PERTANYAAN
Aldo Sekawan
Assalamu'alaikum wr wb
;--;; Apakah betul mayyit akan disiksa karena tangisan keluarganya sepeninggalan mereka....???
;---;; Lalu tangisan seperti apa yang membuat mayyit disiksa
Mohon pencerahannya yg lengkap dlm berbagai pendapat. .trims
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam wr wb
Diperbolehkan menangisi janazah dengan hal sewajarnya Demikian halnya menangisi jenazah, kapan dia melewati batas keluar dari batasan tabiat menjadi ratapan atau raungan maka itu sudah menjadi tangisan yang diharamkan dalam Islam karena menunjukkan ketidaksabaran pelakunya dalam menghadapi takdir Allah Ta’ala
Bahkan menurut Imam malik dan Imam hafiyyah jika menangis dengan suara yang sangat keras maka diharamkan
Banyak kita temui para wanita yang menangisi kematian orang yang dicintainya dgn berlebihan, sambil menjerit-jerit, merobek-robek pakaiannya, menampar-nampar pipinya, menjambak rambutnya, & sebagainya. Ketahuilah saudariku, perbuatan semacam ini adalah perilaku wanita-wanita jahiliyah, yang kita dilarang utk mengikuti & menyerupai perilaku mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ, وَدَعَى بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang memukuli pipi, merobek-robek pakaian, & berteriak dgn teriakan Jahiliyah (ketika ditimpa musibah)
Hadits shahih. Riwayat Bukhari dlm Fat-hul Baari (III/127-128 no.1294)
دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ وَكَانَ ظِئْرًا لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَذْرِفَانِ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ
Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi Abu Saif Al Qaiyn yang (isterinya) telah mengasuh dan menyusui Ibrahim ‘alaihissalam (putra Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil Ibrahim dan menciumnya. Kemudian setelah itu pada kesempatan yang lain kami mengunjunginya sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berlinang air mata. Lalu berkatalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu kepada beliau, Mengapa anda menangis, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya (tangisan) ini adalah rahmat (kasih sayang),” lalu beliau kembali menangis. Setelah itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sungguh kedua mata telah mencucurkan air mata, hati telah bersedih, hanya saja kami tidaklah mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kami. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim betul-betul bersedih
(HR. Al-Bukhari no. 1303)
Al-hadist
كما في البخاري (1284) عن أسامة رضي الله قال : (كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَسُولُ إِحْدَى بَنَاتِهِ يَدْعُوهُ إِلَى ابْنِهَا فِي الْمَوْتِ .. فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فَدُفِعَ الصَّبِيُّ إِلَيْهِ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِي شَنٍّ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ ، فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا هَذَا؟ قَالَ : هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قَالَ زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ : (اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي ، وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي) رواه مسلم (976
فإن كان البكاء مصحوباً بلطم للخدود وشق للثياب والتسخط على قدر الله، فهذا لا يجوز؛ لما رواه ابن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ ) رواه البخاري (1294
Referensi
المجموع - محيى الدين النووي - ج ٥ - الصفحة ٣٠٧
ويجوز البكاء على الميت من غير ندب ولا نياحة لما روى جابر رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا إبراهيم انا لا نغني عنك من الله شيئا ثم ذرفت عيناه فقال عبد الرحمن ابن عوف يا رسول الله أتبكي أولم تنه عن البكاء قال لا ولكن نهيت عن النوح " ولا يجوز لطم الخدود ولا شق الجيوب لما روى عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم " ليس منا من لطم الخدود وشق الجيوب ودعي بدعوى الجاهلية
Referensi
الفقه على المذاهب الأربعة -ج ١ ص ٨٣٥
يحرم البكاء على الميت برفع الصوت والصياح عند المالكية والحنفية وقال الشافعية والحنابلة : إنه مباح أما هطل الدموع بدون صياح فإنه مباح باتفاق وكذلك لا يجوز الندب وهو عد محاسن الميت بنحو قوله : واجملاه واسنداه ونحو ذلك ومنه ما تفعله النائحة " المعددة " كما لا يجوز صبغ الوجوه ولطم الخدود وشق الجيوب لقوله صلى الله عليه و سلم: " ليس منا من لطم الخدود وشق الجيوب ودعا بدعوى الجاهلية " رواه البخاري ومسلم
هذا ولا يعذب الميت ببكاء أهله المحرم عليه إلا إذا أوصى به وإذا علم أنه أهله سيكون عليه بعد الموت وظن أنهم لو أوصاهم بتركه امتثلوا ونفذوا وصيته وجب عليه أن يوصيهم بتركه وإذا لم يوص عذب ببكائهم عليه بعد الموت
Aldo Sekawan >>> Akhi kakek Jhosy@ trims tas pencerahannya. . Sblm tamat nyambung pertanyaan. . Bgaimana kalo air mata pek menetes kemayyit...?? Monggo dicerahkan. .
Akhi zafi@ adek becca amplopnya egebey laplappah aeng matah. . .hehehe
Kakek Jhosy >>> Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata
لَمَّا قُتِلَ أَبِي جَعَلْتُ أَكْشِفُ الثَّوْبَ عَنْ وَجْهِهِ أَبْكِي وَيَنْهَوْنِي عَنْهُ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْهَانِي
Ketika ayahku terbunuh, aku buka kain penutup wajahnya lalu aku menangis dan mereka mencegahku, tetapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melarangku
(HR. Bukhari, 4/465/1167)
Bahkan dibolehkan mencium wajahnya, sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dari Ibnu Abbas Radhilallahu ‘Anhuma, dia berkata:
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَبَّلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَوْتِهِ
Sesungguhnya Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu mencium Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah kematiannya
(HR. Bukhari, 13/363/4098)
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata:
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَبَّلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَوْتِهِ
Sesungguhnya Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu mencium Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah kematiannya
(HR. Bukhari, 13/363/4098)
Ada pun, bagian yang dicium adalah dahi/kening/jidat. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu:
فَوَضَعَ فَاهُ عَلَى جَبِين رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يُقَبِّلهُ وَيَبْكِي
Lalu, Abu Bakar meletakkan mulutnya pada kening Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau menciumnya dan menangis
(HR. Ibnu Abi Syaibah, 8/565)
Kebolehan ini semakin kuat, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri pernah melakukannya terhadap mayit sahabatnya yang juga saudara sesusuannya, Utsman bin Mazh’un Radhiallahu ‘Anhu
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَ عُثْمَانَ بْنَ مَظْعُونٍ وَهُوَ مَيِّتٌ وَهُوَ يَبْكِي أَوْ قَالَ عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencium Utsman bin Mazh’un, ketika Utsman wafat, dan Rasulullah menangis atau mengalir air matanya
(HR. At Tirmidzi)
?comment_id=460164610721566&offset=0&total_comments=26
Aldo Sekawan
Assalamu'alaikum wr wb
;--;; Apakah betul mayyit akan disiksa karena tangisan keluarganya sepeninggalan mereka....???
;---;; Lalu tangisan seperti apa yang membuat mayyit disiksa
Mohon pencerahannya yg lengkap dlm berbagai pendapat. .trims
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam wr wb
Diperbolehkan menangisi janazah dengan hal sewajarnya Demikian halnya menangisi jenazah, kapan dia melewati batas keluar dari batasan tabiat menjadi ratapan atau raungan maka itu sudah menjadi tangisan yang diharamkan dalam Islam karena menunjukkan ketidaksabaran pelakunya dalam menghadapi takdir Allah Ta’ala
Bahkan menurut Imam malik dan Imam hafiyyah jika menangis dengan suara yang sangat keras maka diharamkan
Banyak kita temui para wanita yang menangisi kematian orang yang dicintainya dgn berlebihan, sambil menjerit-jerit, merobek-robek pakaiannya, menampar-nampar pipinya, menjambak rambutnya, & sebagainya. Ketahuilah saudariku, perbuatan semacam ini adalah perilaku wanita-wanita jahiliyah, yang kita dilarang utk mengikuti & menyerupai perilaku mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ, وَدَعَى بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang memukuli pipi, merobek-robek pakaian, & berteriak dgn teriakan Jahiliyah (ketika ditimpa musibah)
Hadits shahih. Riwayat Bukhari dlm Fat-hul Baari (III/127-128 no.1294)
دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ وَكَانَ ظِئْرًا لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَذْرِفَانِ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ
Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi Abu Saif Al Qaiyn yang (isterinya) telah mengasuh dan menyusui Ibrahim ‘alaihissalam (putra Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil Ibrahim dan menciumnya. Kemudian setelah itu pada kesempatan yang lain kami mengunjunginya sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berlinang air mata. Lalu berkatalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu kepada beliau, Mengapa anda menangis, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya (tangisan) ini adalah rahmat (kasih sayang),” lalu beliau kembali menangis. Setelah itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sungguh kedua mata telah mencucurkan air mata, hati telah bersedih, hanya saja kami tidaklah mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kami. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim betul-betul bersedih
(HR. Al-Bukhari no. 1303)
Al-hadist
كما في البخاري (1284) عن أسامة رضي الله قال : (كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَسُولُ إِحْدَى بَنَاتِهِ يَدْعُوهُ إِلَى ابْنِهَا فِي الْمَوْتِ .. فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فَدُفِعَ الصَّبِيُّ إِلَيْهِ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَنَّهَا فِي شَنٍّ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ ، فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا هَذَا؟ قَالَ : هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قَالَ زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ : (اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي ، وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي) رواه مسلم (976
فإن كان البكاء مصحوباً بلطم للخدود وشق للثياب والتسخط على قدر الله، فهذا لا يجوز؛ لما رواه ابن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ ) رواه البخاري (1294
Referensi
المجموع - محيى الدين النووي - ج ٥ - الصفحة ٣٠٧
ويجوز البكاء على الميت من غير ندب ولا نياحة لما روى جابر رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا إبراهيم انا لا نغني عنك من الله شيئا ثم ذرفت عيناه فقال عبد الرحمن ابن عوف يا رسول الله أتبكي أولم تنه عن البكاء قال لا ولكن نهيت عن النوح " ولا يجوز لطم الخدود ولا شق الجيوب لما روى عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم " ليس منا من لطم الخدود وشق الجيوب ودعي بدعوى الجاهلية
Referensi
الفقه على المذاهب الأربعة -ج ١ ص ٨٣٥
يحرم البكاء على الميت برفع الصوت والصياح عند المالكية والحنفية وقال الشافعية والحنابلة : إنه مباح أما هطل الدموع بدون صياح فإنه مباح باتفاق وكذلك لا يجوز الندب وهو عد محاسن الميت بنحو قوله : واجملاه واسنداه ونحو ذلك ومنه ما تفعله النائحة " المعددة " كما لا يجوز صبغ الوجوه ولطم الخدود وشق الجيوب لقوله صلى الله عليه و سلم: " ليس منا من لطم الخدود وشق الجيوب ودعا بدعوى الجاهلية " رواه البخاري ومسلم
هذا ولا يعذب الميت ببكاء أهله المحرم عليه إلا إذا أوصى به وإذا علم أنه أهله سيكون عليه بعد الموت وظن أنهم لو أوصاهم بتركه امتثلوا ونفذوا وصيته وجب عليه أن يوصيهم بتركه وإذا لم يوص عذب ببكائهم عليه بعد الموت
Aldo Sekawan >>> Akhi kakek Jhosy@ trims tas pencerahannya. . Sblm tamat nyambung pertanyaan. . Bgaimana kalo air mata pek menetes kemayyit...?? Monggo dicerahkan. .
Akhi zafi@ adek becca amplopnya egebey laplappah aeng matah. . .hehehe
Kakek Jhosy >>> Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata
لَمَّا قُتِلَ أَبِي جَعَلْتُ أَكْشِفُ الثَّوْبَ عَنْ وَجْهِهِ أَبْكِي وَيَنْهَوْنِي عَنْهُ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْهَانِي
Ketika ayahku terbunuh, aku buka kain penutup wajahnya lalu aku menangis dan mereka mencegahku, tetapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melarangku
(HR. Bukhari, 4/465/1167)
Bahkan dibolehkan mencium wajahnya, sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dari Ibnu Abbas Radhilallahu ‘Anhuma, dia berkata:
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَبَّلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَوْتِهِ
Sesungguhnya Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu mencium Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah kematiannya
(HR. Bukhari, 13/363/4098)
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata:
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَبَّلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَوْتِهِ
Sesungguhnya Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu mencium Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah kematiannya
(HR. Bukhari, 13/363/4098)
Ada pun, bagian yang dicium adalah dahi/kening/jidat. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu:
فَوَضَعَ فَاهُ عَلَى جَبِين رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يُقَبِّلهُ وَيَبْكِي
Lalu, Abu Bakar meletakkan mulutnya pada kening Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau menciumnya dan menangis
(HR. Ibnu Abi Syaibah, 8/565)
Kebolehan ini semakin kuat, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri pernah melakukannya terhadap mayit sahabatnya yang juga saudara sesusuannya, Utsman bin Mazh’un Radhiallahu ‘Anhu
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَ عُثْمَانَ بْنَ مَظْعُونٍ وَهُوَ مَيِّتٌ وَهُوَ يَبْكِي أَوْ قَالَ عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencium Utsman bin Mazh’un, ketika Utsman wafat, dan Rasulullah menangis atau mengalir air matanya
(HR. At Tirmidzi)
- Link asal
No comments:
Post a Comment