tiada kata seindah dzikir, yup....tentu!!, kata yg begitu agung, dan membuat sgala sesuatu terasa ringan. mencoba menyikapi dengan positif sgala pemberian-NYA dengan cara berdzikir, dengan cara mengingat-NYA, apapun itu. mencoba mneladani perkataan Sang Nabi: "sungguh baik seorang muslim itu, ketika dia diuji dia bersabar dan ketika diberi nikmat, dia bersyukur.
kata yang begitu sederhana, namun syarat akan hikmah dan begitu sulit pengaplikasiannya. semoga q bisa mentauladani Sang Nabi...
antara ujian dan rahmat...yah begitulah, tidak akan beriman seseorang sebelum dia diuji, dan ujian merupakan bentuk kasih sayang ALLOH pada qt, skali lagi mencoba berfikir positif, semakin berat ujian seseorang, maka semakin tinggilah kedudukannya disisi ALLOH, jika dianalogikan dengan tingkatan sekolah/kelas, g mungkin anak kelas 2, diberi soal ujian bagi anak kelas 1, begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kelasnya semakin sulit ujian yang diterima siswa tersebut, dan jika dia lulus, maka dia akan naik kelas, bahkan bila lulus dengan nilai terbaik dia bisa mendapat hadiah atau penghargaan sebagai bentuk apresiasi pada jerih payah dan usahanya.
teringat perkataan terindah dari Sang Maha Pemilik ujian, bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan, bahkan Dia mengatakannya hingga dua kali dalam penutup surat Al-Insyiroh. dan DIA pun mempertegas pada sebuah ayat dalam surat Al-baqoroh kaloo Dia tak akan menguji setiap hamba-NYA diluar kemampuan sang hamba. subhanalloh, ternyata, begitu adilnya Dia pada hamba-NYA, Dia tidak pernah menyia-nyiakan sang hamba dan membiarkan hamba-NYA jatuh dalam keputusasaan.Dia menyertakan kemudahan dalam setiap ujian yang diberikan-NYA dan meyakinkan pada sang hamba, bahwa ia mampu melaluinya.
ada sebuah cerita menarik dizaman kehalifan dulu,
pada waktu itu hiduplah seorang budak yang memiliki tuan yang sangat baik, budak tersebut berkata pada tuannya: tuanku bila aku mempunyai uang yang sesuai dengan jumlah uang ketika kau membeli q dulu, apakah q bisa bebas dan merdeka?
sang tuan menjawab, y, kau bisa bebas dan merdeka
maka sang budak menyerahkan sejumlah uang sesuai dengan jumlah ketika tuannya membelinya dulu. budak itupun menjadi manusia yang merdeka, sebagai hadiah bagi kemerdekaannya, sang tuan memberi sejumlah uang kepada sang budak sebagai modal hidup, budak itu berkata, q tak tau, ini rahmat atau ujian q hanya berprasangka baik pada ALLOH. budak itupun menjalankan kehidupannya sebagai orang yang merdeka, dan ia slalu menanamkan kata, q tak tau apakah ini rahmat atau ujian q hanya berprasangka baik pada ALLOH.
waktu terus berlalu, sampai akhirnya ia menikah dan memiliki seorang anak, namun ketika sang anak baru berusia beberapa bulan istrinya meninggal, sejak itu ia berperan ganda sebagai ayah dan ibu bagi anak semata wayangnya. kehidupan mereka lalui bersama, panas, hujan, sakit, senang, bahagia dan sedih silih berganti mereka sikapi dengan positif, satu kalimat yang menjadi prinsionya adalah, aku tak tau apakah ini rahmat atau ujia, q hanya berprasangka baik pada ALLOH.
sang anak didiknya dengan penuh kasih dan tekad, ia menginginkan sang anak menjual dirinya pada ALLOH untuk membeli surga, maka, sgala persiapan dan keahlian ia lakukan. ia latih sang anak untuk berkuda, memanah, menembak dan keahlian perang lainnya. ia pun slalu menyisihkan setiap rizkinya untuk membeli kuda perang.
ternyata keinginan dan doanya dikabulkan ALLOH, uang yang ia kumpulkan mampu membeli kuda perang terbaik, akhirnya semua uang itu ia gunakan tanpa tersisa. para masyarakat sekitarnya sangat salut melihat kuda yang begitu gagah, kuat dan memiliki kemampuan berlari kencang. ia hanya berkata kami tak tahu, apakah ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
ketika para tetangga mengetahui berapa harga kuda tersebut dan mengetahui juga bahwa uang mereka tak tersisa demi membeli kuda tersebut, banyak cemoohan, olokan dan hinaan yg mereka terima, tetapi ia hanya menyikapi dengan senyum dan lagi2 berkata, kami tidak tahu ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
setiap hari sang kuda dilatih, dirawat dan diberi makan dari makanan yang terbaik, nampaknya sang kuda pun bahagia memiliki tuan seperti mereka, sang kuda benar2 menjadi kuda perang terbaik, masyarakat pun takjub melihatnya.
pada suatu pagi, ketika hendak dibersihkan, tiba2 sang kuda raib dari kandangnya,kandangnya kosong, masyarakat pun heboh dengan berita hilangnya kuda itu, banyak yg prihatin pada mereka, namun lagi2 ia hanya menyikapi dengan senyum sambil berkata kami tak tau apakah ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
beberapa hari kemudian disuatu subuh terdengar suara ringkikkan kuda yang begitu banyak, hal ini membuat mereka bangun dan begitu juga masyarakat sekitar.
dalam waktu singkat rumahnya sudah dipenuhi oleh masyarakat demi melihat kandang kuda yang penuh oleh puluhan kuda liar, ternyata sang kuda perang pergi untuk mengumpulkan teman2nya dan mengajak mereka untuk ikut bersamanya agar dilatih menjadi kuda perang.
lagi2 masyarakat takjub dan berkomentar dan dengan respon tersenyum ia tetap berkata, kami tak tahu ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
pada suatu ketika sang anak terjatuh ketika sedang melatih kuda-kuda perangnya, hal ini membuat ia cidera, padahal pada waktu itu sedang ada himbauan dari pemerintah agar para pemuda turun untuk berperang, hal yang ia nanti2 selama ini, sayang perang ini jauh dari jihad di jalan ALLOH karena musuh yang hendak dihadapi adalah saudara seiman yang berbeda kesultanan. ia berkata pada sang anak, " nak, semoga Alloh menjaga kita dari menumpahkan darah sesama muslim. ALLOH maha tau, qt ingin berjihad di jalan-NYA, qt sama sekali tak ingin beradu senjata dengan saudara seiman, semoga ALLOH emmbebaskan diri qt dari beban itu."
keesokan harinya datanglah utusan kerajaan untuk mengumpulkan para pemuda, namun ketika utusan itu datang kerumahnya dan melihat bagaimana kondisi anaknya, utusan tersebut berkata: anakmu cidera, ia tak dapat berperang, istirahatlah.lagi2 masyarakat berkomentar, sayang sekali, padahal kau telah mempersiapkan anakmu untuk berjihad, tetapi ketika waktu itu datang, anakmu malah sakit, sia2 perjuanganmu selama ini. lagi2 ia senyum dan berkata q tak tau apakah ini rahmat atau ujian, q hanya berprasangka baik pada Rabb q.
perang pun berlanjut, tapi peperangan yang sama sekali jauh dari kata jihad fi sabilillah, perang yang hanya mempertahankan keegoisan dan tahta. banyak darah umat muslim yang tumpah, dan semua pemuda yang turun berperang pada tewas di medan perang.
maka jadilah daerahnya dibanjiri dengan air mata dan ratap tangis kehilangan dan penyesalan, karena banyak orang tua yang kehilangan anak, saudara kehilangan saudaranya, anak2 menjadi yatim dan istri menjadi janda. beberapa masyarakat berkata padanya, beruntunglah dirimu karena anakmu tak turut perang, sehingga ia masih hidup hingga hari ini, lagi2 ia hanya tersenyum dan berkata, kami tak tahu apakah ini rahmat atau ujian kami hanya berprasangka baik pada ALLOH. dan sepertinya masyarakat telah banyak belajar dari ayah dan anak itu, mereka pun ikut menggemakan perkataan, kami tidak tau apakah ini rahmat atau ujian kami hanya berusaha berprasangka baik pada ALLOH.
hari demi hari tetapi ia jalani untuk melatih diri dan sang anak berperang hanya untuk jihad dijalan ALLOH, bukan yang lain. hingga waktu itu pun tiba, disaat negerinya terancam, kehormatan islam tercoreng oleh pasukan Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu dan membumuhanguskannya hingga rata dengan tanah, tanpa menunggu ia dan sang anak terjun ke medan juang menyambut panggilan jihad sambil tetap mendengungkan kalimat agungnya kami tak tau apakah ini rahmat atau musibah, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH.
mereka memang menemui syahid, tapi sebelum itu ada selaksa nikmat yang ALLOH karuniakan pada mereka. sang anak pernah ditangkap pasukan Mongol dan dijual sebagai budak, hingga berpindah-pindah tangan, hingga kepemilikannya jatuh pada Al-Kamil seorang sultan Ayyubiyah di Kairo, kariernya menanjak cepat dari hanya komandan kecil hingga menjadi panglma pasukan, lalu amir wilayah itu, terakhir dia diangkat sebagai sultan, dialah Al-Manshur Saifuddin Qalawun. Qalawun yang berani berprasangka baik dalam setiap keterhijaban. Qalawun yang berani berkata,"kami tidak tau apakh ini rahmat atau ujian, kami hanya berprasangka baik pada ALLOH!"
ternyata banyak hikmah dan kenikmatan dibalik prasangka baik pada-NYA, yah daripada qt hanya mengeluh dengan segala ujian dan kesulitan, lebih baik qt alihkan untuk selalu meningat-NYA dan berprasangka baik pada-NYA. dengan mengingat-NYA lah hati menjadi tenang dan dengan berprasangka baik pada-NYA lah hal2 positif dan penuh hikmah akan qt dapati.
wallohu'alam bissawab
No comments:
Post a Comment