Friday, November 9, 2012
Bapak Meninggal di Pangkuanku (Satu)
AKU DAN AYAH Mbak Anggie, Sudah lama aku ingin bercerita tentang Bapak. Dimataku, Bapak ada seorang laki-laki yang sempurna. Kami delapan bersaudra, perempuan semua, anak-anak keluarga besar Darso. Dan aku adalah si bungsu kesayangan Bapak. Bapak adalah seorang laki-laki yang biasa-biasa saja. Beliau sangat penurut, terutama kepada Mbah. Saking nurutnya, Bapak keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri. Waktu itu Bapak adalah pegawai kantor pajak Pemda atau Dipenda. Setelah keluar dari situ, Bapak memilih berdagang bahan-bahan hasil bumi, seperti sayuran, buah-buahan dan sebagainya. Dan Bapak menjalaninya dengan penuh ketekukan dan perasaan yang selalu bahagia. Bapak belanja bahan-bahan hasil bumi ke kota Propinsi, Semarang, kemudian di bawa ke Pati, kota kelahiranku dan disuplai kepada pedagang-pedagang di pasar. Waktu awal kali dia meniti karirnya yang baru aku masih belum lahir. Kami memang keluarga besar. Ibu menikah pada usia yang masih belia, yaitu 15 tahun, dan waktu itu Bapak berusaia 22 tahun. Tak heran bila selisih usia Ibu dan kakak tertuaku hanya sekitar 17 tahun, sebab Ibu melahirkan puteri pertama saat usia 17 tahun. Sedangkan aku sendiri sebagai anak bontot, beda usia sekitar 20 tahun dengan kakak sulungku. Masa kecilku bersama kakak-kakakku sangat indah. Bapak adalah lelaki penyayang. Seringkali aku dimandikan bersama kakak-kakakku yang lain. Badan kami di gosok oleh bapak sampai bersih. Kami mandi di belakang rumah, dengan air yang ditimba dari sumur. Bapak tidak suka membeda-bedakan. Kami semua disayanginya. Dan aku tetap bisa merasakan bahwa aku adalah anak yang paling disayanginya. Dan aku merasakan itu lewat semua perhatian, kasih sayang dan cinta yang diberikan oleh Bapak. Di mataku, Bapak adalah laki-laki yang luar biasa. Bukan hanya bekerja sebagai pedagang, Bapak juga mengerjakan pekerjaan sehari-hari seperti mencuci baju-baju kami, menyetrika. Bahkan kalau habis memandikan kami, Bapak menyisiri rambut kami dengan hati-hati dan lembut. Semua itu dilakukan Bapak dengan setulus hati. Ibu adalah seorang perempuan yang manja.Tidak suka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kotor dan sukanya hanya bermalas-malasan saja. Tetapi Bapak tidak memprotes atau memarahinya. Bagi Bapak yang penting dia mengerjakan semua pekerjaan sehari-hari tanpa keluhan apapun juga. Jaman dulu, anak-anak perempuan berambut panjang dan banyak kutunya. Demikian juga kami semua. Aku masih ingat bagaimana Bapak dengan tekun mencari kutu yang ada di kepala kami. Bapak laki-laki yang luwes. Pandai mendandani kami seperti seorang puteri. Mengepang rambut mengucir, dan kemudian mengantarkan kami ke sekolah dengan bersepeda. Bahkan saat pertama kali aku menstruasi, bukan ibu yang mengurusiku, tetapi Bapak. Waktu itu aku kelas dua SMP dan akan naik ke kelas tiga. Pembalut wanita tidak bisa diperoleh dengan mudah dan murah seperti sekarang. Untuk keperluan itu, Bapak menjahit celana dalamku dengan handuk yang sudah dipotong-potong. Bapak menjelaskan fungsinya, memakaikan dan mencucinya kalau aku berganti yang baru. Waktu itu, perutku sakit sekali. Darah yang keluar sangat banyak , sampai aku ketakutan bukan kepalang. Maklum menstruasi yang pertama. Dengan sabar Bapak memijiti aku. Lalu aku diantar ke bidan dengan diboncengin sepeda. Aku dibawa ke bidan Pahmi, di kawasan Ngarus. Jarak antara rumah dan Ngarus tempat praktek bidan itu sekitar satu kilometer. Begitulah Bapak, dialah yang selalu mengurus semua keperluan kami. Di rumah Ibu sangat manja. Bukan hanya bermalasan, setiap makanan siap di meja makan, Ibu yang makan terlebih dahulu. Kemudian baru kami anak-anaknya. Dan Bapak adalah yang terakhir. Biasanya Bapak makan sisa-sisa makanan anak-anaknya yang tidak habis. Daripada dibuang. Biarpun ada makanan baru, tidak jarang Bapak memilih makan makanan kemarin, yang sudah adem dan tidak enak. Tetapi dengan senang hati dan wajah yang selalu gembira, Bapak menikmatinya. Bagiku beliau manusia yang berhati malaikat. (bersambung) Seperti diceritakan oleh Mama DiRay
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment