40 Juta Untuk Orang Tua Berhaji
Siang itu saat I'tikaf di sebuah masjid di bilangan Jendral Sudirman Jakarta datang seorang pria bernama Mucthar (bukan nama sebenarnya). Pria ini adalah orang berada, dari paras dan pakaian yang dikenakannya saya dapat menyimpulkan itu.
Kami berbincang usai shalat Zhuhur. Dan kami mencoba merenungi karunia apa yang pernah Allah Swt limpahkan selama hidup.Siang itu saat I'tikaf di sebuah masjid di bilangan Jendral Sudirman Jakarta datang seorang pria bernama Mucthar (bukan nama sebenarnya). Pria ini adalah orang berada, dari paras dan pakaian yang dikenakannya saya dapat menyimpulkan itu.
Satu per satu orang mengutarakan karunia Allah yang ia rasakan. Subhanallah, terkadang dalam duduk sesaat merenungi karunia Allah bersama kumpulan orang-orang yang shalih bisa membuat hidup lebih berarti dan sarat makna.
Maka satu demi satu masing-masing kami merasakan betapa Allah Swt sangat sayang kepada setiap hambaNya. Namun sedikit sekali dari manusia yang pandai bersyukur kepada Allah Swt.
Kini giliran Muchtar untuk bicara. Ia menyatakan bahwa sampai saat ini dia bekerja sebagai konsultan dalam bidang pertambangan.
"Tidak melulu orang yang bekerja di bidang ini selalu berlebih harta" menurutnya. "Namun perkara lapang atau sempit, sebetulnya ada dalam hati masing-masing orang" lanjutnya.
"Saya ingat tahun 90-an, saya punya uang sekitar Rp40 juta. Istri saya berencana menggunakan uang itu untuk membeli sebuah rumah di Serpong, dan memang saat itu kami belum memiliki rumah…. Kemudian saya usul kepada istri bahwa kedua orang tua saya dan kedua orang tuanya belum pernah berhaji. Mumpung mereka masih ada umur dan kita ada kelapangan uang 40 juta ini, kiranya berkenankah istri saya untuk mengikhlaskan uang ini untuk memberangkatkan mereka berempat ke tanah suci?" Muchtar menjelaskan awal masalah kepada kami semua.
Selanjutnya Muchtar mengutarakan bahwa malam itu setelah melewati beberapa pertimbangan akhirnya sang istri menuruti usulnya. Dan proses itu tidak mudah, berkali-kali istrinya berpikiran goyah, sehingga hampir membatalkan niat untuk memberangkatkan haji keempat orang tua mereka.
"Namun saya bilang kepada istri saya, bahwa ini adalah bentuk bakti kita kepada orang tua. Pastilah Allah akan bayar kebaikan ini….! Apalagi sesampainya di sana, orang tua kita akan mendoakan di tempat-tempat mustajab. Aku jamin, Allah pasti akan membalas kebaikan ini!" jelas Muchtar kepada istrinya.
Ketegaran hati pun mengkristal dan niat suci itu pun terlaksanakan. Saat itu ongkos naik haji (ONH) kira-kira Rp7 juta-an. Ditambah biaya bimbingan dan biaya hidup selama di tanah suci maka kira-kira uang Rp 40 juta itu adalah cukup.
Maka berangkatlah keempat orang yang dicintai Muchtar dan istrinya ke tanah suci untuk berhaji.
Tidak ada yang sia-sia saat kita melakukan kebaikan. Energi kebaikan itu akan kembali kepada pemiliknya. Bahkan boleh jadi ia akan kembali menjadi besar hingga menggunung dan mengejutkan pemilik kebaikan itu. Apalagi bila kebaikan itu ditunaikan kepada orang tua yang begitu berjasa atas kehidupan kita? Bukankah Allah akan ridha bila orang tua meridhai kita?!
Hanya 3 bulan berselang dari pendaftaran haji dan penyerahan biaya haji itu. Orang tua pun belum berangkat haji ke tanah suci, namun Muchtar sudah mendapatkan balasan ilahi.
"Saya gak sangka pak, saat itu saya menerima bonus akhir tahun dari perusahaan senilai Rp360 juta…! Saya kaget dan saya teramat bersyukur kepada Allah Swt Yang Maha Pemurah. Sesampainya di rumah saya ceritakan ini kepada istri, dan istri saya pun terperanjat. Akhirnya, kami merasakan betapa Allah Swt menepati janjinya." Jelas Muchtar.
Uang itu ia belikan mobil dan sebuah rumah. Ya sebuah rumah yang dibeli setelah ditangguhkan keinginan memilikinya demi berbakti kepada orang tua. Rumah itu kini lebih besar Allah beri daripada keinginan semula. Bukankah ini adalah sebuah keberuntungan? Ya, karenanya perbanyaklah kebaikan dan berbaktilah kepada orang tua!
No comments:
Post a Comment