Saturday, January 12, 2013
Tak Ada Cinta, Hanya Seks (Dua)
FIRST LOVE Kakak Miranda tahu-tahu sudah tidak ada di kos. Dunia rasanya seperti kiamat. Aku sudah tegantung kepadanya. Terutama untuk urusan seks. Tanpa dirinya rasanya aku tak sanggup untuk hidup. Aku mencoba bertanya kepada beberapa penghuni kos. Tetapi jawabannya sama, tidak ada yang tahu kemana pindahnya Kak Miranda. Bodohnya, aku tak pernah tahu di Fakultas apa dia kuliah, jadi aku tak bisa mencarinya di kampus. Waktu itu menjelang ujian. Jujur aku tidak bisa konsentrasi belajar. Aku membutuhkan seks. Tetapi patner seks-ku menghilang entah kemana. Aku memaki-maki keadaan. Menyalahkan situasi yang membuat Kak Miranda pergi. Untungnya aku bisa lulus dengan nilai lumayan. Oh ya, aku memang sebetulnya pintar. Selama bersekolah, selalu saja mendapatkan nilai bagus. Di kelasku aku termasuk sepuluh besar. Kurang apa lagi, ganteng, tinggi, dan pintar. Setelah SMA, baru aku menyadari kelebihan itu untuk memburu perempuan. Dan aku tidak sekedar memacari, aku juga menidurinya. Dan begitulah hidupku sampai aku kuliah, sudah berapa perempuan yang tidur denganku. Semua perilaku ini juga diketahui Papa dan Mamaku. Itu karena seringkali ada gadis datang ke rumah mencariku. Sebagian mengaku pernah tidur denganku. "Simon, apa yang kamu cari?" Mamaku bertanya. "Aku belum menemukan cinta, Ma, aku ingin mencintai, tetapi kenapa tidak bisa?" Sekarang aku sudah bekerja di sebuah perusahaan minyak multi nasional. Aku memiliki rumah di kawasan elit Bintaro, aku juga memiliki beberapa mobil sport yang mewah. Hidupku di kerubuti wanita cantik, tetapi seringkali aku merasakan hampa. Aku sebetulnya membutuhkan cinta. Sebut saja Tyfani. Tyfani bukan pacarku. Dia seorang karyawati yang cantik dan menarik. Dia adalah patner seksku saat ini. Setiap pulang kerja, Tyfani sering mampir di rumahku, lalu kami mengobrol sampai malam. Buntutnya seks. Tyfani sama sepertiku. Dia tidak memiliki pacar. Hanya berganti-ganti patner seks. Gadis itu pernah melakukan hubungan seks dengan 32 pria yang berbeda. Sedangkan aku, malah lebih. Kami just fun aja. Kalau salah satu dari kami butuh seks, kami menelpon. Tanpa harus saling memiliki atau pun ikatan. Kami bersenang-senang dengan seks. Tidak ada cemburu meskipun dia memiliki calon suami yang ditunjuk oleh keluarganya. Tyfani juga berkata kalau dia suatu hari ingin menikah dan menghentikan seks bebas ini. Sama seperti Tyfani, aku juga ingin berhenti. Mengakhiri semua ini. Apalagi, usiaku sudah menjelang 30. Aku pengen menikah dan punya anak. Jiwaku lelah. Aku ingin cinta, ingin merasakan indahnya cinta. Entah kapan Tuhan akan memberiku cinta. Aku ingin perempuan yang bisa menerimaku apa adanya, memberiku anak-anak yang lucu dan menjadi dermaga terakhir tempatku berlabuh... Bersambung Seperti diceritakan oleh Simon.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment