Ilmu syar’i ini bertingkat-tingkat. Yang paling utama dan paling mulia adalah ilmu akidah yang pembahasannya berkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya. Menyusul setelahnya,

Yang paling utama dan paling mulia adalah ilmu akidah yang pembahasannya berkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya.

Urutan selanjutnya adalah ilmu yang membantu dan mengantarkan pada ilmu syar’i, seperti ilmu tentang kaidah-kaidah bahasa Arab, istilah-istilah Islamiyah dalam ushul fiqih, dan mushthalahul hadits.


Demikian pula perkara-perkara lain yang berkaitan dengan ilmu syar’i, yang membantu dan mendukung untuk memahaminya secara sempurna. Termasuk ilmu yang penting dipelajari adalah sirah nabawiyyah, sejarah Islam, biografi para perawi hadits, dan para ulama Islam.

 


Ilmu merupakan sesuatu yang paling afdhal dan paling mulia bagi orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perbaiki niatnya. Karena ilmu akan mengantarkan seseorang untuk mengetahui kewajiban yang paling utama dan paling besar, yaitu mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikhlaskan ibadah untuk-Nya. Ilmu juga menyampaikan seseorang untuk mengetahui hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa yang diwajibkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya.


Dengan demikian, ilmu adalah kewajiban besar yang akan menyampaikan kepada penunaian kewajiban-kewajiban yang besar. Tidak ada kebahagiaan yang diperoleh para hamba dan tidak ada keselamatan bagi mereka kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian dengan ilmu agama, berpegang dengan ilmu dan istiqamah di atasnya.

 


Ulama merupakan sebaik-baik manusia dan paling utama di muka bumi ini. Yang terdepan dari mereka tentunya para rasul dan para nabi ‘alaihimussalam. Mereka adalah qudwah (teladan). Mereka merupakan asas/fondasi dalam dakwah, ilmu dan keutamaan. Setelah mereka, adalah ahlul ilmi sesuai dengan tingkatannya. Yang paling tahu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, nama dan sifat-sifat-Nya, yang paling sempurna dalam amal dan dakwah, maka dialah orang yang terdekat dengan para rasul, paling dekat derajat dan kedudukannya dengan para rasul di dalam surga kelak. Ahlul ilmi adalah pemimpin di bumi ini, cahaya dan pelita bagi bumi. Mereka membimbing manusia menuju jalan kebahagiaan, memberi petunjuk kepada manusia menuju sebab-sebab keselamatan dan menggiring mereka kepada perkara yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala serta menjauhkan mereka dari sebab-sebab kemurkaan dan adzab-Nya.

 

Sumber:
(Dinukil Ummu Ishaq Al-Atsariyyah dari kitab Al-‘Ilmu wa Akhlaqu Ahlihi, Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu) – telah diringkas. http://kebunhidayah.wordpress.com

 

Wednesday, October 2, 2013

Apakah Kedua Orangtua Rasulullah Akan Masuk Neraka?

Disusun oleh Nashih Nashrullah dari republika.co.id

Persoalan ini bukan prinsip agama yang berdampak pada status keimanan seseorang, namun pertanyaan ini cukup menggelitik. Tetapi, penting menemukan jawaban yang tepat. Di satu sisi, hadis riwayat Muslim menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sendiri menegaskan bahwa kedua orang tuanya,ada di neraka. Pernyataan Rasul tersebut merespons pertanyaan perihal nasib kedua orang tua seorang sahabat. “Sesungguhnya, kedua orang tuamu dan orang tuaku ada di neraka,” sabda Rasul.

Tetapi, di sisi lain ada satu fakta bahwa kedua orang tua Nabi hidup pada masa kevakuman seorang nabi dan rasul. Pascameninggalnya Nabi Isa AS belum ada lagi sosok Rasul yang diutus untuk berdakwah dan membimbing segenap umat. Karena itu, mereka yang berada pada periode kekosongan risalah itu dinyatakan selamat dan tidak mendapat siksa. “Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS al-Isra' [17]: 15).


Topik ini pun menuai pro dan kontra. Syekh Abdullah bin Baz berpandangan bahwa riwayat Muslim tersebut autentik dan valid. Tidak mungkin Rasul berdusta atas ucapannya sendiri (QS an-Najm 1-4).

Kedua orang tua Rasul akan diminta pertanggungjawaban. Apalagi, telah terjadi penyimpangan atas ketulusan agama Ibrahim AS. Ini berlangsung ketika Amr bin Luhay al-Awza'i melakukan penodaan agama Ibrahim. Selama menguasai Makkah, Amr mengajak para penduduknya untuk menyembah berhala.

Karena itu, kedua orang tua Rasul, menurut Syekh Abdullah bin Baz, termasuk golongan kufur. Ini merujuk pula pada hadis riwayat Muslim yang mengisahkan bahwa Allah SWT melarang Rasul mendoakan keselamatan keluarganya, tak terkecuali ayahandanya, Abdullah bin Abdul Muthalib, dan ibundanya, Aminah.  

Namun Lembaga Fatwa Mesir, Dar al-Ifta, menyanggah keras pernyataan Syekh Abdullah bin Baz tersebut. Menurut lembaga yang pernah dipimpin oleh Mufti Agung Syekh Ali Juma'h itu, pernyataan bahwa kedua orang tua  Rasul termasuk kufur dan akan menghuni neraka merupakan bentuk arogansi dan ketidaksopanan.

Justru fakta kuat mengatakan, kedua orang Rasul akan selamat dan bukan termasuk penghuni neraka. Pendapat ini menjadi kesepakatan mayoritas ulama. Tak sedikit ulama yang secara khusus menulis risalah sederhana untuk menjawab kegamangan menyikapi topik ini.

Imam as-Suyuthi mengarang dua kitab sekaligus untuk menguatkan fakta bahwa orang tua Muhammad SAW akan selamat. Kedua kitab itu bertajuk Masalik al-Hunafa fi Najat Waliday al-Musthafa dan at-Ta'dhim wa al-Minnah bi Anna Waliday al-Mushthafa fi al-Jannah.

Selain kedua kitab tersebut, ada deretan karya lain para ulama, seperti ad-Duraj al-Munifah fi al-Aba' as-Syarifah, Nasyr al-Alamain al-Munifain fi Ihya al-Abawain as-Syarifain, al-Maqamah as-Sundusiyyah fi an-Nisbah al-Musthafawiyyah, dan as-Subul al-Jaliyyah fi al-Aba' al-Jaliyyah. Masih banyak kitab lain yang membantah dugaan bahwa orang tua Rasul akan masuk neraka.

Dar al-Ifta memaparkan, mengacu ke deretan kitab tersebut, kedua orang tua Rasul hidup pada masa fatrah atau kekosongan risalah. Ketika itu, dakwah tidak sampai pada masyarakat Makkah. Ulama ahlussunnah sepakat, mereka yang hidup pada periode kevakuman risalah itu dinyatakan selamat. Ini merujuk pada ayat ke-15 surah al-Isra' di atas.

Sekalipun keduanya akan melalui ujian melintasi jembatan shirath, seperti halnya umat lainnya maka keduanya termasuk golongan yang taat. “Berbaiksangkalah kedua orang tua Rasul merupakan golongan taat saat ujian melintasi jembatan,” kata Imam Ibn Hajar al-Asqalani, seperti dinukilkan oleh Dar al-Ifta'

Tuduhan bahwa keduanya termasuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah dengan berhala, tidak benar. Abdullah dan Aminah tetap konsisten dalam keautentikan agama Ibrahim, yaitu tauhid. Fakta kesucian keyakinan kedua orang tua Rasul ini dikuatkan antara lain oleh Imam al-Fakhr ar-Razi dalam kitab tafsirnya Asrar at-Tanzil kala menafsirkan ayat ke 218-219 surah as-Syu'ara .

Imam as-Suyuthi menambahkan, dalil lain tentang fakta bahwa garis keturunan Rasul yang terdekat terjaga dari aktivitas penyimpangan akidah. Ini seperti ditegaskan hadis bahwa Rasululllah dilahirkan dari garis nasab yang istimewa dan terpilih yang konsisten terhadap tauhid.

Imam as-Suyuthi kembali menerangkan soal hadis Muslim pada paragraf pertama. Tambahan redaksional “Dan ayahku di neraka” sangat kontroversial di kalangan pengkaji hadis. Para perawi tidak sepakat tambahan tersebut. Sebut saja al-Bazzar, at-Thabrani, dan al-Baihaqi yang lebih memilih tambahan redaksi “Jika engkau melintasi kuburan orang kafir maka sampaikan berita neraka” dibanding, imbuhan bermasalah tersebut.

Arogansi
Ada banyak argumentasi yang membantah dugaan bahwa kedua orang tua Rasul akan masuk neraka. Semestinya, tuduhan tersebut tidak ditudingkan kepada ayahanda dan ibunda Rasul yang terhormat. Karena, itu adalah bentuk arogansi terhadap Rasul.

Qadi Abu Bakar Ibn al-Arabi pernah ditanya soal topik serupa. Tokoh bermazhab Maliki ini pun menjawab, bila soal itu direspons dengan jawaban bahwa keduanya masuk neraka maka terlaknatlah orang yang menjawab demikian. Menganggap keduanya ahli neraka adalah bentuk melukai perasaan Rasul. “Tak ada penganiayan lebih besar ketimbang menyebut kedua orang tua Muhammad SAW penghuni neraka,” kata Ibn al-Arabi.

Ia pun mengutip ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS al-Ahzab [33]:57).

Reaksi keras juga ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ketika itu, ia menginstruksikan pegawainya agar mengutamakan para pegawai yang kedua orang tuanya Muslim dan berasal dari etnis Arab.

Dengan spontan, sang pegawai menjawab instruksi tersebut dan mengatakan, “Memang masalah? Bukankah kedua orang tua Rasulullah non-Muslim?” Sang Khalifah marah besar. Ia pun langsung memberhentikan pegawainya tersebut agar menjadi pelajaran bagai semua dan tidak sembarangan bicara.

Atas dasar inilah, seyogianya tidak mudah menjustifikasi status kedua orang tua Rasul. Mantan Mufti Dar al-Ifta, Syekh Muhammad Bakhit al-Muthi'I, mengimbau supaya umat berhati-hati. Tuduhan kekufuran Abdullah dan Aminah salah besar dan pelakunya berdosa.

Ini lantaran dianggap sebagai aksi mencederai Rasulullah. Para pelaku tersebut tidak dihukumi keluar agama akibat perbuatannya itu. Pasalnya, persoalan ini bukan termasuk prinsip agama dharuriyyat ad-din.

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam


Sifat Api Neraka dan Siapa Penghuninya

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Api neraka telah dinyalakan selama seribu tahun sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga gelap bagaikan malam yang kelam.”

Al-a’masy dari Yasid bin Wahab dari Ibn Mas’ud berkata: “Sesungguhnya apimu ini sebahagian dari tujuh puluh bagian dari api neraka, dan andaikan tidak didinginkan dalam laut dua kali nescaya kamu tidak dapat mempergunakannya.”

Mujahid berkata: “Sesungguhnya apimu ini berlindung kepada Allah s.w.t. dari neraka jahannam.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka iaitu seorang yang berkasutkan dari api nerka, dan dapat mendidihkan otaknya, seolah-olah ditelinganya ada api, dan giginya berapi dan dibibirnya ada wap api, dan keluar ususnya dari bawah kakinya, bahkan ia merasa bahawa dialah yang terberat siksanya dari semua ahli neraka, padahal ia sangat ringan siksanya dari semua ahli neraka.”

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Amr r.a. berkata: “Orang-orang neraka memanggil Malaikat Malik tetapi tidak dijawab selama empat puluh tahun, kemudian dijawabnya: “Bahawa kamu tetap tinggal dalam neraka.” Kemudian mereka berdoa (memanggil) Tuhan: “Ya Tuhan, keluarkanlah kami dari neraka ini, maka bila kami mengulangi perbuatan-perbuatan kami yang lalu itu bererti kami zalim.” Maka tidak dijawab selama umur dunia ini dua kali, kemudian dijawab: “Hina dinalah kamu didalam neraka dan jangan berkata-kata.”

Demi Allah setelah itu tidak ada yang dapat berkata-kata walau satu kalimah, sedang yang terdengar hanya nafas keluhan dan tangis rintihan yang suara mereka hampir menyamai suara himar (keledai).

Qatadah berkata: “Hai kaumku, apakah kamu merasa bahawa itu pasti akan terkena pada dirimu, atau kamu merasa akan kuat menghadapinya. Hai kaumku, taatlah kepada Allah s.w.t. itu jauh lebih ringan bagi kamu kerana itu, taatilah sebab ahli neraka itu kelak akan mengeluh selama seribu tahun tetapi tidak berguna bagi mereka, lalu mereka berkata: “Dahulu ketika kami didunia, bila kami sabar lambat laun mendapat keringanan dan kelapangan, maka mereka lalu bersabar seribu tahun, dan tetap siksa mereka tidak diringankan sehingga mereka berkata: Ajazi’na am sobarna malana min mahish (Yang bermaksud) Apakah kami mengeluh atau sabar, tidak dapat mengelakkan siksa ini.Lalu minta hujan selama seribu tahun sangat haus dan panas neraka maka mereka berdoa selama seribu tahun, maka Allah s.w.t. berkata kepada Jibril: “Apakah yang mereka minta?”. Jawab Jibril: “Engkau lebih mengetahui, ya Allah, mereka minta hujan.” Maka nampak pada mereka awan merah sehingga mereka mengira akan turun hujan, maka dikirim kepada mereka kala-kala sebesar kaldai, yang menggigit mereka dan terasa pedih gigitan itu selama seribu tahun. Kemudian mereka minta kepada Allah s.w.t. selama seribu tahun untuk diturunkan hujan, maka nampak mereka awan yang hitam, mereka mengira bahawa itu akan hujan, tiba-tiba turun kepada mereka ular-ular sebesar leher unta, yang menggigit mereka dan gigitan itu terasa pedihnya hingga seribu tahun, dan inilah ertinya: Zidnahum adzaba fauqal adzabi. (Yang bermaksud) Kami tambahkan kepada mereka siksa diatas siksa.

Kerana mereka dahulu telah kafir, tidak percaya dan melanggar tuntutan Allah s.w.t., kerana itulah maka siapa yang ingin selamat dari siksaan Allah s.w.t. harus sabar sementara atas segala penderitaan dunia didalam mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah s.w.t. dan menahan syahwat hawa nafsu sebab syurga neraka diliputi syahwat-syahwat.

Seorang pejungga berkata: “Dalam usia tua itu cukup pengalaman untuk mencegah orang yang tenang dari sifat kekanak-kanakan, apabila telah menyala api dirambutnya (beruban). Saya melihat seorang itu ingin hidup tenang bila dahan pohon telah menguning sesudah hijaunya. Jauhilah kawan yang busuk dan berhati-hatilah, jangan menghubunginya tetapi bila tidak dapat, maka ambil hati-hatinya, dan berkawanlah pada orang yang jujur tetapi jangan suka membantah padanya, engkau pasti akan disukai selma kau tidak membantah kepadanya. Berkawanlah dengan orang bangsawan dan yang berakhlak baik budinya.”

Maka siapa yang berbuat baik pada orang yang tidak berbudi bererti ia telah membuang budi itu kedalam laut. Dan Allah s.w.t. mempunyai syurga yang selebar langit tetapi diputi dengan kesukaran-kesukaran.

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Allah memanggil Malaikat Jibril dan menyuruhnya melihat syurga dengan segala persiapannya untuk ahlinya, maka ketika kembali berkata Jibril: Demi kemuliaanMu, tiada seorang yang mendengarnya melainkan ia akan masuk kedalamnya, maka diliputi dengan serba kesukaran, dan menyuruh Jibril kembali melihatnya, maka kembali melihatnya, kemudian ia berkata: Demi kemuliaanMu saya khuatir kalau-kalau tiada seorangpun yang masuk kedalamnya. Kemudian disuruh melihat neraka dan semua yang disediakan untuk ahlinya, maka kembali Jibril dan berkata: Demi kemuliaanMu tidak akan masuk kedalamnya orang yang telah mendengarnya, kemudian diliputi dengan kepuasan syahwatnya, dan diperintah supaya kembali melihatnya kemudian setelah dilihatnya kembali, berkatanya: Saya khuatir kalau tiada seorangpun melainkan akan masuk kedalamnya.”

Juga Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Kamu boleh menyebut tentang neraka sesukamu, maka tiada kamu menyebut sesuatu melainkan api neraka itu jauh lebih ngeri dan lebih keras daripadanya.”

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Maimun bin Nahran berkata: “Ketika turun ayat (yang berbunyi) Wa inna jahannam lamau’iduhum ajma’in (yang bermaksud) Sesungguhnya neraka jahannam itu sebagai ancaman bagi semua mereka. Salman meletakkan tangan diatas kepalanya dan lari keluar selama tiga hari baru ditemuikannya.

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik r.a. berkata: “Jibril datang kepada Nabi Muhammad s.a.w pada saat yang tiada biasa datang, dalam keadaan yang berubah mukanya, maka ditanya oleh Nabi Muhammad s.a.w: “Mengapa aku melihat kau berubah muka?” Jawab Jibril: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu pada saat dimana Allah menyuruh supaya dikobarkan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahawa neraka jahannam itu benar, siksa kubur itu benar, siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman daripadanya.” Lalu Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Ya Jibril, jelaskan kepadaku sifat jahannam.” Jawabnya: “Ya, ketika Allah menjadikan jahannam maka dinyalakan selama seribu tahun sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun hingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yang mengutuskan engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum nescaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya. Demi Allah yang mengutuskan engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung diantara langit dan bumi nescaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan baranya. Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yang disebut Allah dalam Al-Quran itu diletakkan diatas bukit nescaya akan cair sampai kebawah bumi yang ketujuh. Demi Allah yang mengutusmu dengan hak, andaikan seorang dihujung barat tersiksa nescaya akan terbakar orang-orang yang dihujung timur kerana sangat panasnya, jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi dan minumannya air panas campur nanah dan pakaiannya potongan api. Api neraka itu ada mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagian yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.”

Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah-rumah kami?” Jawabnya: “Tidak, tetapi selalu terbuka, setangahnya dibawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan tujuh puluh ribu tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain tujuh puluh ribu tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain tujuh puluh kali ganda, maka digiring kesana musuh-musuh Allah s.w.t. sehingga bila telah sampai kepintunya disambut oleh malaikat-malaikat Zabaniyah dengan rantai dan belenggu, maka rantai itu dimasukkan kedalam mulut mereka hingga tembus kepantat, dan diikat tangan kirinya kelehernya, sedang tangan kanannya dimasukkan dalam dada dan tembus kebahunya, dan tiap-tiap manusia itu digandeng dengan syaitannya lalu diseret tersungkur mukanya sambil dipukul oleh para malaikat dengan pukul besi, tiap mereka ingin keluar kerana sangat risau, maka ditanamkan kedalamnya.”

Nabi Muhammad s.a.w bertanya lagi: “Siapakah penduduk masing-masing pintu itu?” Jawabnya: “Pintu yang terbawah untuk orang-orang munafiq, orang-orang yang kafir setelah diturunkan hidangan mujizat Nabi Isa a.s. serta keluarga Firaun sedang namanya Alhawiyah. Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim, pintu ketiga tempat orang-orang shobi’in bernama Saqar. Pintu keempat tempat iblis laknatullah dan pengikutnya dari kaum Majusi bernama Ladha, pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah. Pintu keenam tempat orang-orang kristien (Nasara) bernama Sa’ie.”

Kemudian Jibril diam segan pada Nabi Muhammad s.a.w sehingga Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ketujuh?” Jawab Jibril: “Didalamnya orang-orang yang berdosa besar dari ummatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat.” Maka Nabi Muhammad s.a.w jatuh pengsan ketika mendengar keterangan Jibril itu, sehingga Jibril meletakkan kepala Nabi Muhammad s.a.w dipangkuan Jibril sehingga sedar kembali, dan ketika sudah sedar Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummatku yang akan masuk neraka?” Jawab Jibril: “Ya, iaitu orang yang berdosa besar dari ummatmu.”

Kemudian Nabi Muhammad s.a.w menangis, Jibril juga menangis, kemudian Nabi Muhammad s.a.w masuk kedalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian masuk kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah s.w.t., dan pada hari ketiga datang Abu Bakar r.a. kerumah Nabi Muhammad s.a.w mengucapkan: “Assalamu’alaikum yang ahla baiti rahmah. apakah dapat bertemu kepada Nabi Muhammad s.a.w?” Maka tidak ada yang menjawabnya, sehingga ia menepi untuk menangis, kemudian Umar datang dan berkata: “Assalamu’alaikum ya ahla baiti rahmah, apakah dapat bertemu dengan Rasulullah s.a.w?” Dan ketika tidak mendapat jawapan dia pun menepi dan menangis, kemudian datang Salman Alfarisi dan berdiri dimuka pintu sambil mengucapkan: “Assalamu’alaikum ya ahla baiti rahmah, apakah dapat bertemu dengan Junjunganku Rasulullah s.a.w.?” Dan ketika tidak mendapat jawapan, dia menangis sehingga jatuh dan bangun, sehingga sampai kerumah Fatimah r.a. dan dimuka pintunya ia mengucapkan: “Assalamu’alaikum hai puteri Rasulullah s.a.w.”Kebetulan pada masa itu Ali r.a. tiada dirumah, lalu bertanya: “Hai puteri Rasulullah, sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah beberapa hari tidak keluar kecuali untuk sembahyang dan tidak berkata apa-apa kepada orang dan juga tidak mengizinkan orang-orang bertemu dengannya.” Maka segeralah Fatimah memakai baju yang panjang dan pergi sehingga apabila beliau sampai kedepan muka pintu rumah Rasulullah s.a.w. dan memberi salam sambil berkata: “Saya Fatimah, ya Rasulullah.” Sedang Rasulullah s.a.w. bersujud sambil menangis, lalu Rasulullah s.a.w. mengangkat kepalanya dan bertanya: “Mengapakah kesayanganku?” Apabila pintu dibuka maka masuklah Fatimah kedalam rumah Rasulullah s.a.w. dan ketika melihat Rasulullah s.a.w. menangislah ia kerana melihat Rasulullah s.a.w. pucat dan sembam muka kerana banyak menangis dan sangat sedih, lalu ia bertanya: “Ya Rasulullah, apakah yang menimpamu?” Jawab Rasulullah s.a.w.: “Jibril datang kepadaku dan menerangkan sifat-sifat neraka jahannam dan menerangkankan bahawa bahagian yang paling atas dari semua tingkat neraka jahannam itu adalah untuk umatku yang berbuat dosa-dosa besar, maka itulah yang menyebabkan aku menangis dan berduka cita.” Fatimah bertanya lagi: “Ya Rasulullah, bagaimana caranya masuk?” Jawab Rasulullah s.a.w.: “Diiring oleh Malaikat keneraka, tanpa dihitamkan muka juga tidak biru mata mereka dan tidak ditutup mulut mereka dan tidak digandingkan dengan syaitan, bahkan tidak dibelenggu atau dirantai.” Ditanya Fatimah lagi: “Lalu bagaimana cara Malaikat menuntun mereka?” Jawab Rasulullah s.a.w.: “Adapun kaum lelaki ditarik janggutnya sedangkan yang perempuan ditarik rambutnya, maka beberapa banyak dari orang-orang tua dari ummatku yang mengeluh ketika diseret keneraka: Alangkah tua dan lemahku, demikian juga yang muda mengeluh: Wahai kemudaanku dan bagus rupaku, sedang wanita mengeluh: Wahai alangkah maluku sehingga dibawa Malaikat Malik., dan ketika telah dilihat oleh Malaikat Malik lalu bertanya: “Siapakah mereka itu, maka tidak pernah saya dapatkan orang yang akan tersiksa seperti orang-orang ibi, muka mereka tidak hitam, matanya tidak biru, mulut mereka juga tidak tertutup dan tidak juga diikat bersama syaitannya, dan tidak dibelenggu atau dirantai leher mereka? Jawab Malaikat: “Demikianlah kami diperintahkan membawa orang-orang ini kepadamu sedemikian rupa.” Lalu ditanya oleh Malaikat Malik: “Siapakah wahai orang-orang yang celaka?”

Dalam lain riwayat dikatakan ketika mereka diiring oleh Malaikat Malik selalu memanggil: “Wa Muhammad.” tetapi setalh melihat muka Malaikat Malik lupa akan nama Rasulullah s.a.w. kerana hebatnya Malaikat Malik, lalu ditanya: “Siapakah kamu?” Jawab mereka: “Kami ummat yang dituruni Al-Quran dan kami telah puasa bulan Ramadhan.” Lalu Malaikat Malik berkata: “Al-Quran tidak diturunkan kecuali kepada ummat Rasulullah s.a.w..” Maka ketika itu mereka menjerit: “Kami ummat Nabi Muhammad s.a.w” Maka Malaikat Malik bertanya: “Tidakkah telah ada larangan dalam Al-Quran dari ma’siyat terhadap Allah subha nahu ta’ala.” Dan ketika berada ditepi neraka jahannam dan diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, mereka berkata: “Ya Malik, diizinkan saya akan menangis.” Maka diizinkan, lalu mereka menangis sampai habis airmata, kemudian menangis lagi dengan darah, sehingga Malaikat Malik berkata: “Alangkah baiknya menangis ini andaikata terjadi didunia kerana takut kepada Allah s.w.t., nescaya kamu tidak akan disentuh oleh api neraka pada hari ini, lalu Malaikat Malik berkata kepada Malaikat Zabaniyah: “Lemparkan mereka kedalam neraka.” dan bila telah dilempar mereka serentak menjerit: “La illaha illallah.” maka surutlah api neraka, Malaikat Malik berkata: “Hai api, sambarlah mereka.” Jawab api: “Bagaimana aku menyambar mereka, padahal mereka menyebut La illaha illallah.” Malaikat Malik berkata: “Demikianlah perintah Tuhan Rabbul arsy.” maka ditangkaplah mereka oleh api, ada yang hanya sampai tapak kaki, ada yang sampai kelutut, ada yang sampai kemuka. Malaikat Malik berkata: “jangan membakar muka mereka kerana kerana mereka telah lama sujud kepada Allah s.w.t., juga jangan membakar hati mereka kerana mereka telah haus pada bulan Ramadhan.” Maka tinggal dalam neraka beberapa lama sambil menyebut: “Ya Arhamar Rahimin, Ya Hannan, Ya Mannan.” Kemudian bila telah selesai hukuman mereka, maka Allah s.w.t.memanggil Jibril dan bertanya: “Ya Jibril, bagaimanakah keadaan orang-orang yang maksiat dari ummat Nabi Muhammad s.a.w?” Jawab Jibril: “Ya Tuhan, Engkau lebih mengetahui.” Lalu diperintahkan: “Pergilah kau lihatkan keadaan mereka.” Maka pergilah Jibril a.s. kepada Malaikat Malik yang sedang duduk diatas mimbar ditengah-tengah jahannam. Ketika Malaikat Malik melihat Jibril segera ia bangun hormat dan berkata: “Ya Jibril, mengapakah kau datang kesini?” Jawab Jibril: “Bagaimanakah keadaan rombongan yang maksit dari ummat Rasulullah s.a.w.?” Jawab Malaikat Malik: “Sungguh ngeri keadaan mereka dan sempit tempat mereka, mereka telah terbakar badan dan daging mereka kecuali muka dan hati mereka masih berkilauan iman.”Jibril berkata: “Bukalah tutup mereka supaya saya dapat melhat mereka.” Maka Malaikat Malik menyuruh Malaikat Zabaniyah membuka tutup mereka dan ketika mereka melihat Jibril mereka mengerti bahawa ini bukan Malaikat yang menyiksa manusia, lalu mereka bertanya: “Siapakah hamba yang sangat bagus rupanya itu?” Jawab Malaikat Malik: “Itu Jibril yang biasa membawa wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w.” Ketika mereka mendengar nama Nabi Muhammad s.a.w. maka serentaklah mereka menjerit: “Ya Jibril, sampaikan salam kami kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan beritakan bahawa maksiat kamilah yang memisahkan kami dengannya serta sampaikan keadaan kami kepadanya.” Maka kembalilah Jibril menghadap kepada Allah s.w.t. lalu ditanya: “Bagaimana kamu melihat