Tuesday, December 25, 2012
Cinta Pertamaku, Kakak Iparku
FIRST LOVE Aku adalah seorang berandalan kampung. Dan aku mulai jatuh cinta saat usiaku sekitar 15 tahun. Gadis yang aku cintai itu, adalah seorang kembang desa, anak dari keluarga kaya yang memiliki sebuah perkebunan tembakau. Lin sangat cantik. Wajahnya imut, tubuhnya semampai dan berkulit putih. Aku sangat menyukainya. Bukan hanya karena keadaan fisiknya, tetapi hatinya juga baik, penyayang, lembut dan penuh kasih. Kecantikannya yang terkenal di seluruh penjuru kecamatan itu, membuat dia menjadi idola para pemuda. Bahkan Fredy, seorang anak direktur pabrik gula juga tergila-gila kepadanya. Aku merasa sainganku berat-berat. Namun cinta tak lari ke mana, Lin menunjukkan tanda-tanda menyukaiku. Dari tatapan matanya, dari gerak tubuhnya, selalu mengisyaratkan bahwa dia bahagia bila berdekatan denganku. Kebetulan saat SD dan SMP kami selalu satu sekolah, jadi aku selalu bisa memantau keadaan dirinya. Yang paling aku benci, adalah saat Fredy yang juga satu SMP denganku mengapelinya. Fredy selalu membawa mobil dan memberinya oleh-pleh banyak sekali. Kalau laki-laki itu mengunjungi Lin, aku dan gank-ku akan menggangunya, misalnya menggembosi ban mobilnya, atau mengotori kaca mobil dengan lumpur. Ketika SMA, aku sudah tidak satu sekolah lagi dengan Lin. Tetapi aku dan gank-ku masih sering mengapelinya. Lama-lama aku lebih berani, tanpa mengajak teman-teman, aku mengapelinya sendiri. Lin lebih terlihat dewasa. Dan seringkali curhat tentang masalah-masalahnya kepadaku. Malam yang berkesan itu akhirnya datang juga. Di teras rumah Lin sepi. Gerimis membasahi bumi. Aku mendekatkan diriku pada Lin, dan aku genggam tangannya. Dan kemudian aku mencium pipinya dengan lembut, Lin pun tak menolak kecupan itu. PISAH KOTA Aku diterima di sebuah universitas yang jauh dari desaku. Lin juga kuliah di kota yang berbeda. Sejak saat itulah komunikasi hanya lewat surat, kadang-kadang menelpon kalau ada uang lebih. Kami tidak pernah berkata cinta, tetapi saling dekat. Tidak ada kata jadian, tetapi jiwa seakan menyatu. Kesibukan kuliah menyita waktuku. Jarak yang jauh dan keterbatasan biaya membuat aku dan Lin jarang melakukan kontak lagi. Aku mendengar kabar Lin hanya dari cerita adikku yang masih tinggal di desa. Selepas kuliah, Lin kembali ke desa karena dia hanya kuliah D3. Lin mengajar di sebuah SMP di salah satu kecamatan yang tak jauh dari desa kami. Lin masih sendiri dan masih menjadi idola pemuda-pemuda sekitarnya. Tetapi selalu menolak lamaran mereka. Sementara aku, setelah lulus kuliah segera berangkat ke Jakarta dan mendapatkan pekerjaan di kota metropolitan itu. Kami lost kontak. Aku jarang pulang, ke desa karena kesibukanku bekerja, dan hanya sesekali menanyakan kabarnya lewat adikku saja. Sampai suatu hari, adikku berkata bahwa Lin akan menikah dengan Koko. Dan Koko itu tak lain adalah kakakku sendiri. Aku kaget, tetapi adikku berkata, bahwa mereka telah dijodohkan oleh ayahku dan ayahnya Lin. Waktu itu, Kakakku adalah lurah, di salah satu desa di kecamatan. Dan Lin yang sudah menjadi guru SMP favorit menerima saja semua tawaran orang tuanya, untuk menikah dengan Koko. Apalagi Kakakku adalah seorang pemuda sukses yang alim. Adikku menghiburku agar sabar. Aku menyuruh adikku untuk menayakan pada Lin, kenapa meninggalakan aku dan memilih Koko. Kata Lin, karena aku tak pernah memberikan kepastian. Dan hidupku masih tak menentu. Karena aku pegawai swasta, dan Koko lebih mapan karena dia lurah, dan pegawai negeri. Mereka menikah, dan aku tidak pulang untuk menghadiri pernikahan mereka. Ada perasaan kehilangan, karena aku masih mencintainya. Dia adalah cinta pertamaku, dia sekarang menjadi kakak iparku... Jakarta, 26 Desember 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment