Jakfar Al Mansur adalah salah seorang khalifah dari dinasti Abbasiyah, dan ternyata dia memiliki dendam kepada Hisyam bin Abdul Malik.
Suatu saat ia bertemu dengan Muhammad bin Hisyam, Jakfar pun ingin membalas dendam. Hal ini membuat Hisyam cemas, namun pada akhirnya Hisyam diselamatkan oleh Muhammad bin Zaid, cicit Rasulullah SAW.
Kisahnya.
Pada suatu hari, Jakfar menunaikan ibadah haji. Ketika sedang menjalankan ibadah di Masjidil Haram, tiba-tiba ia melihat ada seseorang yang memperlihatkan mutiara indah yang bernilai sangat mahal. Langsung saja ia teringat bahwa mutiara itu milik Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi.
"Aku sekarang ingat, mutiara itu milik pembunuh ayahku," katanya dalam hati.
Karena pemegang mutiara itu adalah anak muda, maka ia berfikir bahwa anak muda itu pastilah anak Hisyam.
Menurut orang yang duduk di sebelahnya, anak muda itu bernama Muhammad bin Hisyam. Setelah mengetahui pemilik mutiara itu, darah Jakfar langsung tersirap di sekujur tubuhnya, dendamnya terhadap keturunan Dinasti Umayyah bangkit.
Karena itulah ia berniat mengambil mutiara itu dengan kekerasan, dan tak lama kemudian ia memanggil ajudannya yang bernama Rabi.
"Besok pagi aku akan melaksanakan shalat berjamaah di Masjidil Haram. Kalau seluruh hadirin sudah berkumpul, maka kuncilah seluruh pintu dan panggillah sekelompok orang kepercayaan untuk menjaga pintu keluar. Pintu yang dibuka hanya satu saja serta perhatikan pula setiap orang yang keluar dari pintu itu, dan jika kamu menemukan orang yang bernama Muhammad bin Hisyam, segeralah dia kamu bawa ke hadapanku," pesan Jakfar kepada Rabi.
Akan Dibunuh.
Pada pagi harinya, perintah Jakfar ini langsung dikerjakan oleh Rabi.
Semua pintu Makkah ditutup, dan menyisakan hanya satu pintu saja yang dibuka. Muhammad bin Hisyam merasa terancam, namun tanpa diduga, ada seseorang yang mendekati, beliaulah Muhammad bin Zaid bin Ali bin Husein bin Ali (cucu Fatimah Az-Zahra, Puteri Rasulullah SAW).
Setelah duduk dan berdekatan, cucu Fatimah ini membuka pembicaraan,
"Ada apa Tuan?" tanya cucu Fatimah.
"Oh, tidak, tidak ada apa-apa," sahut Muhammad bin Hisyam dengan muka pucat.
"Ceritakanlah kepadaku dengan terus terang, engkau akan aku lindungi," ujar cucu Fatimah lagi.
"Siapakah Anda, saya belum pernah mengenal Anda?" tanya Muhammad bin Hisyam.
"Aku adalah Muhammad bin Zaid bin Ali bin Husein, cucu Fatimah binti Rasulullah SAW.
Mendengar jawaban itu, tubuh Muhammad bin Hisyam langsung menggigil ketakutan. Keringat dingin langsung bercucuran membasahi pakaiannya. Muhammad bin Hisyam mengira bahwa tamatlah riwayatnya kali ini, karena ayahnyalah yang membunuh ayah cucu Fatimah ini. Namun semua perasaan Muhammad bin Hisyam sebenarnya keliru, cucu Fatimah ini sungguh mulia dan baik hatinya. Muhammad bin Hisyam mengira pula bahwa cucu Fatimah ini akan membalas dendam, namun dugaannya salah.
Setelah melihat hal yang demikian, cucu Fatimah ini berusaha menghibur,
"Janganlah engkau takut dan khawatir, kamu bukanlah pembunuh bapak dan kakekku. Demikian itu tidak beralasan jika aku merasa dendam kepadamu. Namun Insya Allah aku akan berusaha melepaskanmu dari bahaya yang tengah engkau hadapi ini," jelas cucu Fatimah.
"Alhamdulillah, terserah kepada Anda, akan aku terima segala perlakuanmu kepadaku," sahut Muhammad bin Hisyam yang mulai agak tenang.
Akhirnya Selamat.
Setelah itu, segera saja cucu Fatimah Az-Zahra ini membebatkan baju luarnya ke muka Muhammad bin Hisyam. Dengan siasat tertentu, kepala Muhammad bin Hisyam ditundukkan kemudian diseret keluar dengan kasar. Dan setelah sampai di depan pintu, ajudan Jakfar memperhatikan keduanya.
Namun, cucu Fatimah ini segera membuat siasat baru lagi. Muhammad bin Hisyam segera saja ditempelng berulang kali seraya berkata,
"Wahai Rabi, orang jahat ini pemilik unta sewaan dari Kuffah. Di saat ini aku telah membayar uang sewa kepadanya, dia malah kabur dan menyewakannya kepada orang lain, yaitu orang Kurasan. Sekarang dia baru aku jumpai dan akan aku tahan," begitu ucap cucu Fatimah ini.
Kemudian cucu Fatimah ini langsung membebatkan kembali bajunya ke kepala Muhammad bin Hisyam sehingga mukanya tertutup kembali.
Setelah jauh dari pandangan Rabi, cucu Fatimah ini melepaskan Muhammad bin Hisyam.
"Segeralah kamu pergi dan mencari tempat berlindung," kata cucu Fatimah.
"Wahai cucu Fatimah Puteri Rasulullah SAW, aku sangat berterima kasih atas jasa Anda, jika Anda berkenan, terimalah benda ini sebagai cinderamata dan kenangan atas kebajikan yang telah Anda berikan kepadaku," ujar Muhammad bin Hisyam sambil menyodorkan mutiara yang dipunyainya.
"Ambillah kembali, dan bawalah kekayaanmu itu. Kami merupakan Ahlul Bait Rasulullah SAW, tidak boleh menerima atas kebajikan yang telah kami lakukan. Jagalah dirimu dari orang yang kini berusaha menangkapmu," kata cucu Fatimah.
Maka pergilah Muhammad bin Hisyam dengan penuh keharuan. Dia bersyukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan karena baru saja telah ditolong dan dipertemukan dengan anak turun Nabi dan Rasul akhir zaman, Cicit Nabi Muhammad SAW.
No comments:
Post a Comment