Saturday, March 26, 2011

Baiknya cinta ini ku titipkan pada-MU

YA ALLAH…!!!!

Rasanya hamba sudah tidak kuasa bila cinta ini semakin Engkau tambah

Engkau kuatkan dan Engkau letakkan rindu yang berharap jumpa

Engkau kukuhkan rasa, Engkau kukuhkan imajinasi-imajinasi ini bersamanya.

Cukup…!!!!

Bukan berarti hamba ingin melupakannya, dan hamba berkhianat atas amanat-Mu

Berganti rasa selain dia.

Dan bukan berarti hamba tidak ikhlas mengemban amanat-Mu untuk

Tetap ikhlas dan tulus mencintainya.

Tidak YA ALLAH…!!!

Hamba terus berharap rindu tetap ada

Untuk menyemangati hidup hamba.

Untuk mengisi ruangan jiwa hamba

Untuk memberi bekal pengembaraan emosional hamba

Dan lamunan hamba termanjakan disana.

Menghiasi mimpi-mimpi

Melahirkan inspirasi

Serta memberi kekuatan atas nama cinta

Tapi,,,!!!!

Jangan semakin kukuhkan rindu hamba

Yang mendamba jumpa

Dan semakin menyiksa hamba.

Karena itu YA RABB…!!!

Baiknya rindu ini hamba titipkan kembali pada-Mu

Bersama doá dan cinta hamba

Dan kembalikan di kemudian hari

Setelah harapan hamba tercapai.

Dan pengetahuan serta ilmu hamba

Telah cukup untuk menjadi input

Serta menjadi bekal pengabdian

Dalam menyempurnakan separuh agamanya.

Dan apa yang hamba miliki benar mampu membahagiakannya

Mampu menyempurnakan visi agamanya.

ALLAH…!!!

Baiknya rindu ini saya titipkan kembali pada_Mu

Bersama do’á dan cinta

Di keheningan malam.

Di tengah kecemasan

Dan kegalauan

Dan kembalikan di kemudian hari

Jika memang dia jodoh hamba sekaligus anugerah dari-Mu.

dikeheningan 22 september 2010

Akhwat Sejati

Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, "Abi ceritakan padaku tentang Akhwat sejati?".

Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum: Anakku ...

Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.

Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.

Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.

Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.

"Lantas apa lagi Abi?", sahut putrinya. Ketahuilah putriku ...

Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan tetapi dilihat dari Kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.

Dan ingatlah ...

Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.

Setelah itu sang anak kembali bertanya,

"Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?" Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, "Pelajarilah mereka!"

Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan "Istri Rosulullah"



Akhwat sejati tidak dilihat dari jilbabnya yang anggun, tetapi dilihat dari kedewasaannya dalam bersikap.

Akhwat sejati tidak dilihat dari retorikanya ketika aksi, tetapi dilihat dari kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan.

Akhwat sejati tidak dilihat dari banyaknya ia berorganisasi, tetapi sebesar apa tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah.

Akhwat sejati tidak dilihat dari kehadirannya dalam syuro', tetapi dilihat dari kontribusinya dalam mencari solusi dari suatu permasalahan. 

Ya Rabb, izinkan kami untuk mendapat predikat "SEJATI DARI MU", hingga Khusnul khotimah menjemput, bukan dari mahluk MU, amiin

Jikalah Pada Akhirnya.........

Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa, Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti. Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa tidak dinikmati saja, Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa, Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.

Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa, Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya, Sedang taubat itu lebih utama.

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri, Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya.

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia, Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.

Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama, Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.

Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dirasakan sendiri, Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka, Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.

Suatu hari nanti, Saat semua telah menjadi masa lalu Aku ingin ada di antara mereka Yang bertelekan di atas permadani Sambil bercengkerama dengan tetangganya Saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu Hingga mereka mendapat anugerah itu. [(Duhai kawan, dulu aku miskin dan menderita, namun aku tetap berusaha senantiasa bersyukur dan bersabar. Dan ternyata, derita itu hanya sekejap saja dan cuma seujung kuku, di banding segala nikmat yang kuterima di sini)-- (Wahai kawan, dulu aku membuat dosa sepenuh bumi, namun aku bertobat dan tak mengulang lagi hingga maut menghampiri. Dan ternyata, ampunan-Nya seluas alam raya, hingga sekarang aku berbahagia)]

Suatu hari nanti Ketika semua telah menjadi masa lalu Aku tak ingin ada di antara mereka Yang berpeluh darah dan berkeluh kesah: Andai di masa lalu mereka adalah tanah saja.

(Duhai! harta yang dahulu kukumpulkan sepenuh raga, ilmu yang kukejar setinggi langit, kini hanyalah masa lalu yang tak berarti. Mengapa dulu tak kubuat menjadi amal jariah yang dapat menyelamatkanku kini?)

(Duhai! nestapa, kecewa, dan luka yang dulu kujalani, ternyata hanya sekejap saja dibanding sengsara yang harus kuarungi kini. Mengapa aku dulu tak sanggup bersabar meski hanya sedikit jua?)

ya Rosululloh, pribadimu sungguh menawan

bismillahirahmanirahim

Siapa di antara Kita yang membaca akhlak Muhammad saw., kemudian jiwanya tidak larut, matanya tidak berlinangan dan hatinya tidak bergetar ? Siapa di antara Kita yang mampu menahan emosinya ketika membaca biografi seorang yang sangat dermawan, mulia, lembut dan tawadhu’? Siapa yang mengkaji sirah hidup beliau yang agung, perangai yang mulia dan akhlak yang terpuji, kemudian dia tidak menagis, sembari berikrar, “Saya bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah.”?

Duhai, kiranya kita mampu melaksanakan cara hidup, cinta dan akhlak yang mulia dari teladan agung dalam kehidupan. Kita bergaul dengan orang lain, lihatlah
Muhammad saw. memperlakukan musuh-musuhnya. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah menyuruhku agar menyambung orang yang memutuskanku, memberi kepada orang yang menahanku, dan memaafkan terhadap orang yang mendzalimiku.”

Duhai, kiranya kita memperlakukan saudara seiman kita, sebagaimana Muhammad saw. memperlakukan orang-orang munafik, beliau memaafkan mereka, memintakan ampun terhadap mereka dan menyerahkan rahasia mereka kepada Allah swt.

Duhai, sekiranya kita memperlakukan anak-anak kita, sebagaimana Muhamamd saw. memperlakukan pembantu dan pekerjanya. Ketika pembantu kecil Muhamamd saw. sedang sakit, beliau. membesuk dan duduk di dekat kepalanya seraya mengajak untuk masuk Islam. Pembantu kecil itu masuk Islam, maka Muhammad gembira seraya berkata, “Segala puji bagi Allah swt yang telah menyelamatkan dirinya dari api neraka.”

“Seorang Yahudi menagih utang kepada Muhamamd saw. dengan marah-marah, kasar, dan tidak sopan di depan banyak orang. Muhammad saw. tersenyum dan menghadapinya dengan lembut. Tak disangka si Yahudi itu masuk Islam, mengucapkan syahadat, “Saya bersaksi bahwa Engkau utusan Allah.” Karena saya baca di Taurat tentang Engkau, yaitu ketika saya tambah marah, justeru Engkau tambah lembut menghadapiku.” Begitu pengakuan si Yahudi.

Duhai, kiranya kita memperlakukan kerabat kita, meskipun mereka berbuat buruk kepada kita, sebagaimana Muhammad saw. memperlakukan kerabat dan kaumnya. Karena kerabat dan kaum Muhamamd saw. menyakitinya, mengusirnya, mengejeknya, menolaknya, memeranginya. Namun, beliau tetap menghadapinya. Ketika beliau menaklukkan Makkah, posisi beliau sebagai pemenang, penentu kebijakan, namun beliau berdiri berpidato mengumumkan bahwa beliau memaafkan semuanya. Sejarah telah mencatat dan momentum telah menjadi saksi dengan sabda beliau,

”Allah telah mengampuni kalian, pergilah, kaliah bebas.”

Sewaktu Penduduk Thaif melempari Muhammad saw. sampai beliau berdarah-darah. Beliau menghapus darah segar yang mengalir dari tubuhnya sambil berdo’a, :
”Ya Allah, ampuni kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”

Muhammad saw. pernah dicegat oleh seorang Arab badui di tengah jalan, beliau hanya berdiri lama berhadapan, dan tidak berpaling sampai orang badui itu berlalu dengan sendirinya.

Suatu hari Beliau ditanya oleh seorang nenek tua, beliau dengan tekun, hangat dan penuh perhatian menjawab pertanyaannya. Muhamamd saw. juga membawa seorang anak kecil yang berstatus hamba sahaya, beliau menggandeng tanganyya mengajak berjalan-jalan.

Muhammad saw. senantiasa menjaga kehormatan seseorang, memuliakan seseorang, melaksanakan hak-hak seseorang. Muhammad saw. tidak pernah mengumpat, menjelekkan, melaknat, menyakiti, dan tidak merendahkan seseorang.

Muhammad saw. ketika hendak menasehati seseorang, beliau berkata, “Kenapa suatu kaum melaksanakan ini dan itu? Artinya, beliau tidak langsung menyalah orang tersebut. Beliau bersabda, “Mukmin itu tidak mencela, melaknat dan juga tidak keras perangainya. Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya yang paling saya cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya dengan saya kelak di hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian.”

Muhamamd saw. merapikan sandalnya, menjahit bajunya, menyapu rumahnya, memeras susu kambingnya, mendahulukan sahabatnya soal makanan. Muhammad saw. tidak suka pujian.
Muhamamd saw. sangat peduli terhadap fakir miskin, beliau berdiri membela orang yang terdzalimi, beliau bertandang ke orang papa, menengok orang sakit, mengantarkan jenazah, mengusap kepala anak yatim, santun terhadap perempuan, memuliakan tamu, memberi makan yang lapar, bercanda dengan anak-anak, dan menyayangi binatang.

Suatu ketika para sahabat memberi saran kepada Muhammad saw, “Tidakkah Engkau membunuh gembong kejahatan, seorang pendosa dan otak munafik, yaitu Abdullah bin Ubai bin Salul? Beliau menjawab, “Tidak, karena manusia nanti mengira bahwa Muhammad telah membunuh sahabatnya.”

Boleh jadi kita telah membaca biografi orang-orang besar, tokoh terkenal, ilmuwan, reformis, mujaddid, namun ketika kita membaca sirah kehidupan Muhammad saw. seakan-akan kita tidak mengenal selain dirinya, kita tidak mengakui selain dirinya. Tokoh-tokoh itu rasaya kecil di mata kita, hilang dalam ingatan kita, pupus dalam pikiran kita, yang ada hanya kebesaran Muhammad saw.:

Bayang-bayang Engkau selalu menghampiriku setiap saat
Ketika aku berpikir, pikiranku tertuju kepadamu
Saya berteriak lantang
Zamanmu bak taman indah nan menghijau
Aku mencintaimu, cinta yang tidak bisa ditafsirkan

Sungguh, Engkau tidak akan pernah hilang dari ingatan kami. Engkau ada di hati kami. Engkau bersemayam dalam jiwa kami. Engkau terukir dalam benak kami. Engkau berada di pendengaran dan penglihatan kami. Engkau mengalir dalam aliran darah kami. Engkau berada di sendi-sendi setiap jasad kami. Engkau hidup dalam seluruh anggota badan kami. Yaitu dalam sunnahmu, petunjukmu, ajaran luhurmu, akhlakmu yang mulya.

Kami bela Engkau dengan jiwa kami. Kami bela Engkau dengan anak-anak dan keluarga kami semua. Nyawa-nyawa kami sebagai tebusan atas jiwa Engkau. Kehormatan kami, kami pertaruhkan untuk membela kehormatan Engkau.

Apakah Engkau bertanya tentang umur kami? Engkaulah umur kami
Engkau bagi kami melegenda, karena Engkau seorang “Pembebas”
Luluh lebur ketokohan manusia, sehebat apapun
Karena setiap saat Engkau agung di hati kami

Shalawat dan salam atasmu ketika orang-orang yang berdzikir mengingatmu. Shalawat dan salam atasmu ketika orang yang lalai tidak pernah mengingatmu.

Salam ’alaika Ya Rosulullah,

terinspirasi dari sebuah kisah yang dituturkan oleh seorang teman Gufta Ananda

Tuesday, March 22, 2011

mencoba berprasangka baik....

ALLOH, lagi2 ingin q mengeluh pada mu, mengungkapkan semua rasa yg ada, menumpahkan semua sesak di dada, meluapkan segala amarah, melampiaskan kekecewaan pada mahluk MU.
salah q tak mengikuti aturan-MU, salah q tak bisa menjaga hati, salah q lebih mementingkan perasaan q daripada menemukan petunjuk-MU, dan kini semua telah q tanggung, q telah membayarnya, dan semoga ini proses untuk menjadikan q kembali pada-MU, menjadikan q hamba yg hanya bergantung pada-MU, menjadikan hamba yg semakin tunduk dan taat pada aturan-MU dan lebih bijak dalam menyikapi segala takdir-MU
duhai Rabbi, q ingat surat cinta-MU pada q
"sesungguhnya hanyalah kepada ALLOH aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari ALLOH apa yang kamu tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf : 86)
q malu ya Rabb, q malu bila menatap diri ini, q malu dengan segala kenikmatan yang Kau beri, sementara q menyikapinya dengan angkuh, kufur dan terlena. ampuni hamba ya Rabb....
tapi Kau tak pernah menghentikan nikmat-MU pada q, Kau tak pernah mendzolimi q, justru Kau menegurq dgn cara yang halus, Kau tetap memberikan kasih sayang-MU pada q. kini q belajar dan menata diri kembali, q sikapi dengan sebaik-baik sikap wujud lain kasih sayang-MU, q design hati q agar bisa menerimanya dengan ikhlas, cz q yakin pemberian-MU pastilah yang terbaik
q belajar untuk selalu berbaik sangka pada-MU, sebab baik sangka adalah cermin hasilnya dan Engkau mengikuti prasangka hamba-MU.

ada banyak hal yang tak pernah q minta
tapi Engkau tiada alpa menyediakannya untuk q
seperti nafas sejuk, air segar, hangat mentari
dan... q percaya atas doa2 yang q panjatkan
akan Engkau jabah lebih dari yang q minta

teringat cerita masa lalu yang mempertanyakan keadilan-MU :
"telah lama q meminta padanya satu hal saja. q iringi semua itu dengan ketaatan pada-NYA, q jauhi sgala larangannya, q tegakkan yang wajib, q tekuni yang sunah, q tebarkan shodaqoh. q berdiri dwaktu malam, q bersujud dkala duha, q baca kalam-NYA, q upayakan mengikuti sepenuh kemampuan mengikuti jejak Rasul-NYA. tapi hingga kini ALLOH belum mewujudkan harapan q ini. padahal, ada orang lain yg q tau ibadahnya berantakan, wajibnya tak utuh, sunahnya tak tersentuh, akhlaknya kacau, otaknya kotor, bicaranya bocor. tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segalanya telah tersaji, semua yang dia minta didapatkannya. dimana keadilan ALLOH?"

saat ini, ingin skali q menghakimi diri q dgn jawabn : lo sombong, lo bangga dengan ibadah lo, lo menganggap hina orang lain, lo tertipu dengan kebaikan lo sendiri sebagaimana iblis telah terlena!!, jangan heran deh kl doa lo g dijabah. kesombongan lo telah menghancurkan kebaikan lo, nila diri lo hanya anai2 berterbangan. mungkin orang yg lo rendahkan itu jauh lebih tinggi kedudukannya disisi ALLOH cz dia merahasiakan amal sholihnya....astagfirulloh haladzim

lagi2 ALLOH berikan nikmatnya, ya... nikmat untuk berfikir jernih dan memandang sesuatu dari sudut lain, hingga mata hati q terbuka
q analogikan masalah tersebut dengan pengamen (apa hubungannya yak?, cari tau dengan jarimu). yup pengamen, cz dulu saat menjadi anak kos, pengamen sangat familiar, keberadaanya seperti udara yang slalu q temui...yup lanjut dengan pengamen itu, begini analogi q

q membayangkan kl ada pengamen yg datang mengamen (ya iyalah, mas pengamen datang untuk bagi2 uang) dengan wajah seram, bertato, bertindik dan wajahnya garang (pasti rasanya asin, loh?he...itu mah garam yak), mengerikan. nyanyiannya lebih mirip teriakan yang memekakan kuping q, suaranya kacau balau sengau parau, sumbang dan cempreng, pokoknya g enak bgt dah. lagunya malah nyakitin ulu hati, sama sekali g bisa dinikmati, apa yang q lakukan??? (ayo jawab temen2, yg bisa dpt kesenangan dhatinya)
yup..... (udah pada jawab lum, y udah q jawab ajah yak) pasti q langsung kasih uang supaya dia berenti nyanyi dan cepet2 pergi.

tapi q coba membayangkan kl pengamen itu bersuara emas mirip  Izzis or Edcoustic (nih salah 2 munsyid nyany aye suka, he... g penting yak), menyanyi dengan sopan, semangat dan penampilannya rapi lagi wangi, apa yang akan q lakukan????, q pasti mendengarkannya, q nikmati, q hayati hingga akhir lagu dan bahkan bisa aja q ikut nyanyi sama mereka, lalu q minta dia menyanyikan lagu yang lain, nambah, lagi,lagi dan lagi ampe puas....
yup begitulah, bisa aja ALLOH juga berlaku begitu bagi qt hamba-NYA. kl ada manusia yg fasik, keji, mungkar, banyak dosa dan dibenci-NYA berdoa memohon pada-NYA, mungkin DIA akan firmankan pada malaikat;"cepat berikan apa yang DIA minta. AKU muak mendengar ocehannya, AKU benci menyimak suaranya, AKU risih mendengar pintanya."
tapi, bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintai-NYA, yg giat beribadah, yg rajin sedekah, yg menyempurnakan wajib dan menegakkan sunah, maka mungkin saja ALLOH akan berfirman pada malaikat-NYA: " tunggu! tunda dulu yg m'jadi hajatnya, sungguh Q bahagia bila diminta, dan biarlah hamba-Q ini terus meminta, terus berdoa, terus m'hiba. Q menyukai doa2nya, Q menyukai kata2 dan isak tangisnya, Q menyukai khusyu dan tunduknya, Q menyukai puja dan puji yang dlantunkannya, Q tak ingin dy menjauh dari Q setelah mendapat apa yg dy pinta. Q mencintainya."

ada semangat baru lagi dalam diri, q tak tau pastinya apa alasan ALLOH belum mengabulkan doa q, tapi q hanya mencoba berbaik sangka pada-NYA.. q tak pernah tau dengan segala yang q terima apakah rahmat atau ujian, yg q tau, q hanya harus berprasangka baik pada-MU duhai Rabbi................

kuatkan hamba, keluarga hamba dan orang2 yang hamba cintai dalam menerima segala ketetapan-MU dan teguhkanlah hati kami untuk selalu berbaik sangka pada-MU, amiin..............

Wallahua’lam bish Shawwab

Jangan sesatkan cintaku.........

Bismillahirrahmanirrahim..
“ Aku yakin cintaku nggak semu sama dia, aku bisa merasakan kalau aku memang jatuh cinta padanya. Masa semu si mbak,” kata adikku yang sedang jatuh cinta.
“Semu itu bukan karena adik nggak bisa merasakan atau bisa merasakan, tapi semu karena cinta yang adik rasa hanya sekedar cinta-cintaan. Tak ada cinta yang sejatinya cinta,”kataku.
“Maksudnya gimana sih mbak? Cinta kan tetap saja cinta, aku yakin kok dia itu cinta sejatiku.”
“Yakin darimana?”
“Yakinlah mbak, soalnya aku cinta mati sama dia.”
Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuannya.
“Apa yang namanya cinta sejati itu disertai dengan cemburu sejati padahal dia belum menjadi suamimu? Apa yang namanya cinta sejati itu harus dengan mengatur pola hidupmu, mau kemana-mana harus ijin padahal dia bukan suamimu? SMS nggak dibales aja ribut deh, padahal bukan suami isri. Padahal yang udah jadi suami istri yang jelas-jelas halal, nggak gitu-gitu banget deh dik!”
Aku melihat adikku terdiam, memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong seakan banyak yang dia pikirkan.
***
Percakapan dengan adikku tadi, menerawang bayanganku pada masa satu tahun silam. Aku terjebak dengan kesesatan cinta. Aku tak pernah menyadari bahwa banyak hal didalam masa cinta yang hanya dipisahkan benang tipis dengan nafsu syetan.
“Aku jatuh cinta pada Satria!”kataku.
“Heh!” raut muka Lusy sahabatku seakan menyiratkan berbagai keheranan.
“Cinta itu kan fitrah Lusy, so what gitu lho!”
“Fitrah sih fitrah, tapi bukan lantas kamu mau jadi pacarnya,”
“Helloo..bukan pacaran kali, tapi ta’aruf,”kataku tak mau kalah.
“Yeee..ta’aruf nggak gitu kali..” Lusy memencet hidungku. Aku menatap Lusy menunggu kelanjutannya.
“Kamu pikir ta’aruf hanya dengan si Satria bilang sama kamu “yuk kita ta’arufan”, terus kamu jadi bisa melenggang bareng dengan si dia atau berbalas SMS mesra dengan si dia dengan merasa kamu udah halal dengannya. Cinta yang seperti ini namanya cinta yang tersesat, Neng.”
Aku terdiam mendengarkan penuturannya.
“Tapi aku mencitainya!”kataku.
“Cinta nggak harus selalu diungkapkan, cinta nggak selalu harus si dia tahu kalau kamu cinta dia kan. Kalau kamu memang mencintainya, kamu minta dia melamarmu. Jangan katakan cinta bila kamu belum siap menikah. Jangan jadikan fitrahmu menjadi alasan ketersesatanmu di antara cinta. Cinta yang sejati tentu cinta yang sudah dihalal kan Allah melalui pernikahan.”
***
Tanpa menunggu lama setelah perbincanganku dengan Lusy, aku memintanya untuk datang ke rumahku dan kita bisa ta’aruf disertai kedua orang tuaku. Ternyata orang yang pernah aku cintai hanya ingin menyesatkanku dengan cinta berlabel ta’aruf. Dia tidak pernah berani untuk mendatangi ke dua orang tuaku dengan berbagai macam alasan.
Aaahh..Cinta, kutahu datangmu sulit kutebak. Namun ku tak mau terjebak dengan kesesatan nafsu berbalut namamu.


Wallahua’lam bish shawwab.

-bukan muslimah biasa-

cantik, izinkan aku menunduk....

Bismillahirrahmanirrahim..
” Gila tu cewek, cantik bener yak!” kata Romi
“Huss..cewek terus dipikiran lu!” kataku.
“Ada cewek cantik gitu, kan sayang kalau disia-siakan nggak dilihat.”
“Masyaallah Romi!”
“Apaan sih Mas, orang dia yang mau dilihatin. Kan mubadzir kalau nggak dilihat” Romi cengengesan.
“Waduh, kalau orang islam pikirannya kayak kamu. Apa kata akhirat?” kataku sambil mengacak rambut adikku.
***
Kembali seorang wanita lewat didepan kami, kali ini wanita berjilbab hijau. Subhanallah..cantik sekali. Aku terkejut lalu aku beristighfar segera aku menundukkan kepalaku.
“Ada apaan sih mas? kok tiba-tiba nunduk gitu” Romi menatapku. Aku kelabakkan ditatap Romi seperti itu.
“Wah Mas grogi yaa sama cewek pakai jilbab tadi! Cuit..cuit..Mas yaa!”
“Apaan sih! justru karna kaum hawa aku hargai, jadi aku tak mau menatapnya terlalu dalam. Takut si syetan ikut-ikutan. Yang rugi kan aku sendiri.”
“Emang penting yaa mas nunduk itu?”
“Yaa penting lah. di Quran kan udah djelaskan bahwa kita disuruh menjaga pandangan. Gak kayak kamu melotot terus kalau ada cewek cantik.”
Aku terkekeh melihat Romi salah tingkah
***
Cantik,ijinkanku menunduk.
Jangan biarkan setiap centi auratmu dinikmati mata-mata jahil yang senang akan warna warni keindahan sesaat. Maka tutuplah auratmu jangan kau bangga atas syetan yang ada atas dirimu.
Cantik, ijinkanku menunduk.
Mataku adalah panah-panah syetan yang ingin menghujamku lewat fitnah auratmu, apakah tak malu dengan pandangan-pandangan  yang menatapmu penuh dengan keinginan? atau kau memang mau auratmu dipandangan karna kau tak pernah mau tahu dengan kemulianmu?
Cantik, ijinkanku menunduk.
Kau memang cantik, kua akui itu. Tapi maaf, kecantikan semu mu telah menutupi keindahan hatimu. Tanpa hijab yang melapisi auratmu kau tak akan pernah merasakan nikmat atas kuasaNya. Dengan hijabmu tanpa kemulianmupun kau hanya ada diatas kehampaan. Maka bantulah kami dengan kesantunanmu.
Cantik, ijinkanku menunduk.
Dari pesona harapan yang membuatku terbuai dan terlalaikan. Bukankah aku juga manusia lemah dan kau manusia penuh pesona, tak mampu kubertahan dengan segala pesona auratmu. Segala upaya kupenuhi agar mata ini menjauh dari pesonamu, tapi ku belum mampu bila kau yang menginginkan mata ini menatapmu. Tidak cantik..tidak..kau tahu kami memang belum sanggup tapi kami berusaha untuk bisa.
Maka Cantik, ijinkanku menunduk.
Menunduk dari segala godaan syetan yang membuatku selalu ingin menatapmu syahdu. Kau perhiasan terindah di dunia ini, ku tak mau dengan mataku ini kau merasa terendahkan. Maka jagalah iffah dan izzahmu dengan semua keteguhan imanmu. Jangan robohkan keimanaku dengan kenistaan, bantulah kami.
Cantik..kau memang teramat cantik, maka ijinkanku menunduk dari panah-panah syetan.
Wallahua’lam bish Shawwab.

-bukan muslimah biasa-