Showing posts with label RAHASIA SEDEKAH. Show all posts
Showing posts with label RAHASIA SEDEKAH. Show all posts

Monday, July 9, 2012

RAHASIA SEDEKAH : Ibu Janda Yang Bersedekah Rp. 1 Juta


RAHASIA SEDEKAH : Ibu Janda Yang Bersedekah Rp. 1 Juta
Seorang ibu berusia 59 tahun bernama Hastuti di Jati Asih Bekasi saat itu sedang gamang. Ia tengah berdiri di sebuah konter bank setelah menarik dana sebesar 1 juta rupiah dari Teller. Rasa sedih menghinggapinya lagi. Hampir saja ia menangis meratapi jumlah saldo tabungannya yang kini tersisa 7 juta sekian.

Bukan masalah duit yang tersisa yang sebenarnya yang membuat ia hampir menangis. Namun, sungguh saldo itu semakin jauh saja dari Biaya Setoran Haji yang berjumlah 28 juta.

Sudah berkali-kali ia mencoba menyisihkan uang yang ia miliki untuk dapat berhaji. Namun sudah berulang kali angka saldo itu tidak pernah lebih dari Rp 8 juta. Setiap kali sampai angka tersebut, selalu ada saja keperluan mendesak yang harus ia tutupi. Jadi, saldo di tabungan bukannya makin bertambah, yang ada selalu kurang dan berkurang. Semalam Hastuti tak kuasa menahan gundahnya. Ia laporkan kegalauannya kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dalam doa & munajat.

Seolah mendapat ilham dari Allah, paginya ia menarik dana sebesar 1 juta. Kali ini dana yang ia tarik bukan untuk keperluannya pribadi, namun uang sejumlah itu akan ia infakkan kepada anak-anak yatim yang berada di lingkungannya.

Sejak pagi, ibu Hastuti sudah keluar dari rumah. Menjelang sore, baru ia kembali setelah mengambil uang di bank dan kemudian membagikannya kepada anak-anak yatim di sekitar.

Ia tiba di rumah pada pukul setengah empat sore. Ia langsung menuju kamar. Usai ganti baju dan shalat Ashar, ia panggil pembantunya yang bernama Ijah untuk membuatkan secangkir teh.

Ijah pun datang dan membawakan teh untuk sang Majikan. Dalam rumah seluas 200 meter itu, hanya mereka berdua yang mendiami. Ibu Hastuti adalah seorang perempuan yang sudah belasan tahun menjanda. Ia memilik 3 orang putra dan 2 putri. Kini semuanya telah berkeluarga dan meninggalkan rumah. Ibu Hastuti tinggal sendiri bersama Ijah dalam masa tuanya. Hal ini mungkin adalah sebuah potret lumrah masyarakat modern Indonesia zaman sekarang.

Saat Ijah datang membawa teh pesanan majikannya. Setelah meletakkan cangkir teh di meja, Ijah mendekat ke arah majikannya untuk memyampaikan sebuah berita.

"Bu..., tadi saat ibu pergi, den Bagus datang kira-kira jam 9. Ia tadinya mencari ibu, tapi karena ibu gak ada di rumah, ia nulis surat dan nitipkan sebuah amplop cokelat."

Ibu Hastuti pun kemudian mengatakan, "Oalah... Kok nggak bilang-bilang kalau mau datang. Aku khan juga kangen. Sudah lama gak ketemu. Ayo, mana Jah suratnya. Mungkin dia juga kesel sudah datang jauh-jauh tapi gak ketemu dengan bundanya."

Ijah pun masuk kembali untuk mengambil surat den Bagus dan amplop yang dititipkan. Amplop cokelat itu seperti berisikan sejumlah uang. Bentuknya pun tebal. Apalagi dalam amplop tersebut bertuliskan logo sebuah bank. Namun hasrat untuk membuka amplop itupun ditahan oleh Bu Hastuti. Tangannya kemudian bergerak ke selembar kertas yang disebut sebagai surat oleh Ijah.

Bu Hastuti mulai membacanya. Diawali dengan basmalah dan salam, surat itu dibuka. Tak lupa ucapan dan doa kesehatan untuk bunda dari anak-anaknya.

Tak lebih dari 2 menit, surat itu telah selesai dibaca oleh ibu Hastuti. Namun dalam masa yang singkat itu, air mata membanjiri kedua matanya, mengalir deras menetesi pipi dan beberapa bulir terlihat jatuh di surat yang ia pegang. Kemudian ia pun mengintip uang yang berada dalam amplop cokelat itu. Kemudian ia berucap kata "Subhanallah!" berulang-ulang seraya memanjatkan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan atas anugerah yang tiada terkira.

Seusai mengontrol hatinya, ia segera menelpon Bagus, anak pertamanya. Saat nada sambung terdengar, ia menarik nafas yang dalam. Begitu tersambung, bu Hastuti langsung mengucapkan salam dan mengatakan,

"Terima kasih ya Nak... Subhanallah, padahal baru semalam ibu berdoa mengadu kepada Allah kepingin berhaji, tapi ibu malu mau cerita kepada kalian semua. Takut ngerepotin... Eh, kok malah pagi-pagi kalian semua sudah nganterin duit sebanyak itu. Makasih ya, Nak... Nanti ibu juga mau telponin adik-adikmu yang lain. Semoga murah rezeki dan tambah berkah!"

Di seberang sana, Bagus putra pertamanya berkata, "Sama-sama bu... Itu hanya kebetulan kok. Beberapa hari lalu, saya ajak adik-adik untuk rembugan supaya dapat menghajikan ibu. Kebetulan kami semua lagi diberi kelapangan, maka Alhamdulillah uang itu dapat terkumpul. Mudah-mudahan ibu bisa berhaji selekas mungkin...."

Nada suara Bagus terdengar ceria oleh ibunya. Seceria hati Hastuti kini. Sudah lama ia bersabar untuk dapat berhaji ke Baitullah.

Alhamdulillah setelah penantian sekian lama, Allah lapangkan jalan bu Hastuti untuk datang ke rumah-Nya dengan begitu mudah. Dengan dana Rp 30 juta dari anak-anaknya, niat untuk berhaji pun ia wujudkan pada tahun 2004. Walillahil Hamd!

( Oleh : Bobby Herwibowo )

RAHASIA SEDEKAH : Pertolongan Sedekah 500 Perak

RAHASIA SEDEKAH : Pertolongan Sedekah 500 Perak
Mungkin kita gak nyadar kalo hanya dengan sedekah 500 perak, ternyata kita bisa jadi beruntung seharian. Kenapa? Ini pengalaman saya. Biasanya orang kan kalo mau sedekah suka pertimbangan sana-sini, misalnya sedekah 10.000, 5.000, atau 1.000 ya? Kalo 10.000, lumayan buat beli makan siang. Kalo 5.000, lumayan buat ongkos sebalik. Kalo 1.000, lumayan buat beli es nong-nong atau keripik di bungkus kecil (pelit.com yah!). Akhirnya, 500 perak lah yang kita ikhlas berikan kepada pengemis, amal di mesjid, dan atau pengamen. Judulnya, yang penting ikhlas walau hanya dengan 500 perak. Ikhlas menurut saya nih, bila hati berkata kasih aja tuh duit, yah kasih tanpa berpikir ini-itu, takut keburu hilang niat baiknya.

Nah, kemarin saya ketemu pengemis tua di depan stasiun. Saya lihat dia, langsung merasa kasihan dan langsung kasih 500 perak. Saya gak berpikir saya bakal dapat apa yah setelah ngasih tuh bapak? Karena cuma 500 perak, malu saya mengharap sesuatu yang bahkan sedikit dari Allah dengan pemberian yang sangat kecil itu. Saya langsung berlalu dan menuju peron tuk menunggu kereta. Seperti biasa, saya gak dapat tempat duduk, dan di depan saya duduklah seorang ibu dengan anaknya yang masih balita. Anaknya menangis sambil teriak gitu, pekak telinga ini mendengarnya, mana AC-nya dingin banget lagi dan saya gak bawa jaket. Saya pengen pindah tapi males karena udah pw alias posisi wuenak dengan posisi diri saya he..he.. Lengkaplah penderitaan saya (saya yang buat sih!).

Keberuntungan datang karena di sebelah saya ada orang yang baca koran dan beritanya menarik sehingga saya jadi nimbrung baca. Dan dari berita itula saya mendapat ide tuk menuliskannya di Kompasiana judulnya “Guru, Kenapa Engkau Mencuri”, dan ternyata respon kompasioner cukup banyak, mengalahkan respon postingan saya sebelumnya. Keberuntungan yang lain yaitu: seharian saya ketemu orang yang ramah dan baik. Setiap keinginan-keinginan kecil saya dikabulkan oleh Allah, seperti ketika pulang saya ingin kereta cepet datang sehingga saya cepet sampe rumah, kemudian bisa mandi dan sholat di rumah. Karena sebelumnya, saya selalu sholat di mesjid stasiun dan sampe rumah 15 menit setelah adzan Isya. Eh, tiba-tiba si petugas kereta bilang kereta akan datang. Seneng banget dong, walau penuh tuh kereta, yang penting pulang cepet. Baru 10 menit di kereta, seorang bapak menyodorkan tempat duduk, biasanya gak ada tuh yang kasih tempat duduk dengan banyaknya penumpang di gerbong itu.

Beberapa menit kemudian hujan, saya gak mau kehujanan. Eh, ternyata sampe stasiun Depok Baru, hujan berhenti. Seneng lagi hati saya. Angkot yang saya tumpangi hanya satu penumpangnya yaitu saya sendiri. Saya was-was, ah pasti ngetemnya lama. Eh, gak taunya si sopir mau ngetem gak bisa karena ada polisi. Karena kasihan sama tuh sopir dan saya gak mau jadi satu-satunya penumpang, maka dalam hati saya minta sama Allah, “Ada kek penumpang kira-kira 5 orang.” Eh, beberapa menit kemudian, ada penumpang 3 orang. Sama saya berarti jadi 4 dong. Yah lumayan! Beberapa menit kemudian ada 1 penumpang masuk, berarti pas jadi 5 penumpang! Ketika sampai ke jalan menuju rumah saya, saya lihat jalanan becek banget, dan rintik-rintik hujan mulai menyergap. Saya gak mau kehujanan. Seperti biasa saya naik ojek. Dan setelah saya sampai rumah, hujan langsung menyergap kawasan sekitar saya, dan mungkin kawasan yang lain juga hujan. Saya bersyukur banget, ternyata keinginan-keinginan kecil saya terkabul ole Allah hanya gara-gara sedekah 500 perak.

(oleh: Mariska Shinta )

RAHASIA SEDEKAH : Si Gembel yang Luar Biasa

RAHASIA SEDEKAH : Si Gembel yang Luar Biasa
Allah benar-benar memberi saya sebaik-baik pengalaman hari ini. Pengalaman yang luar biasa sekaligus bikin miris hati.

Sosok itu jelas di mata saya. Seorang pria kumal bin dekil dengan rambut gimbal dan kulit hitam yang sedang clingak-clinguk. Setiap orang yang pertama kali melihatnya pasti akan bilang dia orang gila. Karena memang seperti itu tampilannya. Tapi kenapa beliau ke masjid? Emang beliau mau ngapain?

Sambil memakai mukena pelan-pelan saya fokuskan mata dan pikiran saya ke sosok menarik ini. Tiba-tiba beliau menggulung kedua celana panjang hitam bercampur coklat lumpur dan debunya, lalu berdiri seperti menunggu.

Oh..rupanya beliau mau ke kamar mandi. Tapi kenapa nunggu? Betul kamar mandi untuk prianya sedang ada yang pakai, tapi kamar mandi untuk wanitanya kan kosong? Kalau beliau kurang waras pasti beliau bisa dong main nyelonong aja ke situ? Berarti beliau tau kalau kamar mandi satunya untuk wanita dan beliau tidak berhak di situ?

Ngga lama kemudian bliau keluar dan segera ke tempat wudhu. Mau ngapain beliau? Oh..mungkin mau membasuh muka, rambut, dan tangannya saja. Saya ngga sempat perhatikan sampai selesai karena iqomat sudah berbunyi.

Saya pun menyempurnakan sholat Dhuhur hingga akhir. Begitu berdiri dan balik badan (adalah kebiasaan saya melipat mukena sambil berdiri…), kagetlah saya karena beliau si kumal itu sedang duduk attahiyyat akhir di teras masjid sambil menggerakkan ibu jarinya di tiap ruas jari yang lain.

Subhanallah… saya bener2 bengong. Antara pikiran dan hati saya langsung ngga nyambung. Pikiran saya ‘menolak’ kenyataan beliau sholat karena pakaian beliau yang menurut saya ngga sah untuk sholat. Tapi hati saya benar2 terenyuh sekaligus bangga.

Saya pun merapikan mukena masjid dan bersiap memakai kaos kaki. Begitu mau keluar pintu masjid, nampak beliau keluar gerbang masjid sambil menunjuk kotak infaq di belakang suami saya yang tersenyum.

Saya menebak apa yang sedang terjadi. Akhirnya saya menyusul suami keluar dan melewati beliau yang sudah duduk di samping luar masjid. “Yah, orang itu tadi sholat ya?”. “Iya. Terus tadi ayah kasih uang juga ngga mau. Malah nunjuk ke kotak infaq.” Allahu Akbar…benar tebakan saya. Beliau si kumal itu masih bisa menolak uang dan bahkan mengarahkan suami untuk memasukannya ke kotak infaq.

Tiga hal tadi sudah bisa membuat saya sangat kacau. Saya bangga. Tapi ngga lama kemudian saya berbisik, “Robb…beliau sudah berbuat hebat seperti itu. Tapi adakah perhatian dari orang2 sekitar? Dari tadi hamba lihat wanita berkerudung panjang berseliweran. Pria-pria berjenggot lagi bersih juga hilir mudik.

Dan bukankah beberapa meter dari masjid ini ada komplek perumahan tempat tinggal walikota dari partai dakwah, daiyah terkenal, dan seorang pengusaha muslim beraset miliaran? Apakah beliau ini luput dari penglihatan mereka? Atau memang beliau sudah didekati tapi tidak mau?”. Saya sibuk menerka sendiri dengan tetap mengutamakan khusnuzhon.

Saya dan suami pun menuju motor sambil terdiam. Saya merasa linglung. Secara logika saya ngga terima. Tapi dengan imanlah akhirnya saya bisa memahami. Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.

Apa yang saya lihat hari ini tidak kalah berharga dengan kisah-kisah hebat para Nabi dan Sahabat yang pernah saya baca. Dan saya, berjuta kali lebih menghormati beliau ketimbang orang-orang berilmu dengan deretan titel haji, doktor, profesor, dan sebagainya, tapi masih sanggup korupsi, sanggup menipu dan merampok hak orang bahkan rakyat, dan sanggup berbuat nista lainnya.

(Oleh : Ruhana Taqiyya )

Sunday, July 8, 2012

RAHASIA SEDEKAH : Mukjizat bersedekah untuk orang tua

RAHASIA SEDEKAH : Mukjizat bersedekah untuk orang tua
Saya hanya mau berbagi cerita sedikit, sesuai judul diatas, entah ini dianggap suatu mukjizat ataukah hanya saya yang terlalu berlebihan, tapi saya rasa maksud saya baik dan mudah mudahan kisah yang tidak seberapa bagus ini bisa menjadi inspirasi bagi sebagian orang yang membacanya.

Saya hanyalah orang biasa, dengan penghasilan yang biasa biasa saja pula, tidak kurang dan tidak juga berlebihan, cukuplah untuk kehidupan sehari hari untuk mencukupi kebuthan saya, anak dan istri saya. Apabila melihat judul diatas mungkin ada yang bertanya..“berapa sih yang sudah elu keluarin buat orang tua lu..sehingga elu menganggap telah mendapat suatu mukjizat…?” sekali lagi dengan status saya yang hanya orang biasa biasa saja dan dengan penghasilan yang biasa biasa pula, tentulah tidak banyak yang bisa saya berikan, dan juga tidak rutin juga saya bisa membantu mereka, bisa saya katakan, menurut saya pemberian saya masihlah sangat sedikit dibandingkan jasa jasa mereka kepada saya selama ini…teramatlah sedikit…(saya jadi berkaca-kaca ketika menuliskan kalimat tadi)

Sekilas tentang Orang tua saya (Papa) adalah pensiunan pegawai negeri biasa, mama adalah ibu rumah tangga biasa. Kehidupan mereka saya nilai adalah termasuk orang-orang yang “lurus”, boleh saya katakan, mereka terutama papa..jauh dari apa yang dinamakan KORUPSI…Kalau saya nilai kehidupan mereka dihari tua ini disaat masa masa pensiun…yahh biasa dikatakan cukuplah…mereka tidak pernah meminta uang dari kami anak anaknya, karena memang masih cukup gaji pensiun papa untuk hidup sehari hari mereka berdua. Tetapi selaku anak, sudah sepantasnya kami membantu orang tua, yah walaupun jumlahnya sedikit dan tidak seberapa, tetapi ada rasa kepuasan sendiri bisa “ngasi sesuatu” buat orang yang selama ini sudah berjibaku membesarkan saya sampai bisa seperti sekarang ini.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, tidak banyak yang bisa saya berikan untuk orang tua, hanya sekedar “buat beli pulsa” hanya itu yang bisa rutin saya berikan..sesekalilah kalau ada rejeki lebih saya bisa kasih berwujud uang…tapi yang sering dan lumayan rutin..ya beliin pulsa itu... Entahlah ini dianggap kategori sedekah atau bukan..yang penting saya hanya ingin memberikan sesuatu..ya sementara yang bisa baru itu…(mudah mudahan ALLAH memberikan rejeki yang lebih banyak lagi sehingga bukan cuma pulsa yang bisa saya berikan..mungkin beliin mobil kali hehehe…aminn..)

Tapi disinilah keanehan dan kemukjizatannya….Saya perhatikan..saya amati, dengan kondisi keuangan saya yang teramat biasa ini..tentulah saya sering punya masalah keuangan, tidak jarang saya “merasa” kekurangan uang..bahkan juga bukan hanya merasa kekurangan..tapi memang BENAR BENAR kekurangan uang…ada suatu fenomena yang saya amati, biasalah masalah kurang uang itu selalu muncul di “akhir bulan” masalah yang klasik dan dialami sebagian besar orang tetapi mungkin kadarnya berbeda beda, entah karena kebetulan atau memang itu benar mukjizat sedekah…seluruh masalah keuangan itu seolah sirna setelah saya ‘memberi” sesuatu kepada orang tua saya. Beragam masalah yang pernah saya alami, pernah saya benar benar “mengirit” uang, karena memang sudah benar benar hampir habis, saya umpamakan saja, uang saya tinggal 100 ribu, padahal ini masih tanggal 15an, masih ada sekitar 15 hari lagi menuju gajian, dengan uang sejumlah itu, kira kira lumayan beratlah saya harus mengatur pengeluaran untuk makan dan untuk yang lain lainnya..padahal kebetulan saya tinggal di daerah yang biaya hidupnya sangat mahal, beda lumayan jauh dengan biaya hidup di Tanah Jawa. Dari uang 100 ribu itu tetap saya sisihkan 50 ribu buat “ngisiin pulsa” orang tua saya, karena saya sudah berjanji..buat berusaha ngasih sesuatu ke orang tua saya tiap bulan, apalah bentuknya walaupun sedikit jumlahnya. Syukur Alhamdulillah, rejeki itu selalu ada dan masalah keuangan itu selalu sirna tiap kali selesai saya memberi kepada orang tua.

Bukan hanya masalah keuangan, masalah masalah kantor, keluargapun juga demikian..walaupun yang paling sering adalah masalah keuangan, semua selalu hilang, sirna, dengan kata lain terbantu, seolah ada tangan ajaib yang misterius yang selalu membantu saya tiap kali saya selesai memberi sesuatu kepada orang tua, walaupun itu hanya berwujud pulsa sebesar 50 ribu rupiah..!!

Jadi kalau menurut saya, bersedekah atau memberi sesuatu kepada orang tua itu sangatlah besar manfaatnya, saya merasa langsung dan selalu diberikan pertolongan dari ALLAH SWT tiap kali saya selesai bersedekah kepada orang tua baik apapun itu bentuk masalahnya, sehingga saudara saudara, jangan lah bosan berbuat kebajikan, dan bersedekah, saya disini memang bukan orang alim, dan tidak bermaksud sok menasehati, tetapi kekuatan memberi (the power of giving) itu benar adanya, dan perhatikan apa yang terjadi setelah engkau memberi. Mungkin sebagian dari orang tuamu ada yang sudah kaya ataupun berkecukupan dan rasanya tidak memerlukan bantuanmu apalagi hanya untuk sekedar buat membeli pulsa seperti yang sudah saya lakukan, mungkin wujudnya bisa diganti dengan yang lain atau bisa juga engkau alihkan memberi kepada orang yang lebih pantas menerimanya, tengoklah kesekeliling masih banyak orang yang memerlukan bantuan kita, bila lingkungan keluarga kita sendiri kita rasa sudah cukup dan tidak memerlukan pertolongan, segeralah alihkan tujuan ke orang lain, fakir miskin dan anak yatim yang pasti mempunyai masalah keuangan. Bantulah mereka walaupun sedikit, dan janagnlah berkecil hati jika merasa pemberian mu sedikit.

Bagi kawan kawan yang selama ini sudah berjuang matia matian buat membantu kedua orang tua, saya ucapkan selamat kepada anda, karena anda tinggal menunggu saja apa mukjizat dari Tuhan yang akan anda dapatkan, dan tidak usah diragukan lagi, pastilah itu karunia yang sangat baik. Dan bagi yang barangkali ada mempunyai persoalan, baik itu masalah keuangan, masalah keluarga, ataupun masalah menderita penyakit dan lain sebagainya, bisa dicoba seperti apa yang saya tuliskan di artikel ini, mungkin tidak harus dengan membelikan pulsa HP untuk orang tua, bisa dalam bentuk yang lain, atau kalau memang uang benar benar terbatas, cobalah diupayakan barang sedikiiiit saja untuk memberi kepada orang tua, masa sih bener2 ngga ada duit buat ngasih ortu..? Dan bagi yang punya uang lebih, ya kasihlah yang lebih banyak..jangan ngikutin saya yang cuma bisa beliin pulsa HP, saya berbuat ini karena kebetulan uang saya sedikit dan terbatas hehehe.…mungkin kalau rejeki saya banyak, jangankan pulsa, Rumah dan mobilpun saya kasihkan deh pasti…amin

Semoga tulisan ini bermanfaat dan tidak ada maksud jelek didalam penulisan artikel ini, intinya hanya menceritakan pengalaman pribadi dan mengajak untuk bersama sama berbuat baik.

( Oleh : Chandra Wirabhakti )

RAHASIA SEDEKAH : Yakin 1 Dibalas 10

RAHASIA SEDEKAH : Yakin 1 Dibalas 10
Inilah buah dari kesabaran itu. Memulai usaha dari emperan jalan, kini usahanya menjadi kebanggaan dan andalan keluarga. Ketika ditanya apa rahasia suksesnya itu, AISYAH, pemilik Warung Pecel Pincuk Suroboyo itu hanya menjawab: shadaqah.
---

Saya tak bisa membayangkan, bagaimana seandainya hidup yang sementara ini tidak ada kamus shadaqahnya. Pasti hidup tak karuan. Saya sangat percaya itu. Karena infak dan shadaqahlah yang membuat saya seperti saat ini. Bukan harta berkurang, tetapi semakin tambah berlipat-lipat. Seolah-olah rezeki datang dari berbagai penjuru, sebagaimana janji-Nya.

Saya masih ingat betul saat pertama kali merintis usaha ini. Jatuh bangun saya rasakan. Sekitar tahun 1998, ketika krisis ekonomi melanda negeri ini, saya mencoba mengawali usaha. Dengan kesungguhan, sedikit demi sedikit saya mencoba mempertahankannya. Dan alhamdulillah, usaha itu terus berkembang hingga sekarang. Yang membuat saya semakin bersyukur adalah usaha berkembang di luar perhitungan. Karena kondisi ekonomi saat itu lagi sulit. Banyak usaha serupa gulung tikar.

Dan saya yakin, Allah telah membuatnya demikian. Saya mencoba menata niat kalau usaha ini tidak saya hitung secara bisnis. Tapi, saya lebih berharap barakah Allah dari apa yang saya geluti. Meskipun Allah telah menguji saya dengan kelapangan harta, namun saya selalu merasa was-was kalau harta yang saya terima ini tidak bermanfaat, apalagi membawa mudharat. Berapapun jumlah rezeki tidak ada gunanya kalau tidak kita bagi dengan saudara-saudara kita yang memerlukan.

Kekuatan Shadaqah

Ternyata, manfaat dari kebiasaan bershadaqah itu luar biasa. Yakinlah, Allah pasti akan menolong kita jika kita mau menolong-Nya. Dan Dia tidak akan pernah ingkar janji itu. Mungkin kejadian ini bisa dijadikan contoh. Suatu kali, anak saya mengalami sakit yang tidak sembuh-sembuh. Berbagai macam obat dan dokter saya datangi. Tetapi tak membuahkan hasil apa-apa. Karena kebiasaan berbagi itulah yang saya jadikan solusi.

Tanpa pikir panjang, uang yang seharusnya untuk beli obat saya pakai membeli sekarung beras. Beras itu saya berikan kepada keluarga yatim dan miskin di sekitar rumah. Dan apa yang terjadi. Di luar perhitungan sebelumnya, sakit anak saya berangsur-angsur mulai membaik. Keajaiban shadaqah itu benar-benar saya alami.

Saya tak tahu mengapa seperti itu. Hanya saja, setiap kali saya tak shadaqah, rasanya ada yang kurang. Perasaan was-was, gelisah, dan pusing langsung menyergap saya. Sehari saja tidak shadaqah, badan terasa sakit semua. Mungkin dengan cara begitu Allah menegur saya.

Kepada anak-anak yatim, tukang sapu jalanan, dan dhuafa lainnya saya berbagi. Pikir saya, betapa susahnya mereka, hidup serba kekurangan dan dengan segala keterbatasan. Saya juga mencoba membesarkan lima TK binaan dan sebuah yayasan pemberdayaan umat. Terus, bagaimana seandainya kita yang punya kelebihan tidak mau peduli pada mereka? Betapa sayangnya, orang berpunya tapi kikir dengan hartanya. Padahal, di setiap harta yang dimiliki ada haknya orang-orang yang tak berpunya.

Tradisi Keluarga

Bila dirunut ceritanya, kebiasaan zakat, shadaqah, dan infak adalah kebiasaan keluarga. Orang tua saya (H. ABU ALI-Hj. PANCAR) sedari kecil membiasakan anak-anaknya untuk melakukannya. Mereka memberi contoh kepada anak-anaknya dengan menyantuni fakir miskin. Seringnya melihat kebiasaan itu, membuat kami menjadi terbiasa.

Nah, contoh itu pula yang saya tularkan kepada anak-anak. Selain mengajak mereka untuk langsung datang ke orang yang kita santuni, mereka saya sarankan untuk punya teman asuh. Tujuannya, agar mereka bisa saling membantu. Dengan cara-cara seperti itulah saya coba memanfaatkan apa yang saya miliki. Dengan banyaknya manfaat dari shadaqah yang saya rasakan itulah saya menyebutnya sebagai ’kaya dengan kecepatan’.

( Oleh : Hj AISYAH - Pemilik Warung Pecel Pincuk Suroboyo

SEDEKAH RAHASIA : Sedekah Menolak Bala

SEDEKAH RAHASIA : Sedekah Menolak Bala
Apa yang ada dibenak Saudara jika melihat gambar seperti ini? Si korban adalah anak kelas dua SMA (masih di bawah umur), kejadian terjadi pada subuh hari sewaktu si anak membantu orangtuanya yang berjualan gorengan di pasar, juga si anak terseret sejauh sepuluh meter dari tempat awal kejadian tabrakan. Pertanyaannya yang mungkin timbul dalam benak kita adalah PASTI sudah meninggal tuh korban yang tertabrak mobil tersebut, atau pun juga mungkin cacat atau patah tulang tuh si korban.

berbincangan dengan orangtua korban melahirkan suatu ketakjuman terhadap benarnya para ustadz dan da’i serta orang-orang tua yang mengatakan bahwa sedekah dapat menolak bala atau pun jika sudah tertulis pada takdir hidupnya, cobaan tersebut tidak terlalu berat bagi orang tersebut. Sebagai contoh jika takdirnya adalah jatuh dari sesuatu tempat yang tinggi, maka dia tetap jatuh, tetapi karena dia sering bersedekah walaupun dengan nilai rupiah yang kecil, maka jatuhnya adalah dari tempat tidur dan hanya menderita sakit sedikit.

Orangtua anak tersebut mengkisahkan bahwasanya anak mereka mengalami lima hari tidak sadarkan diri di rumah sakit dan sewaktu terjadi perbincangan ini, ternyata anak itu kelihatan sehat wal afiat tidak kekurangan suatu apa pun hanya masih ada sakit di sebelah belakang tubuhnya, tetapi dia sudah bisa belajar dan mengikuti kegiatan sekolah seperti biasanya.

Selain itu, keluarga mereka juga memperoleh uang perdamaian sebanyak lima belas juta, dan biaya pengobatan yang telah mereka keluarkan sebanyak delapan juta, sehingga masih ada sisa uang yang cukup untuk kebutuhan keluarga mereka.

Orangtua anak tersebut pun juga mengkisahkan bahwa mereka sering bersedekah semenjak tiga puluh lima tahun yang lalu pada awal mereka jualan gorengan di pasar.

Penulis membayangkan, cobaan musibah yang menimpa keluarga mereka ada pelajaran yang dapat diambil, yakni mereka masih memperoleh nikmat berupa masih adanya sisa dari uang perdamaian dan anak mereka ternyata masih dalam keadaan sehat wal afiat tidak kurang satu apa pun juga.

Pelajaran tersebut adalah, walaupun mereka serba pas-pasan dengan berjualan gorengan di pasar, tetapi takdir telah mengatakan bahwa anaknya harus tertabrak mobil, dan mungkin juga dengan sedekah keluarga mereka, maka bala atau pun musibah tersebut tidak membawa begitu banyak penderitaan bagi keluarga mereka.

( Oleh : Abdul Affandi )

RAHASIA SEDEKAH : Tukang Bubur Naik Haji

RAHASIA SEDEKAH : Tukang Bubur Naik Haji
MAAF GAMBAR POSTINGNYA SEPERTI SINETRON YANG ADA DI SALAH SATU TV SWASTA YANG MENCERITAKAN ORANG SUKSES PENJUAL BUBUR NAIK HAJI.
berikut ceritanya :

Ini kisah nyata Sulam, seorang penjual bubur, yang ingin memberangkatkan emaknya pergi haji. Orang lain, termasuk istrinya, mengingatkan Sulam, haji itu bagi yang mampu. Sementara penghasilan tukang bubur itu paling buat makan sehari-hari. Jadi, dari mana uang untuk berangkat haji. ”Insya Allah, Mak. Sulam mohon doa Emak. Kalau doa Emak makbul, Emak pasti naik haji,” janji Sulam.

Didorong keinginan yang kuat untuk memberangkatkan haji Emaknya, Sulam bekerja keras. Tidak lupa, ia menyisihkan sebagian penghasilan di bank. Melihat keinginannya pergi haji, seorang temannya menempel nama Bubur Ayam H. Sulam di gerobaknya. Sulam pun bersedekah, termasuk memberi makan bubur kepada anak-anak yang tinggal di rumah yatim. Kepada pengurus yayasan rumah yatim, Sulam dan keluarganya minta didoakan pergi haji.


Seperti biasa, Sulam menyetor uang ke bank. Ketika sampai di bank, petugas memberitahukan bahwa Sulam menjadi pemenang sedan mewah. Karena Sulam bengong, si petugas mengatakan sedannya bisa dijual dan dapat digunakan untuk pergi haji. ”Berapa orang?” tanya Sulam. ”Satu RT”.


Pulang ke rumah, Emak dan istri Sulam bingung dan khawatir karena Sulam seperti orang linglung. ”Maafin Emak kalau keinginan Emak membuat Sulam jadi tidak waras.” Ketika sadar, Sulam mengatakan ia bersama emak, istri, teman, dan pengurus rumah yatim diajak pergi haji. Kali ini, gantian si Emak yang pingsan.


Kalau kita punya masalah, kalau kita punya keinginan, maka tidak ada satu pun yang bisa menolong kita, kecuali Allah. Termasuk keinginan Emak si tukang bubur dan keinginan tukang bubur. Tidak ada yang bisa menolak, kecuali Allah. Dan apa yang terjadi kalau Allah sudah berkenan menolong seseorang? Allah akan mengatur dari langit, sehingga sesuatu yang menurut orang tidak mungkin terjadi, malah terjadi.

Tentu si tukang bubur dan ibunya mendapat keberkahan dari Allah. Sebenarnya bukan tanpa sebab, tapi ada amal-amal yang mereka lakukan, yang kemudian membuat Allah mengeluarkan putusan terbaik buat mereka. Si Ibu punya niat yang sangat kuat, rindu untuk berkunjung ke Baitullah, mencium Hajar Aswad, dan menyempurnakan rukun Islam. Kemudian si anak mahabah kepada orang tua, ingin menyenangkan orang tuanya, lalu dia berusaha dan menabung sebisa dia.


Si tukang bubur percaya seseorang yang berniat baik, Allah akan menyempurnakannya. Kedua, dia berniat menabung untuk ibunya yang ber¬niat haji dan Allah kemudian menyempurnakannya. Ketiga, ia bersedekah karena sedekah bisa menghantarkan seseorang mencapai keinginannya.

RAHASIA SEDEKAH : Bersedekah di Pagi hari

RAHASIA SEDEKAH : Bersedekah di Pagi hari
Hari ini Allah mempertemukan keluarga saya dengan seseorang yang sama sekali belum pernah kami temui. Tadi pagi kurang lebih pukul 07.00 WIB rumah kami kedatangan seorang nenek2 berpakaian kurang layak, memakai kerudung/jilbab, nggak beralaskan kaki, dan membawa semacam tas. Orang yang pertama menemui nenek tersebut adalah ibu saya, kebetulan tadi ibu saya sedang berada di depan rumah dan saya sedang siap2 dikamar untuk berangkat kerja.

“Nyari siapa nek...?”, tanya ibu saya.

Lalu si nenek menjawab dengan tutur kata yang sopan dan suara lemas “Maaf bu, saya cuma mau minta sedekah...”.

“Oh silahkan duduk dulu, saya ambilkan nasi dulu ya nek? Biar nenek istirahat & makan dulu”, balas ibu saya. Sepertinya ibu saya merasa sangat kasihan melihat nenek itu.

Mendengar percakapan tersebut saya langsung keluar dari kamar, saya penasaran sebenernya siapa orang yang ada di depan rumah. “Bu, siapa nenek itu? Beliau nyariin siapa?”, tanya saya kepada ibu saat ibu sedang mengambilkan makan.

“Beliau nggak mencari siapa2 koq... Tadi cuma minta sedekah aja. Ini ibu mau beri makan dulu wong kasian kayaknya tu nenek lemes banget...”, jawab ibu.

“Astagaaa.... kasian sekali nenek itu...”, batin saya.

Akhirnya saya dan adik saya cepat2 mengikuti ibu untuk menemui nenek itu, percakapan antara ibu saya dan si nenek pun dimulai lagi, kurang lebih seperti ini :

Ibu saya : “Ini nek nasinya dimakan dulu, maaf cuma sama telur soalnya saya belum selesai masaknya”.

Si nenek : “Alhamdulillah... Terimakasih bu... Terimakasih... Saya do'akan ibu dan keluarga mendapat balasan yang setimpal”.

Kami : “Amien....”

Setelah si nenek selesai makan masih sempet ngobrol2 juga tuh sama ibu. Tapi tiba2 si nenek mengalihkan pandangannya ke arah dimana saya berdiri, “Dia siapa bu...?”, tanya si Nenek.

Lalu ibu saya menjawab “oh dia anak saya yang pertama nek...”.

Si nenek pun memberi senyum kepada saya... Seketika saya merasa melihat senyuman penuh rasa syukur dari muka si nenek... :)

Ibu saya : “Maaf nek kalo boleh tau nama nenek siapa dan nenek berasal dari mana...?”,

Si nenek : “Nama saya Rianti, saya dulu tinggal di Wonosobo... Tetapi sekarang saya hidupnya dijalan karena saya udah nggak punya siapa2 lagi”,

Ibu saya : “Loch emang keluarga nenek atau anak2 nenek dimana?terus selama dijalan gimana cara nenek untuk bertahan menjalani hidup?”,

Si nenek : “Dulu saya 3 bersaudara, tetapi kedua saudara2 saya udah meninggal karena sakit2an dan juga faktor usia. Semenjak itu saya dirawat oleh tetangga saya. Tetapi saya memutuskan untuk pergi karena saya merasa udah tua dan takut selalu merepotkan. Saya nggak mempunyai seorang anak bu, karena saya sampai saat ini belum pernah menikah sama sekali, Selama ini saya menjalani hidup dengan mengharap sedekah dari orang lain”.

Kami pun langsung terdiam mendengar cerita si nenek, kami merasa kasihan sekali. Lalu kami memberi sedekah untuk nenek itu, memang sih jumlahnya tidak banyak, tapi kami memberinya dengan ikhlas lahir dan batin...

Nggak lama kemudian si nenek berpamitan untuk pergi lagi,

Si nenek : “Saya pamitan dulu ya bu, terimakasih atas semua sedekahnya...”,

Ibu saya : “Oh iya nek sama2, tapi tunggu sebentar ya nek”,
ibu saya buru2 masuk kekamar, lalu keluar lagi dan ternyata ibu saya juga memberi beberapa pakean2 yg masih pantas pakai dan sepasang sandal jepit punya ibu buat si nenek itu.
Muka si nenek terlihat kaget ketika ibu saya memberikannya barang2 tersebut, mungkin karena si nenek nggak mengira bakal dikasih pakean dan sandal oleh ibu saya.

Si Nenek : “Sekali lagi terimakasih bu... Semoga keluarga ibu selalu diberi kemudahan dalam menjalani hidup, semoga rejekinya juga berkelimpahan, dan selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT. Pesan saya, taatlah beribadah dan banyak2lah bersedekah kepada siapapun bu, karena orang yang banyak bersedekah pasti akan mendapatkan balasan yang berlipat-lipat. Allah itu Adil. Assalamu'alaikum....”,

Kami : “Amien... Terimakasih juga atas do'a2nya nek, hati2 dijalan.. Wa'alaikumsalam...”.

Melihat keadaan si nenek sekaligus mendengarkan cerita kisah hidupnya membuat hati saya benar2 merasa harus lebih BERSYUKUR atas semua yang saya miliki selama ini... Bersyukur juga masih diberi kesempatan untuk BERBAGI... Karena BERBAGI adalah salah satu cara untuk menciptakan Kebahagiaan dalam hidup saya...


Seperti itulah kurang lebih kejadian yang saya alami di rumah tadi pagi, sungguh kejadian di luar dugaan yang luar biasa bagi saya. Karena lewat(perantara) nenek itu keluarga saya diingatkan kembali untuk banyak2 BERSEDEKAH kepada siapapun. Benar2 nggak menyangka seorang nenek yang keadaanya kurang beruntung berbicara seperti itu. Ya Allah... Mulia sekali hati nenek itu... Terimakasih karena Engkau telah mempertemukannya dengan keluarga saya...

Dengan kejadian tersebut saya kembali mendapatkan sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga dari seorang nenek yang sama sekali belum pernah saya kenal. Saya juga merasa mendapatkan “Bonus” dari nenek itu, “Bonus” tersebut berupa Do'a.

Saya anggap pelajaran yang saya dapatkan dan “Bonus” itu adalah baru sebagian balasan dari Allah, balasan atas sedekah yang udah keluarga saya berikan untuk nenek itu. Walaupun balasan tersebut nggak terlihat oleh mata/nggak berwujud sebuah barang, tetapi bagi saya nilainya malah lebih berharga dari barang apapun karena semua itu pasti bermanfaat seumur hidup.

( Oleh : Yogie Meinarsih )

RAHASIA SEDEKAH : Keajaiban Sedekah Pak Husni

RAHASIA SEDEKAH : Keajaiban Sedekah Pak Husni
Pasangan Pak Husni dan Ibu Juriyah tinggal di satu desa di kawasan perkebunan teh milik PT..Nusantara. di Cianjur. Mereka adalah pasangan suami istri dimana Pak Husni bekerja sebagai buruh tani sedangkan Ibu Juriyah bekerja sebagai guru swasta di Sekolah Dasar.

Di sekeliling tempat tinggal mereka, berdiri beberapa rumah yang rata-rata sebagai karyawan perusahaan perkebunan, sebagian ada yang berprofesi sebagai pedagang roti, bekerja di toko bangunan bahkan ada yang sebagai karyawan serta pejabat di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Keluarga Husni adalah keluarga harmonis, dia termasuk keluarga terpandang yang semua kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan baik. Mereka tidak pernah kekurangan sama sekali dalam hal sandang, pangan dan papan. Bahkan mereka juga tidak pernah terlambat dalam hal menyumbang kegiatan sosial, baik berupa kerja bakti maupun iuran sosial yang harus merogoh kantong saku sendiri.

Dalam hal semua jenis iuran sosial, keluarga Husni termasuk yang paling mendahulukan. Kondisi ini berbeda dengan para tetangga mereka yang notebane adalah orang kaya dengan aktivitas dan keuangan yang tergolong lancar dan berlebih. Tapi itulah anehnya, yang mampu-mampu justru kebanyakan absen dan tidak pernah mengisi iuran kegiatan sosial seperti pembangunan Masjid, perbaikan jalan maupun sarana umum yang lain.

Hal ini juga sama dengan tetangga lainnya yang bekerja sebagai salah satu pimpinan unit pada salah satu kantor Badan Usaha Milik Negara dengan tunjangan gaji yang bisa mencapai di atas 10 juta rupiah. Ya mungkin dalam hal pengelolaan keuangan rumah tangga tidak bisa melihat dari sisi luarnya saja. Bisa saja dengan gaji seperti itu mungkin tetap belum cukup.

Suatu saat Ibu Juriyah sedang sibuk membersihkan halaman rumahnya sedangkan Pak Husni sibuk menyiangi pohon mangganya yang sangat rimbun. Seorang nenek tua tiba-tiba datang sembari berkata pada Ibu Juriyah. "Penghuni rumah ini tidak akan kekurangan harta selama hidupnya". Nenek tua itu secara spontan mengucapkan kata-kata tersebut di depan Ibu Juriyah dan lantas ia pergi begitu saja tanpa penjelasan. Sebaliknya Ibu Juriyah sama sekali tidak mengerti maksud dan ucapan Nenek tua yang tidak dikenalnya itu.
Cerita itu bukan dongeng atau legenda, tetapi ini adalah kenyataan yang dialami keluarga Pak Husni. Bahkan Ibu Juriyah juga telah meyakinkan hal itu kepada saudaranya bahwa keluarganya selalu diberi kemudahan harta dan ketentraman berkeluarga sejak menempati rumah miliknya selam puluhah tahun. Keluarga Pak Husni memang selalu diberi keberkahan rejeki karena kebaikan-kebaikan yang selalu diberikan kepada orang lain.

Pak Husni dan Ibu Juriyah selalu menyisihkan setiap hasil panennya untuk zakat dan sedekah. Bahkan mereka tidak pernah melewatkan kesempatan untuk sedekah. Siapapapun yang datang apalagi ia sampai menyampaikan kehendak hatinya untuk meminta uang, ia langsung memberikan apapun yang mereka miliki di rumah itu tanpa banyak komentar. Tidak heran jika Pak Husni tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, makanan dan sebagainya. Hal yang sering dilakukan yang menurut tetangganya adalah menengok tetangganya yang sakit baik sakit ringan maupun sakit berat. Bahkan mereka tidak canggung untuk membawa keluarga si sakit ke rumah sakit dengan membiayai semua biaya perawatan dan pengobatannnya.

Suatu ketika Pak Husni sedang dalam perjalanan menjenguk sanak keluarganya yang berada di Wonosobo dan di Jogjakarta, tiba-tiba dia ditelpon oleh seorang tetanggannya yang bernama Mang Daim. Pada saat yang sama laki-laki itu memerlukan uang tebusan untuk menolong nyawa istrinya yang hampir tidak tertolong sehabis melahirkan. Karena Mang Daim memerlukan biaya besar untuk keperluan medis di rumah sakit swasta. Biaya yang diperlukan kurang lebhih 30 juta untuk bisa mengambil istri dan buah hatinya karena operasi cesar yang telah dilakukan oleh istri Mang Daim itu.
Akhirnya Pak Husni langsung pulang, sesampainya di rumah Pak Husni langsung menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit dia sempat kebingungan karena tidak membawa uang yang cukup untuk menebus obat dan membayar biaya perawatan istri Mang Daim. Kemudian Pak Husni bergegas pulang. Selama perjalanan dia berpikir " Dari mana uang sebesar itu ya Alloh? Gumamnya dalam hati.

Atas saran istrinya Pak Husni langsung menuju ke rumah saudara iparnya." Saya perlu uang sekarang minimal 30 juta". saudara ipatnya menyetujuinya tetapi dengan tenggang waktu yang tidak masuk akal. "Tidak boleh lebih dari 3 hari. Jika lebih dari 3 hari maka tanahmu menjadi milik saya." Kata saudara iparnya itu.

Ketika semua biaya perawatan dan pengobatan sudah terbayar, maka istri Mang Daim bisa dibawa pulang. Betapa bahagianya Mang Daim beserta keluarganya karena bisa membawa pulang istri dan buah hati mereka.
Suasana yang dirasakan Mang Daim berbeda denga suasana hati Pak Husni, "30 juta?, dari mana saya dapat mengembalikan itu dalam waktu 3 hari?, dari mana saya bisa mendapat uanh sebanyak itu? kalau tidak bisa mengembalikan berarti tanah dan sawah saya akan hilang?" Hati Pak Husni demikian gelisah.
Bi-idznillah atas kekuasaan Alloh SWT, ternyata kegelisahannya terjawab dalan waktu yang sangat cepat. Saat bangun tidur di pagi hari, dia mulai dibayangi berbagai kecemasan. Demikian juga saat siang dan sore.

Bahkan saat adzan maghrib berkumandang hatinya semakin gelisah karena waktunya untuk mengembalikan pinjaman akan segera berakhir. Dihari ketiga setelah menunaikan shalat maghrib dia berdoa "Ya Alloh, mudahkanlah segala urusan yang menyempitkan hati dan kehidupan saya. "Ya Alloh, berilah jalan yang mudah, baik dan cepat untuk menyelesaikan seluruh hutang saya" Demikian doa Pak Husni sambil menangis, dia sudah tidak ada jalan keluar lagi kecuali dicurahkannya isi hatinya kepada yang maha Hidup, uang 30 juta tidaklah mungkin datang begitu saja tanpa pertolongan Alloh SWT.

Diluar perkiraan, Alloh SWT ternyata mengabulkan doa Pak Husni dengan melapangkan berbagai kesulitan yang sedang dihadapinya. Malam itu selepas shalat isya Pak Husni Kedatangan tamu seorang saudagar kaya. Pak Husni sendiri tidak mengenali tamunya, yang dia tahu bahwa tamunya berkendaraan mobil mewah yang sangat mencolok kalau masuk kampung Pak Husni. "Kedatangan saya ini pertama silaturahmi, yang kedua saya mempunyai kelebihan uang dan silahkan bapak pakai dengan tidak usah memikirkan pengembalianya.

Saya dulu itu sebeltulnya pernah ditolong Bapak, saat itu saya tidak mempunyai tiket dalam perjalanan dari Jakarta ke jogjakarta dan berkat pertolongan Bapak saya tidak jadi diturunkan di tengah perjalanan." cerita saudagar itu. "Subhanalloh,, saya sendiri sudah lupa peristiwa itu lhoPak?" Timpal Pak Husni. "Justru saya teringat terus dengan Bapak, saya juga tidak tahu alamat bapak, tapi dengan niat tulus ingin silaturahmi ya saya cari-cari alamat bapak di Cianjur ini, berkat Alloh SWT-lah saya bisa berjumpa kembali dengan Bapak." Muka Pak Husni agak berkaca-kaca, Allloh sangatlah dekat, terutama dekat dengan orang-orang yang dekat dengan-Nya.

Setelah tamunya pulang Pak Husni langsung bergegas ke rumah saudara iparnya itu. Alangkah kagetnya setelah membuka amplop besar dari tamunya, rupanya isi amplop tidak hanya 30 juta rupiah tapi malahan 50 juta rupiah. Jumlah itu diketahui setelah Pak Husni menghitung sejumlah 30 juta untuk membayar hutang, tidak tahunya kok uangnya masih sisa begitu banyak.
Pak Husni hanya berdoa agar dapat membayar hutang sejumlah 30 juta, tapi Alloh SWT memberinya 50 juta.

RAHASIA SEDEKAH : Buah Indahnya Bersedekah

RAHASIA SEDEKAH : Buah Indahnya Bersedekah
Asallamualaikum.wr.wb.

saya adalah salah seorang yang pernah merasakan buah dan indahnya bersedekah.waktu itu saya habis mengunjungi teman yang sudah lama tak berjumpa.tepatnya di wilayah kerawang jawa barat,yang masih banyak sawah2 dan jalan pun gelap maklum wilayah pedesaan.waktu itu hujan sangat lebat dan jalan pun sangat becek/berlumpur.kira2 jam 11 malam aku menelusuri jalan di pingiran areal pesawahan.

tiba2 ada dua orang yang sedang berdiri di pematang sawah yang jauh dari tempat tinggal penduduk.aku berhenti karna di dalam hati sya berkata berhentilah dan tanyakan ada apa gerangan?aku melihat ada seorang bapa dan seorang ibu yang sedang hamil tua.aku bertanya:ada apa pa? dia mejawab ini motor saya mogok.saya bertanya lagi:memangnya kenapa pa? di menjawab:ini motor saya bensinnya habis! aku melihat ibu yang sedang hamil tua itu sangat iba.kemudian saya mempersilahkan ibu dan bapa tadi untuk menunggu.dan saya langsung bergegas mencari bensin.

Ternyata bensin sangat sulit saya dapatkan. Setelah perjalanan mencapai kira2 2KM,barulah saya dapatkan bensin itu.lalu saya kembali lagi ke tempat bapak dan ibu itu menunggu.ternyata beliau sedang menunggu2 saya.dengan hati senang mereka menuangkan bensin ke motornya yang mogok.wajah kedua orang itu sangat senang aku melihat wajanya yang selalu tersenyum gembira.aku pun sangat2 senang melihat motornya kembali hidup.berkali -kali mereka mengucapkan terimakasih kepada saya.

SELANG BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN aku mengisi bensin full/penuh mungkin 10 liter di pom bensin ,aku merasa uangku di dompet cukup.tiba2 setelah bensin di isi kedalam motorku,aku ambil dompetku di kantong celanaku.ternyata tidak ada.Betapa stress dan paniknya aku.aduh2 yang aku kira uang ku di dompet sudah aku masukan kedalam kantong celanaku,ternyata tertinggal di rumah.mana jauh lagi kira2 jarak dari rumahku ke pom bensin itu 20Km.

Ya allah bagai mana ini! sedangkan bensin sudah di isi penuh.apa aku bayar pake ktpku yah..!tapi ktpku juga ada dalam dopet ku yang tertingal di rumah.sambil berpikir ....aku memanggil nama allah,ya allah !..tolonglah hambamu yang hina ini....!selang 2menit setelah aku berdoa dalam hati.

Tiba2 ada seseorang memakai baju putih membawa mobil bertanya kepadaku? ada apa mas? aku menjawab ini ......!dompet saya ketinggalan sedang bensin sudah di isi penuh.orang itu bertanya? berapa liter? saya bilang 10 liter. lalu orang tersebut langsung membayarnya dengan uang cash. setelah membayar lalu orang itu pergi entah kemana,saya juga bingung.......!

petugas pom bensin juga pada bungung.kemana perginya orang tadi? mereka bertanya pada saya saudaranya ya,mas?............. aku bingung bercampur sedih karna gembira,senang,kagum,bingung juga.,

siapakah gerangan yang membantu saya tadi?.................selang beberapa saat saya berpikir. Massa alloh ternyata sedekah saya dulu.yang pernah saya alami.inilah kisah nyata yang saya alami.

wassallam .

( Oleh : nurdin/bks/salford.08561690315 )

RAHASIA SEDEKAH : Buah Merawat Ibu Menjelang Ajal

RAHASIA SEDEKAH : Buah Merawat Ibu Menjelang Ajal
Hari ini (Sabtu, 12 Peb 2011) saya rasakan hari yang luar biasa dalam hidup. Untuk pertama kalinya sejak sekitar satu tahun yang lalu saya baru bisa menafkahi anak isteri dari jerih payah sendiri. Bekerja. Saya genggam erat-erat uang gaji minggu ini dengan hati bergetar penuh kesyukuran pada Allah SWT. Usai sudah penantian panjang ini. Selama ini, saya bergantung hidup pada kakak yang memberi jaminan hidup karena saya tidak bekerja? Kenapa saya tidak bekerja? Dulu, sayapun bekerja, lalu atas kemauan sendiri (meski mengandung banyak konsekuensi logis) saya keluar dari tempat kerja. Apa sebabnya? Saya harus merawat ibu yang sudah tua (80 tahun), hampir buta dan sakit-sakitan.

Satu tahun lebih saya merawat ibu dalam keadaan seperti itu. Aktivitas rutin saya dimulai dari sekitar jam 2 dini hari, saat ibu bangun dan minta diantar ke kamar mandi. Setelah buang air dan wudlu, ibu saya antar lagi ke tempat tidur untuk sholat malam hingga subuh. Setelah tidur sejenak, ibu minta dibangunkan lagi untuk ke kamar mandi, wudlu dan sholat dhuha. Sementara ibu sholat dhuha, saya membuatkan bubur hangat untuk sarapan ibu. Begitu selesai sholat dhuha, secangkir teh manis hangat dan bubur hangat sudah saya siapkan. sementara ibu sarapan, saya mencuci pakaian anak, isteri dan ibu saya.

Selesai menjemur cucian, saya mengepel badan ibu, meneteskan obat mata pada kedua mata ibu yang hampir tak dapat melihat lagi. Selanjutnya ibu tidur lagi hingga menjelang dhuhur. Waktu dhuhur tiba, saya bangunkan ibu untuk sholat dan makan siang. Selesai makan siang biasanya ibu berbincang-bincang dengan saya hingga dia merasa mengantuk dan tyidur kembali hingga menjelang asar. Saat waktu asar masuk, saya bangunkan ibu dan mengambil wudlu untuk kemudian sholat asar. Selesai sholat asar ibu wiridan hingga menjelang maghrib.

Selesai sholat sholat maghrib ibu wiridan lagi hingga waktu isya tiba. Selesai sholat isya ibu makan malam dan kemudian tidur setelah sebelumnya saya urut kaki dan badan ibu dengan param. Ketika ibu sudah tertidur, tugas saya belum selesai. Mengajari dan menunggui anak belajar dan menggarap PR menjadi tugas saya selanjutnya. Selanjutnya, gantian saya mendengarkan keluh kesah isteri tentang berbagai masalah dalam rumah tangga kami. Dan, sayapun tertidur dengan segala macam beban dalam kepala. Tak banyak yang saya minta pada Allah SWT dalam munajat saya waktu itu. Saya hanya mohon diberi tambahan kesabaran. Itu saja.

Rutinitas seperti diatas berjalan selama hampir setahun. Jangan tanyakan perasaan saya saat pagi hari, misalnya, sementara anak berangkat sekolah, isteri berangkat bekerja, satu persatu tetangga berangkat bekerja, dan saya mencuci dan menjemur pakaian ibu dan anak isteri saya.

Tanggal 14 Oktober 2010 ibu meninggal dunia dengan tenang. Seperti keinginannya sejak dulu, beliau meninggal dalam pangkuan saya, ditunggui anak-anaknya, cucunya dan cicitnya. Alhamdulillah, menjelang ajal ibu diberi kesempatan Allah SWT untuk berpamitan pada anak-anaknya, saling meminta maaf dan mewasiatkan pesan agar anak-anaknya saling rukun sepeninggalnya. Tak banyak orang diberi kesempatan seperti itu. Ibu meninggal dengan tenang dan bahagia karena ditunggui anak-anaknya. Ternyata, hal yang paling diinginkan orang tua adalah : MELIHAT ANAK-ANAKNYA RUKUN. Tak peduli betapapun kayaknya seseorang, tak akan berarti bila anak keturunannya tidak rukun. Berapa banyak orang tua nelangsa melihat anak-anaknya berebut warisan bahkan saat kedua orang tuanya masih hidup.

Tiga bulan selepas kepergian ibu, hati saya masih perih. Semangat hidup saya benar-benar drop hingga titik nadir. Saya berusaha bangkit lagi. Cari kerja. Pernah saya berjalan kaki sejauh 10 KM mencari kerja untuk mendapatkan satu jawaban : TIDAK! Tapi ternyata Allah SWT tidak membiarkan saya terlalu lama dalam kesedihan dan keterpurukan. Seorang teman yang dulu pernah satu kantor kirim SMS. Dia menawari saya pekerjaan yang semestinya menjadi tugasnya. Dia melewatkan pekerjaan itu karena diterima dalam perekrutan CPNS. Pucuk dicintai ulam tiba. Tentu saja tak melewatkan kesempatan itu. Jobnya pas dengan pengalaman saya dan saya sedang membutuhkannya! Alhamdulillah.

Setelah seminggu bekerja (dalam masa training) saya menerima apa yang menjadi hak saya. Sedekah tentu saja tak lupa. Hari ini, sepulang kerja, saya beli (dengan upah saya) jagung bakar kesukaan anak saya. Sore ini, saya nikmati jagung bakar bersama anak isteri. Selamat datang semangat hidup! I' back! Alhamdulillah!

RAHASIA SEDEKAH : Rp. 1.500,- = Rp. 600.000,- (matematika Allah)

RAHASIA SEDEKAH : Rp. 1.500,- = Rp. 600.000,- (matematika Allah)
Jum’at lalu, saya berangkat ke kantor dengan dada sedikit berdegub. Melirik ukuran bensin di dashboard motor, masih setengah. “Yah cukuplah untuk pergi pulang ke kantor”.

Namun, bukan itu yang membuat dada ini tak henti berdegub. Uang di kantong saya hanya tersisa seribu rupiah saja. Degubnya tambah kencang karena saya hanya menyisakan uang tidak lebih dari empat ribu rupiah saja di rumah. Saya bertanya dalam hati, “makan apa keluarga saya siang nanti?” Meski kemudian buru-buru saya hapus pertanyaan itu, mengingat nama besar Allah yang Maha Melindungi semua makhluk-Nya yang tawakal.

Saya berangkat, terlebih dulu mengantar si sulung ke sekolahnya. Saya bilang kepadanya bahwa hari ini tidak usah jajan terlebih dulu. Alhamdulillah ia mengerti. Soal pulangnya, ia biasa dijemput tukang ojeg yang –sukurnya- sudah dibayar di muka untuk antar jemput ke sekolah.

Sepanjang jalan menuju kantor saya terus berpikir, dari mana saya bisa mendapatkan uang untuk menjamin malam nanti ada yang bisa dimakan oleh isteri dan dua putri saya. Urusan besok tinggal bagaimana besok saja, yang penting sore ini bisa mendapatkan sesuatu untuk bisa dimakan.

Tiba di kantor, tiba-tiba saya mendapatkan sebungkus mie goreng dari seorang rekan kantor yang sedang milad (berulang tahun). Perut saya yang sejak pagi belum terisi pun mendesak-desak untuk segera diisi. Namun saya ingat bahwa saya tidak memiliki uang selain yang seribu rupiah itu untuk makan siang. Jadi, saya tangguhkan dulu mie goreng itu untuk makan siang saja.

Sepanjang hari kerja, terhitung dua kali saya menelepon isteri di rumah menanyakan kabar anak-anak. “sudah makan belum?” si cantik di seberang telepon hanya menjawab, “Insya Allah,” namun suaranya terasa getir. Saat itu, anak-anak sedang tidur siang.

Pukul lima sore lebih dua puluh menit saya bergegas ke rumah. Sebelumnya saya sudah berniat untuk menginfakkan seribu rupiah di kantong saya jika melewati petugas amal masjid yang biasa ditemui di jalan raya. Sayangnya, sepanjang jalan saya tidak menemukan petugas-petugas itu, mungkin karena sudah terlalu sore. Akhirnya, sekitar separuh perjalanan ke rumah, adzan maghrib berkumandang. Motor pun terparkir di halaman masjid, dan seketika mata ini tertuju kepada kotak amal di pojok masjid. “bismillaah…” saya masukkan dua koin lima ratus rupiah ke kotak tersebut.

Usai sholat, setelah berdoa saya meneruskan perjalanan. Tapi sebelumnya, tangan saya menyentuh sesuatu di kantong celana. Rupanya satu koin lima ratus rupiah. Kemudian saya ceploskan lagi ke kotak amal yang sama.

Sesampainya di rumah, isteri sedang memasak mie instan. Semangkuk mie instan sudah tersaji, “kita makan sama-sama yuk…” ajak si manis. Kemudian saya bilang, “abang sudah kenyang, biar anak-anak saja yang makan”. Anak-anak pun lahap menyantap mie instan plus nasi yang dihidangkan ibu mereka. Rasanya ingin menangis saat itu.

***

Keesokan paginya, isteri menggoreng singkong untuk sarapan. Alhamdulillah masih ada yang bisa dimakan. Sebenarnya hari itu masih punya harapan. Seorang teman isteri beberapa hari lalu meminjam sejumlah uang dan berjanji mengembalikannya Sabtu pagi. Namun yang ditunggu tidak muncul. Bahkan ketika terpaksa saya harus mengantar isteri menemui temannya itu, pun tidak membuahkan hasil.

Tiba-tiba telepon saya berdering, “Pak, saya baru saja mentransfer uang satu juta rupiah ke rekening bapak. Yang empat ratus ribu untuk pesanan 20 buku bapak yang terbaru. Sisanya rezeki untuk anak-anak bapak ya…” seorang sahabat dekat memesan buku karya saya yang terbaru.

Subhanallah, Allahu Akbar! Saya langsung bersujud seketika itu. Saya hanya berinfak seribu lima ratus rupiah dan Allah membalasnya dengan jumlah yang tidak sedikit. Ini matematika Allah, siapa yang tak percaya janji Allah? Yang terpenting, siang itu juga saya buru-buru mengeluarkan sejumlah uang dari yang saya peroleh hari itu untuk diinfakkan.

***

Saya bersyukur tidak memiliki banyak uang maupun tabungan untuk saya genggam. Sebab semakin banyak yang saya miliki tentu semakin berat pertanggungjawaban saya kepada Allah.

RAHASIA SEDEKAH : Kiriman Amplop Datang

RAHASIA SEDEKAH : Kiriman Amplop Datang

Di TENGAH teriknya matahari siang, seorang laki-laki terus saja melangkahkan kakinya, setapak demi setapak, menelusuri jalan perkampungan. Di atas pundak kanannya, bergelayutan barang-barang jualannya, yang berupa mainan anak-anak, yang terdiri dari berbagai jenis, mulai dari mobil-mobilan hingga pistol-pistolan. Dari boneka, hingga jepit rambut.

Dia lalui gang demi gang, tanpa mempedulikan pengatnya sinar sang surya, yang memang bertepatan saat itu, seolah-olah tengah menunjukkan kemahadahsyiatan sinarnya. Setetes demi setetes, keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya. Sesekali, ia mengusap dahi dan wajahnya yang berlumuran peluh, dengan handuk kecil yang tidak lepas dari pundaknya.

”Sayang anak........sayang anak..... yang sayang anak.... ini ada berbagai macam mainan.” teriaknya menjajakan mainan, barang kali ada yang minat untuk membeli untuk si-buah hati.

Merasa letih, kemudian dia memilih untuk singgah di sebuah masjid, sekedar untuk mengendurkan urat-urat yang memang –mungkin- terasa tegang, karena jauhnya jarak yang telah ditempuh.

Dia letakkan barang dagangannya di halaman masjid, sedangkan dia sendiri beranjak ke beranda bagian belakang. Sambil mengamati dagangannya, ia sandarkan punggungnya di salah satu tiang, kemudian membujurkan kedua kakinya.

Tangan kirinya, ia jadikan penyanggah badannya. Sedangkan kanan kananya, asyik mengibas-ngibaskan handuk kecilnya, di antara kepala dan dadanya. Nampak jelas dari ekspresinya itu, rasa letih dan haus tengah melilit dirinya.

Tak lama kemudian, dia berujar padaku, yang memang dari tadi mengamati dirinya.

”Mas bisa minta air. Saya haus sekali,” ujarnya lirih.

”Saya cek dulu yah di kamar takmir (pengelola masjid),” timpalku kemudian.

Sayangnya, ketika ditengok rungan yang luasnya tidak lebih dari 2x3 M² itu, tak ada setetespun air. Mau beli, bertepatan aku tidak bawa uang sama sekali. Tak ingin mengecewakannya, aku pun bergegas menuju kantin yang memang tidak jauh dari masjid, untuk mengutang sebotol teh dingin. Karena sudah saling kenal, pihak kantinpun tidak menyoalkan permohonanku.

Ketika disodorkan minuman tersebut, awalnya dia menolak. Dia merasa tidak enak, karena telah merepoti. Namun, karena terus kupaksa untuk meminumnya, dia pun akhirnya luluh, dan meminumnya.

Ketika cairan dingin itu telah melewati tenggorokkannya, tersirat dari rona wajahnya rasa kepuasaan. Senyumnya merekah indah, bak bunga mawar yang tengah mekar, ”Terima kasih ya, mas. Maaf sudah ngerepotin...” ujarnya.

Setelah beberapa lama mengobrol, si penjual mainan itu pun akhirnya berpamitan, minta undur diri, untuk melanjutkan perjalanannya. Akupun melepaskan kepergiannya dengan senyum dan hati berbunga-bunga, karena sedikit telah mampu membantu orang yang memang dalam kesusahan.


Berlipat Ganda

Entahlah, aku tidak kenal sama sekali pria itu. Ia bukan saudara, teman, tetangga. Namun ada satu hal yang sangat mendasariku untuk menolong laki-laki tersebut, sekalipun harus dengan jalur berhutang. Saya teringat firman Allah yang menjelaskan, bahwa barang siapa yang menginfakkan hartanya, maka dia akan menuai balasan sepuluh, hingga tujuh ratus kali lipat.

Keterangan ini pula lah, yang kuutarakan pada laki-laki yang sebelumnya tidak pernah kukenal itu, ketika bertanya, kenapa saya dengan mudahnya menolong dia, tanpa rasa curiga sedikitpun, padahal sebelumnya kami tidak saling kenal.

Hari-hari perkenalanku dengan pria tak dikenal sudah lewat. Suatu hari, saya berkunung ke kantor seorang teman. Tanpa diduga, dia menyodoriku sebuah amplop, yang katanya sebagai tanpa ucap terima kasih atasannya, karena sudah berulang kali membantu urusannya. Saya bingung, urusan apa yang pernah saya tolong padanya?

Sesampainya di kediaman, kubuka amplop itu, dan di dalamnya terdapat uang sangat banyak dan sangat berarti bagiku. Puji syukur, kupanjatkan ke pada Allah.

Tambah bingung lagi, selang beberapa menit setelah itu, datang salah satu temanku, memberikan satu amplop lain, yang katanya dari sahabatku yang lain. Agar tidak lama-lama diselimuti rasa penasaran prihal isi amplop, langsung saja aku membukanya. Dan, Subhanallah, ternyata di dalamnya juga terdapat uang, yang ini nominalnya lebih kecil.

Jadi, kalau dikalkulasi, jumlah uang tersebut sangat luar biasa bagi orang seperti saya. Dari sini, aku jadi tambah yakin, bahwa memang sedekah tidak akan pernah menjadikan kita miskin. Yang ada, justru ia akan menambah pundi-pundi harta kita. Kalau tidak di dunia, ya di akhirat nanti. Dengan catatan, tentu kita harus ikhlas.

Dalam kasus ini, saya jadi teringat firman Allah dalam surat Ibrohim ayat tujuh, yang berbunyi, ”.....Dan apabila kalian bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku, maka akan kutambah nikmat-nikmat-Ku pada kalian. Tapi, kalau kalian mengkufurinya, sesungguhnya, azab-Ku amatlah pedih.” (Ibrohim 7).

Semoga kita termasuk orang-orang yang ringan tangan dalam menginfakkan/mensedekahkan harta-harta kita di jalan Allah. Karena sesungguhnya berinfaq itu tidak membuat kita miskin. Bahkan sebaliknya, ibarat mengumpulkan tabungan, yang kelak akan diganti oleh Allah baik di dunia maupun di akherat. Tentu saja infaq yang disertai keikhlasan tanpa berharap imbalan.
Semoga menjadi pelajaran bagi kita. Amin....amin...yaa rabbal ’aalamin.

( Oleh : Robinsah )