SKETSA Setiap kali aku naik angkot untuk menjemput anakku, aku bertemu dia. Dia menyetir dengan tenang. Mengetem seperti kebanyakan angkot lain, dan matanya liar mencari penumpang.
Dia akan berhenti di depan sebuah SD negeri, dan menunggu di sana. Kukira dia menunggu penumpang, ternyata aku salah. Dia menunggu anaknya.
Anakku sudah mulai rewel, tetapi angkot itu belum juga jalan. Beberapa penumpang juga tampak gelisah. Semua keluh kesah itu membuatnya tampak gelisah. Angkot masih menunggu di depan sekolah yang ribut. Lalu dari kejauhan, seorang anak perempuan berumur tujuh tahunan berlari mendekat.Matanya berkilauan, senang, lalu berjingkrak naik keatas angkot.
Awalnya kukira anak perempuan itu penumpang biasa, ternyata dia puterinya yang sudah ditunggu-tunggunya. Laki-laki itu menyambut anak perempuan itu dengan wajah sumringah.Lalu dia duduk di bangku belakang bapaknya. Mencopot kerudungnya dan diulurkan pada laki-laki itu.
Seorang ibu-ibu yang juga menjemput anak sekolah naik, lalu dia bertanya pada anak itu:
"Turun dimana, Amel, kok sendirian, ibumu mana?" rupanya ibu itu mengenal anak perempuan itu.
Anak itu dengan malu-malu berkata :"Sama ayah."
"Mana ayahmu?" tanya prempuan itu.
Anak perempuan itu menunjuk pak sopir.
"Oh, dijemput ayah ya, ya sudah," katanya.
Angkot terus melaju. Anak perempuan hitam manis itu masih duduk diam. Sambil memeluk tas sekolahnya.
"Ada PR, nak" tanya bapaknya si tukang angkot.
"Ada," jawab anak itu.
Setelah bangku depan kosong, Amel pindah ke depan dekat dengan bapaknya. Lalu membuka buku-bukunya, menunjukkan PR. Bercanda dan berbincang berdua.
Ada rasa haru melihat semuanya itu. Sebuah lakon sederhana namun memikat. Dan ini hanya sebagai cermin betapa beragamnya kehidupan ini. Syukuri semua yang kita miliki, karena ada mereka yang lebih tidak mampu, tetapi begitu luhur menjalani hidup ini....
No comments:
Post a Comment