Sunday, February 24, 2013
Pada Sebuah Tempat di Surga
CERPEN Mata Senja menyusuri taman-taman surga yang indah. Dengan mobil atap terbuka merah yang super wah. Mobil yang selalu meluncur lembut nyaris tanpa suara. Kendaraan impian ketika Mata Senja masih hidup di dunia. Perempuan itu terus meluncur, menyusuri jalan-jalan yang berkilauan indah diterpa sinar matahari, yang hangat, tidak terlalu terang dan membuat hati terasa nyaman. Jalanan di surga penuh dengan pepohonan warna-warni di pinggirnya. Bunga-bunga seperti mengambang dan tersenyum kepada siapapun yang melihatnya. Suasana sunyi, tetapi tidak terasa sepi di dalam dada. Semua serasa tenang, damai, penuh keramahan dan menyenangkan. Mobil yang dikendalikan dengan remote berbentuk hati itu terus meluncur perlahan, setiap pohon yang dilewati menyapanya dengan ramah. Atas perintah tuannya, mobil itu kemudian berhenti di sebuah taman yang indah. Banyak penghuni surga yang lain di situ. Suara tawa renyah terdengar di segala sudut yang dipenuhi dengan warna-warni bunga. Wanginya menyeruak di segala sudut ruangan, dan bunga-bunga itu akan menghampiri bila seseorang menyapa. Mata Senja berjalan dan terus berjalan dengan sepatu indahnya. Gaunnya melambai lembut karena terbuat dari sutera halus dengan manik-manik di segala sudutnya. Setiap dia melangkah sekuntum bunga akan tumbuh di bekas jejak kakinya. Terkejutlah dia, ketika di suatu sudut taman, terlihat seseorang, seseorang yang rasanya pernah dia kenal sebelumnya. Dia mengenal sorot matanya, mengenal senyuman dan juga gerak-gerik tubuhnya. Oh bukankah dia Irawanto begitu hatinya bisa menjawab. Apa yang dilakukannya di sini? Lalu dia pun menghampiri laki-laki itu. "Hai," sapanya dengan senyuman. "Oh, hai juga, siapa kamu? " tanya laki-laki itu. "Bagus, ternyata kau telah melupakanku ya," ujarnya menahan kesal. "Oh, aku ingat sekarang, bukankah kau Amelia," kata laki-laki itu kemudian. "Aku sekarang bernama Mata Senja, Amelia adalah namaku ketika aku hidup di dunia," jawab perempuan itu masih dengan nada kurang menyenangkan. "Oh, gitu, kalau begitu kenalkan, namaku Rajawali Emas, itulah nama surgaku!" kata laki-laki itu. "Kau tak pantas menyandang nama itu, kau lebih pantas dipanggil Air Comberan, atau Kotoran Kuda," kata Mata Senja dengan nada kesal. "Mata Senja jangan marah-marah, ini di surga," kata Rajawali Emas dengan nada rendah. "Kupikir, dan aku berharap tidak akan menemukanmu di sini, neraka adalah tempat yang tepat untukmu, Air Comberan," kata perempuan itu lagi. "Oh, kau masih marah-marah rupanya," kata Rajawali itu mencoba bersabar. "Iya, kau adalah laki-laki yang terjahat yang pernah aku kenal," ujar Mata Senja. "Maafkan aku," kata Rajawali. Lalu Mata Senja mengeluarkan sebuah kotak kecil, berrbentuk persegi, dari tas tangannya. Kalau di dunia, benda semacam itu namanya telepon genggam. Lalu dia berbicara dengan benda berbentuk indah itu. "Memori masa lalu," ujarnya. Segera saja benda itu mengeluarkan suara berdesing, tetapi tak menyakitkan telinga. Mata Senja mengarahkan benda itu ke langit luas yang ada di atasnya. Benda kotak berwarna pink itu mengeluarkan cahaya berkilauan. Dari cahaya itu kemudian membentuk seperti kotak layar yang besar. "Sakit," kata Mata Senja. Layar itupun kemudian memunculkan gambar seperti bioskop kalau di dunia dan muncullah seperti sebuah kamar. Seorang perempuan muda berbaring disana. Perempuan itu begitu lemah. Perempuan itu berwajah pucat pasi. "Lihat itu, Air Comberan, itu adalah gambaran ketika aku sakit, tetapi sama sekali kau tak menengokku, kau pergi entah kemana tanpa memberikan pesan dan kabar," Mata Senja mencucurkan air mata. "Ya itu salahku, " kata Rajawali. Lalu Mata Senja berbicara kepada kotak itu lagi, "Pecat." Layar itu berubah lagi, menggambarkan sebuah ruangan yang mewah. Banyak orang berlalu lalang di sana. Rupanya itu sebuah kantor. Seorang perempuan duduk sendiri di meja kerjanya, air mukannya sangat sedih. Air mata berlinanga di dua pipinya. "Itu saat aku dipecat dari pekerjaan, kau dimana, bersenang-seneng dengan perempuan lain?" tanya Mata Senja. "Oh, aku di rumah, aku malas menemuimu waktu itu, jengkel karena perilakumu," ujarnya. "Masih ada beberapa lagi gambaran masa lalu, dimana kau selalu tak ada ketika aku masih berada dalam kesulitan. Kau tak ada ketika hatiku bersedih, ketika hatiku merana, kau selalu tak ada, " perempuan itu menangis. "Maafkan aku," kata Rajawali Emas. "Maafkan? Kau kira semua sakit hati ini bisa selesai dengan kata maaf?" ujar Mata Senja masih menangis. "Aku juga punya gambaran kekejamanmu. Semua penghianatanmu dengan perempuan lain. Merayu-rayu dan berkasih mesra dengan perempuan gatal di belakangku. Semua kau lakukan dengan tenang tanpa peduli dengan perasaanku. Kau ini benar-benar kotoran yang tak berguna..." "Maafkan aku, Mata Senja," kata Rajawali Emas. Perempuan itu terus menangis. Bunga-bunga surga mencoba menghiburnya dengan menari-nari di sekitarnya. Berputar indah, mengambang mengelilingi tubuh langsingnya yang indah. Sementara laki-laki itu hanya diam. Membisu dengan muka pucat pasi, menahan kesedihan. "Aku tidak terima, Air Comberan, kau tak layak hidup di sini, aku akan menghubungi malaikat, aku akan protes," kata Mata Senja. Lalu dia mengangkat kotak semacam telepon genggam itu di depan wajahnya. Benda itu bekerja memang tidak perlu di sentuh seperti telepon genggam layar sentuh, atau dengan mengetik sesuatu seperti Blackberry yang ada di dunia. Pemiliknya cukup memerintahkan dengan ucapan kepadanya. "Hubungkan denga malaikat penjaga surga," katanya. Ada semacam gerakan berputar di layar kotaknya. Lalu layar itu terus berputar dan berakhir dengan sebuah cahaya indah, tidak menyilaukan, tetapi sangat menyenangkan dan sedap dipandang mata. Tak beberapa lama muncul wajah malaikat, dan tersenyum lembut dia bertanya. "Ada apa, Mata Senja?" tanya si malaikat. "Kayaknya ada laki-laki yang salah masuk ke sini," kata Mata Senja. "Oh, benarkah, katakan siapa namanya?" tanya di malaikat. "Dia mengaku bernama Rajawali Emas, tetapi menurutku dia lebih cocok bernama Air Comberan," ujar Mata Senja. "Baik, sebentar aku cari datanya ya..." kata sang malaikat. Sejenak menunggu. "Nah, ini ketemu, Rajawali Emas, nama di dunia Irawanto. Kejahatan nol," kata malaikat. "Tidak mungkin, dia pernah menyakitiku, menyiksaku, menghianatiku, orang yang sangat mencintainya," kata Mata Senja lagi. Rajawali diam saja, menggigil ketakutan. Takut, bahwa memang benar keputusan masuk surga ini adalah kesalahan semata. "Duhai malaikat yang terhormat, apa yang dilakukan penjahat ini hingga bisa masuk surga, cepat katakan, jangan berbuat kesalahan, orang semacam dia seharusnya mendapatkan balasan yang setimpal, dan merangkak di neraka," kata Mata Senja. "Baik," kata sang malaikat. "Cepat, katakan," ujar Mata Senja tak sabar. "Dia menghabiskan sisa hidupnya untuk menyesali kesalahannya, lalu dia selalu mendoakan Amelia Pusparini, untuk mendapatkan tempat terindah di surga," kata malaikat. "Oh..." Mata Senja terkulai lemas. Dimatikan ponsel surgawi itu, setelah sebelumnya berterima kasih pada sang malaikat. Dipandanginya Rajawali yang diam terpaku. "Aku tak mau membahasnya sekarang, sampai ketemu di lain waktu," katanya. "Masih marahkah kamu, ini di surga, kurang apa lagi," kata Rajawali. "Aku akan cari pengacara, aku tahu jatahmu di neraka..." ujarnya menaiki mobilnya, lalu memerintahkam mobil merah menyala itu meninggalkan tempat itu. "Dasar perempuan, tetap saja tak punya otak, hahaha...." ujar Rajawali, sambil menghampiri para bidadari di sekelilingnya. Jakarta, 13 Juli 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment