Friday, September 14, 2012
(1) Bahaya Besar Syirik, Lebih Berbahaya Dari Segala Jenis Masalah Dunia dan Kemanusiaan
Benar bahwa ummat Islam menghadapi masalah-masalah yang multi kompleks, mulai dari masalah politik, ekonomi, pemerintahan, bahkan sampai pada penindasan kaum muslimin pada sebagian negeri Islam oleh orang-orang kafir.
Akan tetapi kalau kita mau memahami agama yang mulia ini berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah yang sesuai dengan pemahaman Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para Sahabatnya, maka tahulah kita bahwa problematika ummat yang sesungguhnya jauh lebih besar dari itu semua adalah permasalahan aqidah tauhid.
Hal ini karena tauhid adalah hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus ditunaikan, melebihi hak-haknya makhluq. Sungguh ironi ketika kita berteriak-teriak membela hak-hak makhluq yang terampas, pada saat yang sama kita mendiamkan kesyirikan di depan mata kita.
Demikian pula, jika aqidah tauhid ini tercemari dengan kotoran-kotoran syirik dan noda-noda kekufuran maka bahaya yang mengancam ummat Islam, bahkan seluruh ummat manusia, tidak saja di dunia ini tetapi sampai di akhirat kelak, yaitu kekal dalam neraka. Bahkan syirik adalah sebab utama seluruh masalah ummat manusia di dunia dan akhirat.
Sahabat yang mulia, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan:
Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, “Dosa apakah yang paling besar?” Beliau menjawab: “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia yang menciptakanmu”. (HR. Al-Bukhari, no.4207 & Muslim,no.267)
Rasulullah shallallahhu’alaihi wa sallam juga mengingatkan para sahabat akan bahaya syirik ini dalam sabdanya: “Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa yang paling besar?”, kami (sahabat) mengatakan: “Tentu wahai Rasulullah”, lalu beliau mengatakan: “(Dosa yang paling besar) adalah menyekutukan Allah dan (selanjutnya) durhaka pada kedua orang tua.” (HR. Al-Bukhari, no. 2511 dan Muslim, no. 269)
Ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan hikmah dari penciptaan manusia dan jin, hal ini ditegaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi–Ku makan. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh.” (Adz-Dzariyat: 56-58)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Makna ayat ini adalah, Allah menciptakan makhluq semata-mata untuk beribadah kepada-Nya saja, tidak boleh menyekutukan-Nya. Barangsiapa yang mentaati perintah-Nya (dan menjauhi larangan-Nya), maka Dia akan membalasnya dengan balasan yang paling sempurna, sedangkan yang bermaksiat kepada-Nya, maka Dia akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat pedih. Allah Ta’ala juga mengabarkan bahwa Dia tidak butuh kepada makhluq, bahkan makhluqlah yang butuh kepada-Nya dalam segala keadaan mereka,Dia-lah Allah Pencipta dan Pemberi rezeki mereka.” (Fathul Majid li Syarhi Kitabit Tauhid,hal.19)
Adapun perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tertinggi adalah tauhid, yaitu memurnikan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala semata. Sedangkan larangan-Nya yang paling tercela adalah syirik (menyekutukan Allah), yaitu menyamakan Allah dengan selain-Nya dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah. Seperti berdo’a kepada selain Allah, bertawakkal pada selain-Nya, menyembelih untuk selain-Nya, percaya pada ramalan dan perdukunan, berkeyakinan ada pencipta, pemberi rezeki, penentu hukum, yang memberikan manfaat dan menolak mudharat, yang mengetahui perkara ghaib selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini hanyalah sebagian contoh praktek kesyirikan yang ironisnya perbuatan-perbuatan tersebut ternyata banyak dilakoni oleh sebagian kaum Muslimin sendiri. Bahkan sebagian perbuatan syirik yang mereka lakukan lebih parah dari syiriknya orang-orang musyrik di zaman Jahiliyah dahulu, dimana mereka (sebagian musyrikin Jahiliyah) hanya menyekutukan Allah Ta’ala pada saat senang, dikala susah mereka mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka menyekutukan-Nya.” (Al-‘Ankabut: 65)
Sedang sebagian orang yang menyekutukan Allah Ta’ala pada hari ini, melakukannya saat senang maupun susah. Kita tentu masih ingat, gempa Yogya beberapa waktu lalu yang membuat kita sedih. Namun sesungguhnya, bagi yang mengerti pentingnya tauhid, yang lebih menyedihkan lagi adalah apa yang diberitakan oleh beberapa media massa bahwa sebagian orang yang tertimpa musibah gempa tersebut membuat janur kuning untuk dililitkan ke tubuh mereka yang katanya sebagai tolak bala’, sebagian lainnya membuat sesajen untuk jin ratu laut selatan juga sebagai tolak bala’.
Kasus lain, pada musibah pesawat Adam Air di Sulsel, sebagian orang menyembelih hewan untuk kuburan tertentu dengan harapan penghuni kuburan tersebut dapat menolong mereka dalam pencarian pesawat yang hilang. Bahkan di wilayah kerajaan Islam Ternate dan Tidore terdapat suatu upacara syirik yang diwariskan secara turun-temurun yang disebut ‘selai jin’, yaitu upacara permohonan kepada jin agar dapat menyembuhkan orang-orang yang sakit ataupun permohonan lainnya.
Ini semua adalah perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena yang memberikan manfaat dan menolak mudharat, yang mampu menyembuhkan penyakit, yang mampu menolak bala’ hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula permohonan (doa) merupakan suatu bentuk ibadah, jika dimohonkan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka itu termasuk kesyirikan.
Sebagian orang menyangka bahwa kesyirikan hanya terjadi pada jaman primitif saja, atau hanya pada masyarakat yang masih sangat sederhana tingkat berpikir dan kemajuan teknologinya. Sangkaan ini justru diingkari oleh kenyataan yang ada, bukankah negara-negara maju yang teknologinya sangat hebat adalah negara-negara yang didominasi oleh orang-orang musyrik dan kafir kepada Allah Ta’ala!? Bukankah dua negeri yang penduduknya paling banyak di dunia mayoritasnya adalah kaum musyrikin!?
Demikianlah keadaan manusia pada umumnya dan sebagian kaum muslimin pada hari ini yang masih sangat dekat dengan perbuatan-perbutan syirik.
Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap muslim menasihati keluarganya dan masyarakatnya agar menjauhi perbuatan-perbuatan syirik serta menjelaskan betapa bahayanya perbuatan syirik ini.
Catatan :
Para pembaca, artikel selanjutnya setelah ini (mengenai ‘Bahaya Syirik’ dan ‘Bentuk Syirik DI Sekitar Kita’ ) merupakan kelanjutan dari artikel ini. jangan terlewatkan....
Sumber :
Peringatan Dari Bahaya Syirik, oleh Al Ustadz Abu Abdillah Sofyan Chalid bin Idham Ruray
http://nasihatonline.wordpress.com/page/2010/07/01/peringatan-dari-bahaya-syirik-1/online.wordpress
Labels:
Musuh-musuh manusia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment