Monday, January 6, 2014

Diperkosa Mantan Suami

KISAH TRAUMATIS
Namaku Sekar. Aku seorang ibu satu anak yang setahun ini menjanda. Aku bercerai dengan Bajul (Buaya, Bahasa Jawa) suamiku karena dia berselingkuh. Sakit hatiku melihat perselingkuhan itu, dan aku memilih untuk hidup sendiri bersama puteriku Nanda yang saat ini berusia 12 tahun.
Perkawinan yang berusia hampir sebelas tahun itu kandas, semua gara-gara perempuan itu. Sejak awal aku melihat karyawati yang bekerja sekantor dengan suamiku tersebut, ada rasa padanya. Itu bisa kutebak bila aku dan anakku ikut ke kantor suamiku. Di depan mataku, perempuan bernama Susi itu tidak canggung-canggung menunjukkan kemesraannya dengan suamiku. Hatiku panas, tetapi aku berusaha untuk bersabar.
Firasatku benar, aku menemukan foto-foto mereka berdua di BB suamiku. Perempuan itu memiliki BB khusus yang diberi nama laki-laki. Namun dari gelagatnya aku bisa tahu bahwa laki-laki di BB itu tak lain adalah Susi. Dibandingkan dengan yang lain, nama itu sangat aktif chating dengan suamiku dan sering ketemuan.
Aku menanyakan langsung kepada suamiku kebenaran dari prasangkaku. Bajul mengakui bahwa dia memiliki hubungan khusus dengan Susi. Lalu dia meminta maaf dan akan memutuskan hubungan dengan Susi. Aku memaafkan, namun ternyata perselingkuhan itu terus berlanjut dan kami pun bertengkar, akhirnya bercerai.
Aku menjalani hidupku bersama puteriku. Biarpun status janda selalu membuatku tak nyaman tetapi aku berusaha menjaga diri agar tidak ada fitnah di tengah masyarakat dan keluargaku. Sebagai perawat aku harus menjaga kehormatanku, akhirnya aku memilih untuk fokus dalam pekerjaan dan puteriku.
Bajul kadang-kadang datang ke rumah. Katanya kangen dengan Nanda puteri kami. Aku tidak melarang, agar Nanda juga tidak merasa perceraian sebagai sebuah aib. Bajul kadang mengajak kami makan di mall atau berjalan-jalan di tempat wisata, demi Nanda. Ohya, mantan suamiku itu juga sudah menikah dengan Susi, perempuan selingkuhannya.
Sebetulnya aku merasa kurang nyaman bila Bajul di rumah. Kami kan sudah bercerai. Namun laki-laki itu sering datang dengan memberikan berbagai hadiah buat kami berdua. Bahkan dia mulai menjelek-jelekkan Susi sebagai istri yang tidak baik.
Hari minggu, aku dan Nanda berdiam di rumah menonton televisi. Tiba-tiba Bajul datang dan membuat kami kaget karena sudah berdiri di depan pintu. Dia membawa berbagai macam belanjaan. Dan kemudian dia memanggil Nanda.
"Sayang, kemarilah, lihat apa yang Papa hadiahkan untukmu..."
Nanda berlari menghampiri ayahnya.
"Apa Pa?"
"Lihat diluar itu..." Bajul menunjuk sesuatu di luar rumah.
"Hore, sepeda baru...." sorak Nanda.
Aku berdiri dan mendekat. Kulihat sebuah sepeda mini warna pink diparkir di dekat pagar. Nanda segera menghampiri sepeda itu dan menaikinya. Dia keluar halaman dan bersepeda di gang depan rumah.
"Terima kasih," kataku pada Bajul.
Bajul tersenyum. Matanya menatap rekat padaku. Aku merinding, ada yang aneh dengan tatapan mata itu. Aku mundur ke belakang, namun tangannya sudah mencengkeram tanganku.
"Sama-sama," katanya.
Tangan kanannya memegang tangan kananku dengan kuat. Lalu mendorongku dengan kasar masuk ke kamar. Aku tak berdaya. Aku mencoba memukulinya dengan tangan kiriku, tetapi dia tak melepaskan cengkeramannya. Setelah masuk kamar, dengan tangan kirinya mengunci pintu. Aku menjerit. Namun kemudian mulutku dibungkamnya. Pagi itu aku diperkosa oleh mantan suamiku sendiri.
Aku meringkuk di bed dengan berselimut saja. Aku menangis sejadi-jadinya. Namun Bajul tak peduli. Setelah berpakaian dia keluar dan kudengar dia berpamitan dengan anakku. Dengan manahan rasa sakit di kemaluanku, aku mengenakan bajuku kembali. Takut Nanda masuk dan melihatkaku tanpa busana.
Jujur kemaluanku sakit sekali, karena Bajul berlaku sangat kasar. Tetapi bukan itu yang menyiksaku hatiku, jiwaku seperti diris-iris dan harga diriku seperti diinjak-injak. Diriku ini rasanya begitu kotor. Setiap aku ingat wajah Bajul, yang muncul hanya perasaan benci dan benci. Teganya dia berbuat seperti itu kepadaku.
Perkosaan itu telah terjadi tiga tahun yang lalu, namun sakit hatiku belum juga sembuh. Sejak saat itu aku tak mau lagi bertemu dengannya. Sahabatku terdekatku menyarankan agar aku melaporkan ke polisi, tetapi aku tak bisa, aku malu sama anakku, masak ayahnya bisa sejahat itu pada ibunya. Pasti hanya akan membuatnya sedih. Aku tidak mau lapor polisi juga karena malu, statusku adalah janda. Dimana-mana yang namanya janda selalu dicibirkan.
Seperti diceritakan oleh Sekar.
Jakarta, 7 Januari 2014

No comments:

Post a Comment