Thursday, January 24, 2013
Yang Tak Terungkap (Dua)
FIRST LOVE Bertahun kemudian, aku menjalani hidupku di Jakarta. Menikah dan memiliki tiga orang anak. Tahun 2011 pada saat pulang ke rumah, kakakku bilang kepadaku: “Nit ada salam dari Irsan katanya kalau kamu pulang, dia minta dikabari.” “Irsan...” ah, nama itu. Semua kenangan terangkai kembali dibenakku. Begitu indah dan menyenangkan. Masa-masa kedekatan kami 20 th yang lalu. Aku pikir dia sudah tidak mengingatku lagi. Tetapi ternyata masih titip pesan lewat kakakku? Dari kakak juga aku tahu kalau Irsan sudah menjadi pejabat yg berpengaruh di desaku. Dia juga sudah berkeluarga dengan 2 anak yang masih kecil-kecil. Karena memang Irsan belum lama menikah. Irsan juga memberikan nomor telepon genggamnya melalui kakakku. Kebimbangan menggayutiku, ada rasa ragu untuk menghubungi dia. Dan kakakku menyarankan untuk menghubungi, sebab kakak takut dianggap tidak menyampaikan amanat. Akhirnya aku kirim SMS kepadanya. “Hai, ini aku, Nita, kata kakak aku disuruh ngabarin kamu kalau pulang, apa kabarmu? “ Saat itu, SMS-ku tidak dibalas. Tetapi malam berikutnya, balasan itu datang, bukan cuma satu SMS tetapi berpuluh-puluh SMS. Dan setelah itu, Irsan juga menelpon lama. Setelah hari itu, baru semuanya terungkap. Oh Tuhan, ternyata selama ini kami hanya buang-buang waktu percuma, selama ini ternyata dia menyimpan rasa yang sama. Irsan juga bercerita, bagaimana hancur hatinya saat aku meninggalnya pergi begitu saja. Bahkan narkoba menjadi pelarianya. Untuk menghilangkan rasa kecewanya, dia membuang diri ke Papua. Dia bilang apadaku, tidak bisa mencintai wanita lain. Istrinya sekarang pun, dinikahinya karena perjodohan. Aku menyalahkan dia kenapa waktu itu tidak mengucapkan kata cinta, jadi ada kepastian yang bisa aku pegang. “Waktu kita menyusuri jalan kereta api, aku mengungkapkan kata hatiku, kenapa tidak kau tanggapi?” katanya emosi. “Benarkah?” tanyaku. “Aku merasa kamu sudah menolakku, dan aku enggan mengatakannya lagi padamu,” ungkapnya. Nasi sudah menjadi bubur. Kami sama-sama sudah terikat komitmen. Tak ada yang bisa disesali. Mungkin kami ditakdirkan untuk tidak bersama. CINTA MEMANG TAK HARUS MEMILIKI. (Habis0
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment