"Iyaa..." "Ingat aku di sini tetap mencintaimu..." paparnya getir. Air mataku jatuh. Jiwaku menahan gejolak dilema. Tetapi kata hatiku telah memutuskan. "Aku akan selalu merindukanmu," ujar Farhan lagi. "Sebaiknya jangan," kataku sembari melihat matanya yang berkaca-kaca. "Tidak, aku akan menunggumu sampai aku mati..." "Katakan selamat tinggal..." kataku tegas. Farhan tak bergeming. Kulihat tangannya bergetaran menahan emosinya, pasti dia marah dan jengkel. Tetapi aku harus mengatakan kepadanya bahwa aku tak akan sekalipun kembali padanya. Aku telah berjanji kepada Elang. "Maafkan aku, aku telah berjanji, dan aku tak akan pernah mengingkari janji," ujarku lagi. "Apakah mencintaimu sebuah kesalahan?" "Tidak, cinta bukanlah kesalahan, cinta adalah anugerah Yang Maha Kuasa..." "Lalu kenapa kau tak mengijinkan aku mencintaimu?" "Karena aku hanya mencintai Elang, terima kasih untuk cinta ini," kataku. Farhan diam. "Datanglah kalau hatimu terluka," kata Farhan. "Tidak, Elang tak akan melukai aku lagi," kataku. "Dia pria brengsek, selalu dan selalu membuatmu bersedih, bukalah matamu sayang," katanya lagi. Aku terisak. "Farhan, pergilah..." "Tidak, berjanjilah sesuatu padaku..." "Janji soal apa, aku sudah kukuh dengan pendirianku..." "Kemarilah bila Elang menyakitimu..." "Tidak, dia tak akan pernah menyakitiku lagi..." "I love you...." Aku memalingkan wajah. "Farhan, boleh aku meminta?" "Apa itu?" "Cintailah orang lain demi aku..." Farhan mendengus. Air mata nyaris jatuh dari matanya. Aku bahkan tak tega memandang mata itu. "Please..." desakku. "Good bye, cintaku..." katanya kemudian. Sebelum aku menjawab, dia berbalik dan berjalan. Ujung cakrawala memerah menelan bayangan laki-laki itu. Aku masih berdiri terpaku. Air mataku berlinangan. Jakarta 16 Desember 2012
Saturday, December 15, 2012
Cintailah Orang Lain, Demi Aku
FLASH FICTION Bahkan aku telah menyakiti Farhan demi Elang. Farhan adalah orang paling baik yang pernah aku kenal di dunia ini. Santun, lembut, manis dan sangat menarik budi bahasanya. Selain itu, dia tak pernah letih mencintaiku. Air mata sudah mengambang di pelupuk mataku, saat aku menemuinya di batas senja itu. Dia berdiri terpaku seperti patung. Aku sendiri menahan gugup dan takut. Karena aku yakin aku akan menyakiti hatinya. "Jaga dirimu baik-baik," kata laki-laki itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment