Thursday, June 28, 2012

Nasibmu, Toko Buku Lama

SKETSA
Ketika masih kuliah di Solo ada sebuah toko buku lama, sebut saja BL. BL ini tempat favorit bagi mahasiswa karena menyediakan buku-buku kuliah komplit. Selain itu, juga menyediakan buku-buku sastra yang bagus-bagus.
Sepulang dari Jawa Timur, turun dari kereta ekonomi di Stasiun Purwosari Solo, aku membawa puteriku ke toko buku itu, karena anakku yang lain minta dibelikan majalah Donal Duck. Tetapi sebetulnya aku sungguh kecewa. Pertama, aku kecewa karena di toko buku favoritku itu tidak menjual majalah yang aku butuhkan u tuk oleh-oleh anakku Mikail. Dan kedua, yang benar-benar membuatku sedih, toko buku itu telah berubah total.
Rak-rak yang berjajar rapi yang dulu penuh buku-buku bagus, telah kosong. Sebuah rak yang menjadi favoritku, bertulis Psikologi, nyaris tanpa buku, hanya beberapa buku lama berdebu yang tertumpuk asal.
Lalu aku menyusuri rak lain, yang rata-rata sudah kosong, dan hanya menemukan buku-buku lama yang sudah jelek, penuh debu dan mumgkin tak pernah disentuh siapapun. Rak dengan tulisan Hukum, Akuntansi, Tata Negara, Bahasa Inggris, semua sudah kosong.
Aku jadi ingat film You have got mail. Film yang diperankan oleh Meg Ryan dan Tom Hank. Dikisahkan si Tom akan membuka sebuah toko buku besar yang modern. Toko buku itu menjadi ancaman bagi toko buku model lama tempat Meg bekerja.
Ketakutan Meg, bukan hanya karena akan kalah bersaing dengan toko buku baru itu. Lebih dari itu, di toko bukunya, setiap penjaga tahu pasti letak buku-buku itu berada, bahkan pembeli tinggal menyebutkan judul dan inti cerita pelayan akan membawakan buku yang diinginkannya.
"Saya ingin buku tentang puteri salju dengan 7 kurcacinya," begitu kata seorang anak.
Lalu seorang pelayan, membawa anak itu menyusuri rak dan mengantarkannya pada deretan buku cerita untuk menemukan buku yang diinginkannya, sambil menceritakan garis besar buku yang diinginkannya itu.
Namun ketika Meg, masuk ke toko buku modern milik Tom, dia disambut deretan rak yang menjual barang-barang stationery yang mahal-mahal. Kemudian dia menuju lantai dua dan di ruangan yang sangat luas itu berjajar buku-buku baru yang ditata dengan apik. Lalu dia mendekati seorang pelayan dan menanyakan judul sebuah buku, pelayan berpakaian rapi itu membuka komputer mencari judul buku itu dan hanya menunjukkan letak raknya.
Begitu juga toko buku BL di Solo ini, ketika masuk aku langsung mencari rak Psikologi untuk mencari buku Kesehatan Mental, titipan teman, tetapi aku tak menemukan. Ternyata penjaga toko, yang juga berjaga di situ 17 tahun silam, tahu apa yg kucari, buku psikologi. Lalu dia berkata :
"Buku Psikologi dipindah disini, Mbak," katanya menunjuk sebuah rak di sebelah muka.
"Buku Kesehatan Mental, ada Mas?" tanyaku.
Dengan cepat dia mencarikan aku buku itu. Sayangnya tak ada buku yang aku inginkan. Yang ada hanya buku dengan judul sama, tetapi pengarangnya berbeda. Akhirnya aku batalkan. Lalu aku membolak-balik buku karya sastra, dan menemukan dua novel karya Maxim Gorky, cetakan lama, berjudul Pemogokan dan Pecundang.
Lalu aku bayar. Penjaga toko yang ramah itu memberi korting dan membungkusnya. Aku menggandeng puteriku meninggalkan toko dengan perasaan entah. Toko buku kesayangan tinggal menunggu bangkrut. Segalanya harus berubah, segalanya hanya menjadi kenangan.
Ambarawa, 25 Juni 2012

No comments:

Post a Comment