Umat Muslim di Jepang berjumlah 100.000 orang, kebanyakan pendatang.
Ramadan menjadi bulan penuh keberkahan bagi umat Muslim di seluruh dunia. Berlomba-lomba mengejar pahala, umat Muslim dituntut untuk menjadi dermawan di bulan suci ini. Kiranya inilah alasan utama Muslim di Jepang menggelar buka puasa bersama.
Acara yang rutin digelar sejak bertahun-tahun lalu ini kembali diadakan tahun ini setiap magrib menjelang di Masjid Tokyo Camii, di wilayah Shibuya, Tokyo. Di masjid ini, disediakan makanan berbuka untuk 200 orang, gratis untuk semua kalangan, tidak hanya Muslim.
Diberitakan Japan Times, acara ini kerap diserbu para mahasiswa Muslim di negara tersebut. Di antaranya adalah mahasiswa dari Turki, Ghana, hingga Indonesia. Azan Magrib di Jepang berkumandang sekitar pukul 7 malam.
"Berpuasa membuat saya bisa meningkatkan diri. Sejujurnya, ini menyenangkan," ujar Benjdi El Mehdi, 27, mahasiswa dari Maroko.
Sekitar 20 meja ditempatkan untuk menampung 200 orang. Menu yang disajikan mulai dari sup kacang hingga gulai daging sapi. Makanan ini dibuat oleh tiga chef dari Turki yang spesial didatangkan untuk Ramadan.
Selain jadi ajang menuai pahala, acara berbuka gratis ini juga sekaligus mempromosikan Islam pada masyarakat Jepang, yang beberapa mengaku sama sekali tidak tahu soal agama ini.
"Saya datang karena kami belajar soal Islam di sekolah. Saya tidak tahu kalau Muslim juga boleh makan daging. Saya ingin mempelajarinya lebih jauh," kata seorang pelajar wanita, berusia 17 tahun, yang datang bersama teman-temannya.
Umat Muslim di Jepang berjumlah 100.000 orang, kebanyakan adalah warga pendatang. Sementara Muslim yang asli warga Jepang berjumlah sekitar 10.000 orang. Imam masjid di Jepang hanya berjumlah lima orang, salah satunya tinggal di Tokyo.
Acara yang rutin digelar sejak bertahun-tahun lalu ini kembali diadakan tahun ini setiap magrib menjelang di Masjid Tokyo Camii, di wilayah Shibuya, Tokyo. Di masjid ini, disediakan makanan berbuka untuk 200 orang, gratis untuk semua kalangan, tidak hanya Muslim.
Diberitakan Japan Times, acara ini kerap diserbu para mahasiswa Muslim di negara tersebut. Di antaranya adalah mahasiswa dari Turki, Ghana, hingga Indonesia. Azan Magrib di Jepang berkumandang sekitar pukul 7 malam.
"Berpuasa membuat saya bisa meningkatkan diri. Sejujurnya, ini menyenangkan," ujar Benjdi El Mehdi, 27, mahasiswa dari Maroko.
Sekitar 20 meja ditempatkan untuk menampung 200 orang. Menu yang disajikan mulai dari sup kacang hingga gulai daging sapi. Makanan ini dibuat oleh tiga chef dari Turki yang spesial didatangkan untuk Ramadan.
Selain jadi ajang menuai pahala, acara berbuka gratis ini juga sekaligus mempromosikan Islam pada masyarakat Jepang, yang beberapa mengaku sama sekali tidak tahu soal agama ini.
"Saya datang karena kami belajar soal Islam di sekolah. Saya tidak tahu kalau Muslim juga boleh makan daging. Saya ingin mempelajarinya lebih jauh," kata seorang pelajar wanita, berusia 17 tahun, yang datang bersama teman-temannya.
Umat Muslim di Jepang berjumlah 100.000 orang, kebanyakan adalah warga pendatang. Sementara Muslim yang asli warga Jepang berjumlah sekitar 10.000 orang. Imam masjid di Jepang hanya berjumlah lima orang, salah satunya tinggal di Tokyo.
No comments:
Post a Comment