Thursday, October 16, 2014

Yaa, Pelaku Pelecehan Seksual Jadi Tontonan di Stasiun Manggarai

 Pelaku pelecehan seksual ditangkap dan dibuat jera di Stasiun Manggarai, Jakarta, Jumat 17 Oktober 2014. Pria berusia sekitar 30 tahun itu kemudian dihukum sosial oleh petugas marinir hingga menjadi tontonan masyarakat.

Ratusan penumpang KRL Commuter Line menunggu rangkaian kereta di Stasiun Manggarai, Jakarta SelatanKejadian tersebut, menurut seorang petugas marinir, terjadi di gerbong commuter line Bogor tujuan Jakarta Kota. Pria tersebut diduga merupakan seorang eksibisionis.

"Menurut laporan saksi dan korban, pelaku mengeluarkan kemaluannya, lalu melakukan masturbasi hingga 'keluar' di pakaian korban," ujar petugas marinir tersebut kepada VIVAnews.

Saksi yang melihat aksi bejat itu kemudian langsung membawa pelaku ke pos keamanan Stasiun Manggarai. Korban yang mengalami trauma langsung diberikan perawatan.

Sang pelaku tak diserahkan begitu saja ke pihak berwajib, agar jera ia kemudian dihukum sosial dengan dipajang di tengah-tengah stasiun. Pakaiannya ditanggalkan, hingga tinggal menggunakan celana pendek. Di dadanya dipasang papan bertuliskan, 'Pelaku Pelecehan Seksual'.

Hukuman sosial itu sontak mengundang perhatian penumpang lainnya. Pelaku dikerumuni dan difoto oleh banyak orang di stasiun. 

"Ini efek jera, agar mereka kapok, malu untuk melakukannya lagi. Pelaku-pelaku lainnya juga biar belajar dari pengalaman ini, jangan melakukan tindakan asusila di kereta. Apalagi membuat korban menjadi trauma berat," kata petugas marinir.

Eva, salah seorang penumpang commuter line mengatakan, dia mendukung hukuman sosial yang diterapkan pihak keamanan stasiun. Apalagi terhadap pelaku pelecehan seksual.

"Bagi kita yang wanita, mendapatkan perlakuan dilecehkan seperti itu traumanya luar biasa. Sulit untuk bisa melupakan. Maka harus ada hukuman yang pantas untuk pelaku," ucapnya.

Wednesday, March 5, 2014

cinta yang tak terucap dari mereka

bismillahirrohmannirrohiim....

Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh “seseorang”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine. Saya memang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.

Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor. (Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)

Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?

Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan “sayang” betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan... Jangan-jangan hanya jadi beban...

Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat di rumah sakit... dari kakak yang rela berkorban demi saya, Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. dari sahabat dan teman seperjuangan, dari guru-guru mungilku di sekolah, juga para orang tua mereka. Dari orang tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa seringnya kita tidak menyadari...

Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)
Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah.

Duh... Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya. Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...

Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya. Pasti!

Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.

Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya... Lisan kejam dan menyayat-nyayat... Waktu yang terbuang sia-sia..

Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta? Dan semua itu telah ada dan selalu ada tanpa dibatasi oleh momen-momen semacam valentin's day yang jelas bukan budaya kita ummat Muslim.

Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi.
Tulisan ini sebenarnya bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya.
Yuk, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas...

Monday, March 3, 2014

Dalam Dekapan Gerimis

PUISI CINTA
Secarik puisi menenun senja,
Jalanan disapa gerimis,
Sekawanan burung meneduh,
Dibawah rimbunan daun cemara...
"Merapatlah, dekap aku," katamu.
"Iyaa..."
Aku melingkarkan lengan di pinggangmu,
Tetesan hujan basahi bajumu...
"Aku suka gerimis..." katamu.
"Tapi aku basah..." cetusku.
"Plis sayang, jangan mengeluh," ujarmu.
"Gerimis menumbuhkan pepohonan," tambahmu lembut.
"Iya sih."
Lelagu katak, arungi pelangi,
Kueratkan pelukku...
#love

Monday, February 24, 2014

Mahram

Mahram

Mahram yaitu orang orang yang tidak batal wudhu jika bersentuhan dan tidak boleh dinikahi:
  1. Ibu kandung (nenek dan seterusnya ke atas baik dari jalur laki-laki atau perempuan) / ibu susu
  2. Anak kandung perempuan (cucu perempuan dan seterusnya ke bawah baik dari laki-laki atau perempuan) / anak susu perempuan
  3. Saudara kandung perempuan / saudara susu perempuan
  4. Saudara perempuan dari bapak kandung (saudara perempuan dari kakek dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu) / saudara perempuan dari bapak susu
  5. Saudara perempuan dari ibu kandung (saudara perempuan dari nenek dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu) / saudara perempuan dari ibu susu
  6. Anak perempuan dari saudara kandung laki laki (sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki laki maupun perempuan) / anak perempan dari saudara susu laki-laki
  7. Anak perempuan dari saudara kandung perempan (sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki laki atau perempuan) / anak perempuan dari saudara susu perempuan
  8. Istri bapak kandung (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya ke atas 
  9. Istri dari anak laki laki, istri cucu dan seterusnya ke bawah
  10.  Mertua perempuan, ibunya dan seterusnya ke atas
  11.  Anak perempuan istri dari suami lain (rabibah), cucu perempuan istri baik dari keturunan rabibah maupun dari keturunan rabib dan seterusnya ke bawah

Mahram
Perbedaan arti mahram dan muhrim

  • Mahram adalah orang yang tidak batal wudhu dan tidak boleh dinikahi
  • Muhrim adalah orang yang berihram waktu melakukan haji atau umrah
  • Seorang dinyatakan menjadi mahrah apabila dia menyusu sebelum umur dua tahun, dan tindakan penyusuan dilakukan sedikitnya 5 kali penyusuan.