ummat Muhammad?” Jawab Jilril: “Ya Tuhan, alangkah jeleknya keadaan mereka dan sempit tempat mereka.” Lalu Allah s.w.t. bertanya lagi: “Apakah mereka minta apa-apa kepadamu?” Jawab Jibril: “Ya, mereka minta disampaikan salam mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan diberitakan kepadanya keadaan mereka.” Maka Allah s.w.t. menyuruh Jibril menyampaikan semua pesanan itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang tinggal dalam khemah dari permata yang putih, mempunyai empat ribu buah pintu dan tiap-tiap pintu terdapat dua daun pintu dari emas, maka berkata Jibril: Ya Muhammad, saya datang kepadamu dari rombongan orang-orang yang derhaka dari ummatmu yang masih tersiksa dalam neraka, mereka menyampaikan salam kepadamu dan mengeluh bahawa keadaan mereka sangat jelek dan sangat sempit tempat mereka.” Maka pergilah Nabi Muhammad s.a.w. kebawah arsy dan bersujud dan memuji Allah s.w.t. dengan ucapan yang tidak pernah diucapkan oleh seorang makhlukpun sehingga Allah s.w.t. menyuruh Nabi Muhammad s.a.w.: “Angkatlah kepalamu dan mintalah nescaya akan diberikan, dan ajukan syafa’atmu pasti akan diterima.” Maka Nabi Muhammad s.a.w. berkata: “Ya Tuhan, orang-orang yang durhaka dari ummatku telah terlaksana pada mereka hukumMu dan balasanMu, maka terimalah syafa’atku.” Allah s.w.t. berfirman: “Aku terima syafa’atmu terhadap mereka, maka pergilah keneraka dan keluarkan daripadanya orang yang pernah mengucap Laa ilaha illallah.” Maka pergilah Nabi Muhammad s.a.w. keneraka dan ketika dilihat oleh Malaiakt Malik, maka segera ia bangkit hormat lalu ditanya: “Hai Malik, bagaimanakah keadaan ummatku yang durhaka?” Jawab Malaikat Malik: “Alangkah jeleknya keadaan mereka dan sempit tempat mereka.” Maka diperintahkan membuka pintu dan angkat tutupnya, maka apabila orang-orang didalam neraka itu melihat Nabi Muhammad s.a.w. maka mereka menjerit serentak: “Ya Nabi Muhammad s.a.w., api neraka telah membakar kulit kami.” Maka dikeluarkan semuanya berupa arang, lalu dibawa mereka kesungai dimuka pintu syurga yang bernama Nahrulhayawan, dan disana mereka mandi kemudian keluar sebagai orang muda yang gagah, elok, cerah matanya sedangkan wajah mereka bagaikan bulan dan tertulis didahi mereka Aljahanamiyun atau orang-orang jahannam yang telah dibebaskan oleh Allah s.w.t.. Dari neraka kemudiannya mereka masuk kesyurga, maka apabila orang-orang neraka itu melihat kaum muslimin telah dilepaskan dari neraka, mereka berkata: “Aduh, sekiranya kami dahulu Islam tentu kami dapat keluar dari neraka.”

Allah s.w.t. berfirman: “Rubama yawaddul ladzina kafaruu lau kanu muslimin.” (Yang bermaksud) “Pada suatu saat kelak orang-orang kafir ingin andaikan mereka menjadi orang Muslim.”

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Pada hari kiamat kelak akan didatangkan maut itu berupa kambing kibas putih hitam, lalu dipanggil orang-orang syurga dan ditanya: “Apakah kenal maut?” Maka mereka melihat dan mengenalnya, demikian pula ahli neraka ditanya: “Apakah kenal maut?” Mereka melihat dan mengenalnya, kemudian kambing itu disembelih diantara syurga dan neraka, lalu diberitahu: “Hai ahli syurga kini kekal tanpa mati, hai ahli neraka kini kekal tanpa mati.” Demikianlah ayat: Wa andzirhum yaumal hasrati idz qudhiyal amru (Yang bermaksud) Peringatkanlah mereka akan hari kemenyesalan ketika maut telah dihapuskan.”

Sumber: kaskus.co.id

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam