Thursday, August 23, 2012

Si Tengik dan Si Sabar

CERPEN
Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi, Satri sudah selesai mandi. Lalu dia duduk di pinggir tempat tidur kayu untuk berdandan. Ibunya berbaring di sisinya, dua hari ini, seluruh tubuhnya lunglai dan sakit bila digerakkan. Mungkin karena faktor usia. Dua dari tiga anaknya bersekolah, dan mereka sudah dilatih untuk mandiri. Untung saja sekolahnya tidak jauh, jadi Wendi dan Yogi pulang pergi sekolah jalan kaki.
"Makanan untuk anak-anak di lemari, Mak, biar mereka mengambil sendiri. Mak, tiduran saja biar cepat baikan, nanti aku tebus obat yang separonya ya," kata Satri pada emaknya.
"Aku ini mikir Juned, suamimu itu, di manakah dia sekarang," kata emaknya.
"Sudahlah Mak, biarkan saja dia, tak usah dipikir, nanti penyakit Emak tambah parah," ujar Satri sambil berdiri.
Dia mengambil tas, memasukkan kotak ransum, dan mencangklongkannya di pundaknya, Bayangan Juned suaminya muncul. Satri mengibaskan kepalanya untuk menepiskan bayangan itu.
Sudah hampir 10 tahun, Juned meninggalkan rumah. Dia pergi begitu saja ketika Yogi, anak bungsunya berusia 2 tahun. Tiga tahun kemudian, seorang perempuan hamil datang ke rumahnya minta ongkos melahirkan. Perempuan itu datang dari Kerawang, mengaku hamil anaknya Juned.
"Dia cuma memberi ini," perempuan itu menunjukkan sebuah kartu nama. "Lalu dimana laki-laki itu?" tanya Satri, sambil membaca kartu nama bertuliskan alamat rumahnya.
"Dia pergi sejak sebulan lalu, dan hanya meninggalkan alamat ini, katanya alamat ibunya, dan saya dimintanya meminta ongkos melahirkan kepada ibunya," jawabnya.
"Ini rumah istrinya, saya istrinya, dan itu ibuku, mertuanya, ibunya tidak di sini tetapi di Klender," jawab Satri.
Itu adalah kejadian paling traumatis yang pertama kali dihadapinya. Benar-benar gila, seorang perempuan mengaku dihamili suaminya. Dengan menahan amarah di dada, Satri memberikan sedikit uang untuk perempuan itu, dan menyuruhnya pergi.
Udara Jakarta panas, ini sudah musim kemarau. Satri berdiri di halte menunggu bus kota yang akan membawanya ke pasar. Dia bekerja di sebuah toko kelontong. Beberapa perempuan berbaju modis juga berdiri di halte itu. Mereka tentu kerja kantoran. Tidak seperti dirinya yang hanya bekerja di toko kelontong. Ah, yang penting bisa menghidupi keluarga.
Apalagi dua anaknya Wendi dan Yogi sudah mulai banyak kebutuhan sekolahnya, mulai dari buku pelajaran, les di sekolah serta kebutuhan yang lain. Sedangkan anak sulungnya, Hasan, dirawat dan di sekolahkan mertuanya sejak suaminya kabur. Toh, tetap saja dia memberi jatah untuk setiap bulannya.
Sebuah bus kopaja menepi. Satri dengan tubuh suburnya, bergerak cepat naik ke angkutan umum itu. Lalu duduk di bangku belakang yang masih kosong, dan menyiapkan ongkos 2000 rupiah.
"Sebaiknya kamu minta cerai, kamu masih muda, dan cantik," kata Emak suatu hari.
"Kalau orangnya di sini, aku bisa minta itu, Mak, masalahnya keberadaan Juned tidak ada yang tahu, bahkan keluarga mertua juga tidak tahu," jawab Satri.
Ketiga anaknya, Hasan, Wendi, dan Yogi, juga sudah mulai memahami apa yang terjadi di rumah itu. Ayahnya kabur entah kemana, tidak ketahuan juntrungnya.
"Kalau Ayah di sini, aku akan memukulinya sampai bonyok," kata Hasan.
"Betul, Bang, aku juga ikut," tambah Wendi.
"Aku akan tendang dia," sambung Yogi.
"Kalian ini bicara apa, nggak boleh begitu, biar bagaimana pun dia adalah Ayahmu, biarkan saja dia, tak usah dipikirin, kalian sekolah saja yang rajin," kata Satri pada anak-anaknya.
Bus terus melaju menembus kesibukan kota Jakarta, yang mulai hangat oleh mentari. Sepasang laki-laki perempuan yang duduk di depannya terus mengobrol dengan mesra. Pemandangan itu memunculkan wajah suaminya. Juned adalah mantan seorang polisi, karena sering berbuat kasar, akhirnya desersi.
Pada awalnya perkawinan mereka sangat harmonis. Setelah suaminya desersi, hari-hari indah itu berlalu. Dan sekarang semuanya rasanya hanya seperti sekejab.
Setelah perempuan pertama itu, perempuan kedua juga muncul ke rumahnya. Kali ini dengan membawa seorang balita. Perempuan itu mengaku kumpul kebo dengan Juned dan dikaruniai seorang anak. Tetapi Juned kemudian meninggalkan dia dan anaknya dan memberinya kartu nama bertulis alamat itu lagi. Untuk yang kedua kali Satri terpukul.
"Sudah berapa lama menghilang?" tanya Satri.
"Sebulan, tidak pulang lagi," kata perempuan itu.
Kemudian Satri memberinya ongkos untuk pulang ke rumah orang tua perempuan itu di Banten. Tadinya perempuan itu ingin menitipkan anaknya di rumah Satri, karena itu adalah anak Juned. Tetapi Satri menolak dengan alasan hidupnya pun pas-pasan dan itu pun harus membesarkan tiga orang anak. Perempuan teman kumpul kebo suaminya itu kemudian marah-marah dan meninggalkan rumah Satri dengan kesal.
"Kok dia yang sewot, harusnya kan aku yang sewot," ujar Satri pada Emaknya.
Dan itu bukanlah perempuan terakhir yang mengaku dihamili Juned. Ada lima perempuan yang meminta pertanggungjawaban, dan tak ada seorangpun tahu keberadaan laki-laki itu.
Suatu hari, Darlan, seorang pedagang pasar, tergopoh-gopoh menghampirinya. Laki-laki itu dengan buru-buru menghampiri Satri yang sedang melayani pembeli di pasar.
"Juned ada di terminal, cepat kita kejar dia," katanya.
"Iya..." jawab Satri bersemangat, lalu dia menitipkan toko pada pedagang di sebelahnya.
Satri dan Darlan berboncengan menuju terminal yang jaraknya sekitar 500 meter dari pasar. Sesampai di terminal Darlan mengisyaratkan para preman, teman-temanya untuk membekuk Juned. Tetapi Juned tidak berhasil ditemukan. Laki-laki itu berhasil kabur atau sembunyi di suatu tempat di terminal itu. Dan untuk pertama kalinya Satri nggak bisa membendung air matanya.
"Kami mengobok-obok terminal, tetapi tidak ketemu," kata Satri pada mertua perempuannya.
"Sabar ya, Nak, Ibu juga ikut prihatin atas semua kejadian ini, kami tidak bisa menolongmu, karena kami tak tahu dimana Juned berada," mertuanya tersedu sedih.
Bus berhenti di depan pasar. Satri turun dan berjalan menuju kiosnya. Bu Jumini sudah bersiap pulang. Kalau Satri sip siang, Bu Jumini sip pagi. Satri menyapanya denga ramah. Lalu dia mulai menata beberapa barang yang berantakan. Bismillah, dia mulai melayani pembeli. Sesekali wajah suaminya muncul di pikirannya, ditepiskannya. Untuk urusan itu, rasanya dia tak sanggup menyelesaikan sendiri, dia sudah serahkan kepada Yang Maha Pencipta.
***
Beberapa tahun kemudian.
Satri sudah memiliki toko sendiri di pasar. Rumah mereka sudah direnovasi dan terlihat lebih bagus. Ibunya lebih terlihat sehat dan terawat. Hasan sudah menjadi kepala polisi seperti cita-citanya yang ingin seperti ayahnya. Wendi sudah menjadi ahli IT dengan gaji dollar. Sedangkan Yogi masih harus menyelesaikan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi negeri favorit di Jakarta.
Malam itu, seluruh keluarga besar berkumpul. Hasan sudah menikah dan memiliki seorang putera. Wendi, datang bersama kekasihnya yang cantik dan Yogi adalah rajanya, karena pesta malam itu adalah pesta ulang tahunnya.
Semua orang duduk di ruang tengah dengan memakai baju bagus. Makanan dan kue ulang tahun bergeletakan di meja. Mereka mengobrol dan tertawa-tawa riang. Apalagi ada Tian, anaknya Hasan yang berusia tiga tahun dan tingkahnya menggemaskan.
Pintu diketuk. Ada sebuah mobil ambulan berhenti di depan rumah. Dua orang berseragam hijau mendorong sebuah tempat tidur beroda. Seorang laki-laki berwajah lelah berdiri di depan pintu ketika Hasan membuka gerendelnya.
"Saya mau menemui tuan rumah di sini," kata orang itu.
"Ada apa ya, Pak?" tanya Hasan.
Lalu laki-laki itu merogoh sesuatu dari kantongnya. Sebuah kartu nama yang sangat kumal di sodorkan. Hasan memanggil ibunya. Dan perempuan bertubuh subur itu tergopoh menghampiri mereka. Hasan menyodorkan kartu nama itu pada ibunya.
Dua orang yang mendorong bed beroda itu memarkir bed itu di belakang laki-laki pengetuk pintu. Hasan berpandangan dengan ibunya.
"Kami dari dinas sosial, kami menemukannya sudah mati di bawah jembatan, dan di saku bajunya kami menemukan kartu nama itu," laki-laki itu. Hasan dan Satri mendekati bed beroda itu. Lalu membuka selimut garis-garis yang menutupinya.
"Ayah..." guman Hasan,
Wajahnya biru. Tubuhnya sangat kurus. Kulitnya kasar dan kehitaman. Rambutnya seleher sangat kotor. Sisa-sisa ketampanan sudah menghilang dari wajah itu. Satri menahan nafas. Air mata bergulir di pipinya. Sudah sekian tahun, baru kali ini dia melihat lagi wajah suaminya.
"Astagfirlloh..." bisiknya. Seluruh keluarga keluar untuk melihat mayat laki-laki itu. Tangan kiri Satri gemetar memegangi kartu nama kusam itu. "Astagfirlloh..." gumannya lagi.
Lalu dia mengucapkan terima kasih kepada pengantar jenasah itu. Mereka kemudian berlalu dengan mobil ambulan itu. Satri meminta Hasan menghubungi pak RT. Dan memerintahkan Wendi dan Yogi mengeluarkan meja makan untuk memandikan ayah mereka.
"Anak-anak, kita rawat baik-baik mayat ayah kalian ini, kita hormati dia, betapapun telah menyakiti kita, Ibu yakin beberapa tahun belakangan ini, pasti hidupnya sangat menderita di luar sana..."
Rumah itu lalu benderang dengan doa-doa.(Kisah ini terinsiprasi dari kisah nyata)
Jakarta 22 Agustus 2012

Nikmatnya Surga

Jannah (surga) adalah kenikmatan luar biasa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah ter bersit dalam kalbu manusia. Dalam sebagian riwayat hadits qudsi di atas, setelah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam meriwayatkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala, beliau bersabda, “Jika kalian mau, bacalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (as-Sajdah: 17)

Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
“Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ‘Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terbetik dalam kalbu manusia’.”

Takhrij Hadits Abu Hurairah
Hadits qudsi yang agung ini diriwayatkan al-Bukhari dalam ash-Shahih no. 3244 dan 4779, Muslim dalam ash-Shahih no. 2824, al-Humaidi dalam al-Musnad no. 1133, at-Tirmidzi dalam as-Sunan no. 3197, Abu Ya’la al-Mushili dalam al-Musnad no. 6276, dan Ibnu Hibban dalam ash-Shahih no. 369. Semua meriwayatkan hadits ini dari jalan Abu Zinad, dari al-A’raj, dari Abu Hurairah z.
Abdullah bin al-Mubarak t meriwayatkan hadits ini dalam az-Zuhd no. 273. Melalui jalan Ibnul Mubarak inilah, al-Bukhari mengeluarkannya dalam ash-Shahih no. 7498, dari Ma’mar.
Hadits yang serupa diriwayatkan pula dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri z dalam Hilyatul Auliya (2/262), dan sahabat Sahl bin Sa’d as-Sa’idi z dalam Musnad al-Imam Ahmad (5/334).



Jannah (Surga) Telah Ada
Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa al-jannah (surga) dan an-naar (neraka) adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah diciptakan. Artinya, saat ini keduanya telah ada. Berbeda halnya dengan golongan Mu’tazilah yang mengatakan bahwa keduanya belum diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ahlus Sunnah wal Jamaah juga meyakini bahwa al-jannah dan an-naar kekal selama-lamanya. Berbeda halnya dengan golongan al-Jahmiyah yang mengatakan bahwa al-jannah dan an-naar tidak kekal.
Hadits qudsi yang sedang kita bahas adalah salah satu dalil Ahlus Sunnah wal Jamaah bahwa al-jannah telah diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan sudah ada saat ini. Perhatikan hadits qudsi di atas, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh.”
Kata (….) dalam bahasa Arab adalah fi’il madhi (kata kerja lampau) yang menunjukkan telah berlalunya satu pekerjaan. Dengan demikian, artinya adalah “Aku telah menyediakan.” Yakni, al-jannah telah disediakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, telah diciptakan oleh-Nya. Oleh karena itu, al-Imam al-Bukhari t memberi satu judul bab bagi hadits ini, Bab “Ma ja’a fi Shifatil Jannah wa an-Naha Makhluqah (bab tentang sifat al-jannah dan bahwa ia telah diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala)”.

Bentuk fi’il madhi ini juga disebutkan dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala:  “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada jannah yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133)

Juga firman-Nya:  “Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang telah disediakan bagi orang-orang kafir.” (al-Baqarah: 24)
Dalil yang lain tentang keberadaan al-jannah dan an-naar sebagai dua makhluk yang telah diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala adalah sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tentang keutamaan bulan 

Ramadhan. Beliau shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Apabila bulan Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (Muttafaqun ‘alaihi dari hadits Abu Hurairah z)
Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam melakukan perjalanan Isra’ dan Mi’raj, beliau melihat al-jannah dan an-naar. Perjalanan agung tersebut adalah perjalanan jasad dan ruh, bukan mimpi. Hadits-hadits tentang Isra’ juga dalil yang sangat kokoh tentang keberadaan kedua makhluk Allah Subhanahu wa ta’ala ini. Beliau bersabda, “Lalu aku dimasukkan ke dalam al-jannah, ternyata di dalamnya ada kubah-kubah dari mutiara dan ternyata tanahnya adalah misik.”
(Menjawab Keyakinan Bid’ah Mutazilah)  Dengan akalnya yang berpenyakit, golongan Mu’tazilah berkata, “Keduanya belum diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Jika keduanya sudah diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala berarti Dia telah melakukan perbuatan yang sia-sia. Bukankah manusia saat ini masih di alam dunia? Bukankah hari kebangkitan belum datang? Untuk apa keduanya diciptakan padahal manusia masih di dunia dan belum memakainya?”

Ucapan Mu’tazilah ini tidak ada sedikit pun nilainya di hadapan timbangan syariat. Cukuplah dalil-dalil yang sahih sebagai bantahan atas kebatilan ucapan mereka. Dalil tentang keberadaan jannah adalah dalil mutawatir yang tidak bisa dimungkiri. Demikian pula, Ahlus Sunnah telah bersepakat di atas keyakinan tersebut.
Bahkan, telah sahih bahwa arwah orang yang beriman berada di jannah. Ini menunjukkan bahwa jannah tidak diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sia-sia sebagaimana ucapan Mu’tazilah yang tidak beradab. Al-Imam Ibnu Majah t meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Sesungguhnya ruh seorang mukmin terbang—makan dan mendapatkan nikmat—di pohon jannah, sampai Allah Subhanahu wa ta’ala mengembalikan kepada jasadnya nanti di hari kebangkitan.”1


Al-Jannah, Kenikmatan yang Belum Pernah Tebersit dalam Hati
Jannah adalah kenikmatan luar biasa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah tebersit dalam kalbu manusia. Dalam sebagian riwayat hadits qudsi di atas, setelah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam meriwayatkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala, beliau bersabda, “Jika kalian mau, bacalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (as-Sajdah: 17)

Lalu Beliau shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Dan di dalam jannah ada sebuah pohon yang jika seorang penunggang kuda mengelilingi pohon selama seratus tahun, belum selesai mengelilinginya. Bacalah firman Allah jika kalian mau (yang maknanya), ‘dan naungan yang terbentang luas’ (al-Waqi’ah: 30).”
“Dan tempat cemeti di jannah lebih baik daripada dunia seisinya. Bacalah jika kalian mau firman Allah (yang maknanya), ‘… Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya’.” (Ali Imran: 185) (HR. at-Tirmidzi kitab “Tafsir al-Waqiah” no. 3292. Beliau berkata, “Hadits hasan sahih.”)


Perjalanan Menuju Jannah
Sadar atau tidak, seluruh anak Adam sedang melangkah menuju hari-hari abadi. Perjalanan itu berakhir di jannah Allah Subhanahu wa ta’ala atau neraka-Nya, wal ‘iyadzubillah. Cukuplah kiranya hadits qudsi di atas mendorong seorang mukmin berlomba mendapatkan jannah Allah Subhanahu wa ta’ala. Negeri yang sangat indah, kampung halaman yang sangat memesona dan penuh kebahagiaan.
Di antara perjalanan yang akan dilalui, akan datang suatu masa ketika manusia menyaksikan Jahannam. Akan datang pula masa ketika shirath (jembatan) akan dipancangkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di atas neraka Jahannam. Shirath itu harus dilalui sebelum Allah Subhanahu wa ta’ala mengizinkan hamba-Nya memasuki al-jannah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (Maryam: 71)

Setelah jembatan—yang sangat mencekam, lebih tajam dari pedang dan lebih lembut dari rambut—itu dilalui, dengan penuh kebahagiaan kaum mukminin memuji Allah Subhanahu wa ta’ala seraya berseru:
“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami darimu (Jahannam) setelah Dia perlihatkan engkau kepada kami. Sungguh Allah telah mengaruniai kami nikmat yang tidak Dia berikan kepada seorang pun.”2
Betapa indah saat itu, saat seseorang diselamatkan dari Jahannam. Kemudian mereka berkumpul di qantharah, yaitu tempat di antara al-jannah dan an-naar. Di sana, berlangsunglah qishash di antara kaum mukminin sehingga hati-hati ahlul jannah bersih dan tidak tersisa sedikit pun dendam dan dengki.
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka….” (al-A’raf: 43)

Saat memasuki jannah semakin dekat, namun delapan pintu jannah masih saja tertutup. Kaum mukminin berbondong-bondong menuju Adam alaihi salam dan meminta agar beliau memohon dibukakan pintu jannah. Nabi Adam alaihi salam hanya menjawab, “Bukankah aku ini yang menyebabkan kalian keluar dari jannah? Pergilah kepada anakku Ibrahim!”
Manusia pun datang kepada Khalilullah, Ibrahim alaihi salam. Namun, beliau pun menolaknya. Mereka lalu mendatangi Musa alaihi salam, kemudian Isa alaihi salam, hingga manusia datang kepada sayyidul mursalin, Muhammad shalallahu alaihi wasalam.3

Allahu Akbar. Untuk kesekian kalinya, Allah Subhanahu wa ta’ala menampakkan kemuliaan Nabi-Nya di hadapan hamba-hamba-Nya. Beliau shalallahu alaihi wassalam lalu memohon agar pintu jannah dibuka. Syafaat Beliau shalallahu alaihi wassalam pun diterima. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
Aku mendatangi pintu jannah di hari kiamat dan meminta pintu dibuka. Penjaga jannah berkata, “Siapa engkau?” Jawabku, “Aku Muhammad.” Ia berkata, “Untukmu aku diperintah untuk tidak membukakan bagi seorang pun sebelummu.”4

Dibukalah delapan pintu jannah. Kaki-kaki kaum mukminin pun melangkah ke dalamnya, meraih kenikmatan yang abadi dan keberuntungan yang nyata.
“… Dan barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran: 185)

Rombongan demi rombongan, sesuai kedudukan mereka di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, memasuki negeri keabadian. Dengan sangat terhormat mereka disambut malaikat-malaikat Allah Subhanahu wa ta’ala dengan salam. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya’.” (az-Zumar: 73)

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Sesungguhnya, rombongan pertama yang masuk jannah seperti bulan di malam purnama. Rombongan berikutnya bercahaya seperti bintang-bintang gemerlap laksana mutiara di langit. Mereka tidak buang air kecil, tidak buang air besar, tidak meludah, dan tidak pula membuang ingus. Sisir-sisir mereka dari emas. Keringat mereka adalah misik. Pengasapan mereka adalah al-aluwwah (kayu gaharu). Istri-istri mereka adalah al-hurul ‘in (bidadari-bidadari bermata jeli) dengan perawakan yang serupa, sama dengan bapak mereka Adam, setinggi enam puluh hasta.”5

Masuklah kaum mukminin ke dalam jannah Allah Subhanahu wa ta’ala, negeri kenikmatan yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam hadits qudsi:
“Telah Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, belum pula telinga pernah mendengarnya, dan belum pernah terbetik dalam kalbu manusia.”


Kenikmatan al-Jannah
Kenikmatan jannah adalah perkara gaib. Jalan untuk mengetahui sifatnya hanyalah berita-berita langit: ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul n.
Hidangan pertama ahlul jannah adalah hati ikan. Kemudian disembelihkan sapi jannah untuk mereka. Mereka minum dari mata air salsabil. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Adapun hidangan pertama yang dimakan ahlul jannah adalah bagian terlezat dari hati ikan.”6
Seorang Yahudi mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak mungkin ada yang bisa menjawabnya selain seorang nabi. Ia berkata:
“Suguhan apakah yang diberikan kepada penduduk jannah ketika memasukinya?” Beliau menjawab, “Bagian terlezat dari hati ikan.” Si Yahudi bertanya lagi, “Hidangan apakah yang diberikan setelahnya?” Rasul menjawab, “Disembelihkan untuk mereka sapi jannah yang mencari makan di tepi-tepi jannah.” Si Yahudi berkata, “Apakah minuman mereka?” “Dari mata air bernama Salsabil.” (HR. Muslim dari Tsauban z maula 

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam)
Penduduk jannah makan dan minum tanpa harus kencing dan buang air besar. Hanyalah sendawa dan keringat yang lebih harum dari misik. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Mereka tidak buang air kecil, tidak buang air besar, tidak meludah, dan tidak pula membuang ingus. Sisir-sisir mereka dari emas. Keringat mereka adalah misik. Pengasapan mereka adalah al-aluwwah (kayu gaharu). Istri-istri mereka adalah al-hurul ‘in (bidadari-bidadari bermata jeli), dengan perawakan yang serupa, sama dengan bapak mereka Adam, setinggi enam puluh hasta.”7

Bejana-bejana yang mereka gunakan terbuat dari emas dan perak. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan piala-piala, serta di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (az-Zukhruf: 71)
“Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca.” (al-Insan: 15)

Ahlul jannah mendapatkan buah-buahan yang diingini dan semua daging yang dikehendaki. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:  “Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (ath-Thur: 22)

Jannah memiliki sungai-sungai yang sangat indah.
“… Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka….” (Muhammad: 15)

Jannah memiliki istana-istana dan kerajaan-kerajaan besar. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.” (al-Insan: 20)

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Saat aku tidur, aku melihat diriku di dalam jannah. Aku melihat seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana.” Aku pun bertanya, “Milik siapakah istana ini?” Mereka menjawab, “Milik Umar.” Segera aku teringat kecemburuan Umar dan aku pun meninggalkan istana itu. Umar menangis dan berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin aku cemburu kepadamu?”8

Di sana ada pula kubah-kubah dan tenda-tenda yang menjulang.
“Sungguh bagi seorang mukmin di jannah tenda dari lu’lu’ (mutiara) yang berongga. Panjangnya enam puluh mil. Di dalamnya ada keluarga (istri-istri) yang ia berkeliling pada mereka tanpa mereka saling melihat.”9


Nikmat yang Kekal
Semua kenikmatan ahlul jannah yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang saleh adalah nikmat yang tidak pernah putus, kekal.
Demikianlah Allah Subhanahu wa ta’ala mengabarkan dalam al-Qur’an. Demikian pula Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menyabdakan dalam haditsnya yang mulia.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (al-Bayyinah: 7—8)

Dalam hadits yang sahih, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
Akan diserukan bagi penduduk lamanya. Bagi kalian kehidupan, maka kalian tidak akan mati selama-lamanya. Bagi kalian umur yang muda, maka kalian tidak akan menjadi tua selama-lamanya. Bagi kalian kenikmatan, maka tidak akan ada kesusahan selama-lamanya. Itulah firman Allah Subhanahu wa ta’ala, ‘… Dan diserukan kepada mereka, [Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan]’. (al-A’raf: 43)”

Wahai jiwa, jalan menuju jannah telah dijelaskan oleh kekasih Allah Subhanahu wa ta’ala(Rasulullah shalallahu alaihi wassalam). Pintu-pintu jannah hanya akan dibuka bagi mereka yang mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala dan menjauhkan diri dari kesyirikan. Bersemangatlah, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan janganlah engkau malas!

Dunia adalah negeri asing. Negerimu sesungguhnya adalah al-jannah. Abdullah bin Umar c berkata:
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memegang kedua pundakku dan berkata, “Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau seseorang yang sekadar lewat.” Ibnu Umar c mengatakan, “Jika engkau memasuki waktu sore, janganlah menunggu waktu pagi. Jika engkau memasuki waktu pagi, janganlah engkau menunggu waktu sore. Ambillah keadaan sehatmu sebelum keadaan sakitmu dan hidupmu sebelum engkau mati.” (HR. al-Bukhari)

Wallahu a’lam.

Catatan Kaki:
1 HR. Ibnu Hibban (10/513) no. 4657 dan Ibnu Majah dalam as-Sunan, Kitab “az-Zuhd” no. 4271, dinyatakan sahih oleh al-Albani.
2 Potongan hadits panjang yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (2/408) no. 3424 dan dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam takhrij beliau terhadap al-Aqidah ath-Thahawiyah hlm. 469.
3 Lihat Shahih Muslim (1/187) no. 195.
4 HR. Muslim no. 196 dari Anas bin Malik z.
5 HR. al-Bukhari (no. 3327), Muslim (8/146), dan Ibnu Majah (no. 4333), dari hadits Abu Hurairah z. Lihat takhrij hadits ini dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (7/3/1472) no. 3519.
6 HR. al-Bukhari “Kitab Fadhail”, hadits Anas z tentang kisah Islamnya Abdullah bin Salam z (7/272 no. 3938, Fathul Bari).
7 HR. al-Bukhari (no. 3327), Muslim (8/146), dan Ibnu Majah (no. 4333), dari hadits Abu Hurairah z. Lihat takhrij hadits ini dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (7/3/1472) no. 3519.
8 HR. al-Bukhari, Kitab “Fadhail ash-Shahabah”, bab “Manaqib Umar bin al-Khaththab z” dari Abu Hurairah z.
9 HR. Muslim, Bab “Sifat Tenda Jannah” no. 5070.

Sumber  :   
Surga Kenikmatan Abadi yang Telah Ada (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.),  Majalah AsySyariah Edisi 073


Tuesday, August 21, 2012

Jangan merasa aman dari adzab Allah SWT.

Jangan Cepat Merasa Aman dari Adzab Allah, dan Jangan Pula Berputus Asa Dari Rahmat Allah



Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridlainya- beliau berkata:
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang yang jujur dan harus dipercaya:
Sesungguhnya (fase) penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari (dalam bentuk) nutfah (sperma), kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal darah kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal daging, kemudian diutuslah Malaikat, ditiupkan ruh dan dicatat 4 hal: rezekinya, ajalnya, amalannya, apakah ia beruntung atau celaka. Demi Allah Yang Tidak Ada Sesembahan yang Haq Kecuali Dia, sungguh di antara kalian ada yang beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) hingga antara dia dengan jannah sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga beramal dengan amalan penduduk anNaar (neraka), sehingga masuk ke dalamnya (anNaar). Sesungguhnya ada di antara kalian yang beramal dengan amalan penduduk anNaar, hingga antara dia dengan anNaar sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga beramal dengan amalan penduduk jannah sehingga masuk ke dalamnya (jannah)     (H.R alBukhari dan Muslim).

Penjelasan Hadits ini
Ibnu Mas’ud menyampaikan suatu hadits yang ia dengar langsung dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tentang khabar ghaib. Karena khabar itu menuntut keimanan yang tinggi, beliau mendahului penyampaiannya dengan mengingatkan bahwa Rasul adalah orang yang jujur sekaligus harus dipercaya seluruh khabarnya.
Manusia mengalami 4 fase pertumbuhan dalam perut ibunya: 40 hari pertama dalam bentuk nutfah (sperma), 40 hari kedua dalam bentuk ‘alaqah (segumpal darah), 40 hari kedua dalam bentuk daging.
Setelah itu, Malaikat diutus Allah untuk meniup ruhnya dan mencatat 4 hal: rezeki, ajal, amalan, dan keadaan dia (beruntung atau celaka).

Kemudian Rasul menceritakan adanya keadaan 2 macam orang:
Pertama, seseorang yang hampir seluruh hidupnya diisi dengan amalan penduduk surga (ketaatan), sehingga jaraknya dengan surga sudah satu hasta (ukuran dari siku hingga ujung jari), namun karena catatan taqdir, ia di akhir hayatnya beramal dengan amalan penduduk neraka sehingga masuk ke dalam neraka
Kedua, seseorang yang hampir seluruh hidupnya diisi dengan amalan penduduk anNarr (Neraka), sehingga jaraknya dengan surga sudah satu hasta (ukuran dari siku hingga ujung jari), namun karena catatan taqdir, ia di akhir hayatnya beramal dengan amalan penduduk jannah sehingga masuk ke dalam surga.

Pelajaran-Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari Hadits Ini:
1. Para perawi hadits banyak yang meriwayatkan hadits lafadz haddatsana –mencontoh lafadz yang diucapkan Ibnu Mas’ud dalam hadits ini- untuk menunjukkan bahwa ia hadir dan mendengar langsung dari orang yang menceritakannya.

2. Seluruh berita yang shahih berasal dari Nabi harus diyakini dan dibenarkan meski tidak terjangkau akal karena beliau adalah as-Shoodiqul Mashduuq (yang jujur dan harus dipercaya).

3. Tahapan penciptaan manusia di rahim ibunya:
- 40 hari pertama nutfah
- 40 hari kedua segumpal darah
- 40 hari ketiga segumpal daging

4. Ditiupkan ruh pada janin setelah berusia 3 x 40 hari = 120 hari = 4 bulan.
Setelah 4 bulan inilah berlakulah baginya hukum manusia. Jika terjadi keguguran janin, maka dilihat keadaan:
- sebelum 120 hari: tidak perlu dimandikan, dikafani, dan disholatkan.
- setelah 120 hari: dimandikan, dikafani, dan disholatkan.
Jika janin yang keluar saat keguguran bentuknya sudah seperti manusia, maka berlakulah hukum nifas. Jika tidak, maka hukumnya seperti darah istihadhah (penyakit).
(Penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin).

5. Beriman terhadap Malaikat. Ada Malaikat yang bertugas untuk meniup ruh pada janin dan mencatat 4 hal: rezeki, ajal, amalan, dan keadaannya (beruntung atau celaka).

6. Beriman terhadap catatan taqdir.
Para Ulama menjelaskan bahwa berdasarkan lingkupnya, pencatatan taqdir terbagi menjadi 4:
a) Pencatatan di Lauhul Mahfudzh
Catatan induk. Berisi catatan taqdir segala sesuatu. Ditulis 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Catatan ini tidak ada yang tahu kecuali Allah, dan tidak akan berubah sedikitpun
b) Pencatatan dalam lingkup umur perorangan
Ini adalah catatan Malaikat, seperti yang disebutkan dalam hadits ini tentang 4 hal: rezeki, ajal, amalan, dan keadaannya (beruntung atau celaka) terhadap janin yang masih berada di perut ibunya.
c) Pencatatan dalam lingkup tahunan
Dilakukan setiap Lailatul Qodar, berisi catatan segala sesuatu yang akan terjadi dalam waktu setahun ke depan (hingga Lailatul Qodar berikutnya), disebutkan dalam surat ad-Dukhkhan: 3-4).
d) Pencatatan dalam lingkup harian

Disebutkan dalam surat arRahman ayat  29. Allah meninggikan derajat suatu kaum atau merendahkannya, membentangkan rezeki atau menyempitkannya, dsb. Hal itu berlangsung tiap hari.
Perubahan catatan taqdir yang masih memungkinkan terjadi pada catatan yang ada di Malaikat, sedangkan yang Lauhul Mahfudzh tidak akan pernah berubah.
1) Akhir kehidupan seseorang akan berujung pada dua hal: beruntung atau celaka. Orang yang beruntung adalah yang masuk ke dalam surga, sebaliknya yang celaka adalah yang masuk ke dalam neraka. Tidak ada keadaan ketiga.
2) Seseorang tidak boleh merasa bangga diri ketika ia banyak beribadah dan sering mengisi hari-harinya dengan ketaatan. Harus diiringi dengan perasaan takut dan khawatir jangan sampai mengalami suu-ul khotimah (akhir kehidupan yang buruk).
3) Seseorang yang sedang terjerumus dalam lumpur dosa tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, hendaknya ia bersemangat untuk bertaubat dan memperbanyak amal sholih dengan harapan meninggal dalam keadaan husnul khotimah (akhir kehidupan yang baik).
4) Akhir kehidupan sangat menentukan kebahagiaan atau kesengsaraan seseorang nanti di akhirat.

Akhir Kehidupan Yang Baik Hanya Untuk Orang Yang Istiqomah dalam Keikhlasannya
Sebagai salah satu bentuk kasih sayang Allah, orang-orang yang berubah dari keadaan baik menjadi buruk lebih sedikit atau jarang dibandingkan orang yang berubah dari keadaan buruk menjadi baik (penjelasan Ibnu Daqiiqil Ied).

Penyebab perubahan dari baik menjadi buruk itupun sebenarnya karena ia hanya menampakkan kebaikan di hadapan manusia. Ia tampakkan seakan-akan ia terus bergelut dengan ketaatan dan sudah dekat dengan surga. Padahal hatinya tidak demikian. amalnya penuh dengan riya’ dan kemunafikan .  (Hal ini diperjelas dengan lafadz hadits lain yang diriwayatkan alBukhari: “Sesungguhnya seseorang beramal dengan amalan penduduk surga sesuai yang nampak pada manusia, padahal ia adalah termasuk penduduk neraka”  - H.R alBukhari dari Sahl bin Sa’ad as-Saaidi.)

Abdul Haq berkata: “Suu-ul Khootimah (akhir kehidupan yang buruk) tidak akan menimpa orang yang istiqomah batinnya dan baik amal perbuatannya…Kebanyakan menimpa orang-orang yang terus menerus dan lancang (tidak mengenal malu) dalam berbuat dosa besar…” (dinukil oleh alHafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (11/489))

Para Shahabat Nabi Bahkan Tidak Merasa Aman dari Makar (Istidraj dan Adzab)Allah
Para Sahabat Nabi adalah orang-orang yang bersemangat melakukan amal sholih yang terbaik dan sempurna diiringi dengan perasaan takut jangan-jangan amalnya tidak diterima. Diiringi perasaan khawatir jangan-jangan mereka termasuk orang munafik.
Ibnu Abi Mulaikah berkata: Saya menjumpai 30 orang Sahabat Nabi seluruhnya mengkhawatirkan kemunafikan dalam dirinya (Shahih alBukhari).
Umar bin al-Khottob pernah menanyakan kepada Hudzaifah bin al-Yaman apakah nama beliau masuk dalam daftar orang-orang munafik yang disebut Nabi.
Para Sahabat Nabi adalah orang-orang dengan amal ibadah berkualitas tinggi, namun mereka tidak ujub (merasa bangga diri) terhadap amal yang telah dikerjakan. Mereka memadukan antara perasaan berharap terhadap rahmat dan ampunan Allah dengan perasaan takut terhadap adzab Allah pada porsi yang tepat dan sesuai.

Jika seseorang terlalu menggantungkan pada luasnya rahmat Allah, ampunan Allah yang berlimpah, dan melupakan bahwa Allah Maha Mengetahui lagi Maha pedih adzabNya, ia akan bermudah-mudahan. Ia akan merasa aman dari makar (istidraj dan adzab) Allah.
“Apakah kalian merasa aman dari Makar (istidraj dan adzab) Allah? Tidak ada yang merasa aman dari Makar Allah kecuali orang –orang yang merugi” (Q.S al-A’raaf:99).
Sebaliknya, seorang yang dominan membaca dan merasakan ancaman-ancaman Allah, kerasnya siksaan, dan semisalnya, kemudian melupakan rahmat dan ampunanNya akan berputus asa dari rahmat Allah.
“Katakanlah : Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang” (Q.S Az-Zumar:53).

Perasaan berharap di satu sisi, takut di sisi lain. Dua hal ini harus berada pada porsi yang tepat dan sesuai, serta tidak berat sebelah. Dalam alQur’an Allah mengajarkan manusia untuk memiliki dua perasaan itu secara seimbang.
Perhatikan ayat-ayat berikut yang menyebutkan Sifat-Sifat Allah terkait dengan pembangkitan 2 perasaan itu secara berimbang:
“Khabarkan kepada hamba-hambaKu bahwa Aku adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwasanya adzabKu sangat pedih “ (Q.S Al-Hijr 49-50)
“Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat adzabNya, dan sesungguhnya Ia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “(Q.S AlAn’aam : 165)
“Ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Keras SiksaNya dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S al-Maidah:98)
“Allah adalah Pengampun dosa dan Penerima taubat, keras siksaNya…. “   (Q.S Ghofir/ al-Mu’min:3)


Sumber :
Hadits Ibnu Mas’ud Tentang Tahapan Kehidupan Manusia (Hadits ke-4 Arbain anNawawiyyah), ditulis oleh : Ustadz Kharisman

Bersyukurlah menjadi muslim

Nikmat-nikmat Allah yang di berikan kepada kaum muslimin membikin iri orang-orang yahudi dan nasrani, sehingga mereka berupaya agar kaum muslimin tidak mengamalkan agama ini, atau bahkan mereka berusaha mengeluarkannya dari agama Islam untuk mengikuti agama mereka.

 

ka'bah Sesungguhnya sebesar-besar nikmat Allah atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nikmat Islam. Dimana Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang mereka kenal nasabnya (silsilah keturunannya, ed.) dari sebaik-baiknya nasab. Allah berfirman : “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum ( kedatangan Nabi ) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.“  (QS. Ali Imran : 164).


 

Dengan diutusnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari kelalaian menuju kesadaran, dari perpecahan menuju persatuan, dari permusuhan menuju persaudaraan, dari kehinaan menuju kemuliaan , dari kehancuran menuju keselamatan, dan dari tepi neraka menuju taman-taman surga.

Allah memilihkan bagi mereka agama yang kokoh dan sempurna dalam masalah aqidah, ibadah, muamalah, akhlaq, politik dan sebagainya. Maka putus asalah upaya musuh – musuh Islam untuk menghancurkan Islam, menyelewengkan serta mengurangi ajarannya.

Allah berfirman : “Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku- sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan padamu nikmat-Ku, dan telah Ku- ridhoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah : 3).

 

Dan sungguh Allah bersaksi atas kesempurnaan agama ini, dan menjadikannya sebagai penutup segala risalah, serta Allah mewajibkannya kepada segenap manusia dan jin untuk mengikutinya pada setiap waktu serta pada setiap generasi. Dan Allah tidak akan pernah menerima amalan hamba-Nya yang beragama dengan selain agama Islam, serta memasukkannya dalam golongan yang merugi.

Allah berfirman : Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran : 85).

Allah juga berfirman : “Sesungguhnya agama ( yang di ridhoi ) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran : 19 )

Allah juga menjamin untuk menjaga agama ini dari hawa nafsu orang-orang yang sesat dan dari tangan-tangan musuh Islam yang ingin menghancurkan Islam.

Allah berfirman : “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. “(QS. AT-Taubah : 32).

“Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir benci. “(QS. Ash-Shaff : 8).

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesengguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr : 9).

 

Dan Allah juga berjanji kepada pengikut agama ini untuk memuliakannya serta menolong dari tipu daya musuh-musuhnya jika mereka beriman dan mengerjakan amal shaleh.

Allah berfirman : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur : 55).

 

Sesungguhnya agama ini mempunyai banyak musuh pada zaman pertama kali wahyu diturunkan dan juga pada setiap tempat dan waktu. Dan ini sudah menjadi Sunnatullah, bahwa setiap pembawa kebenaran yang mengamalkan serta menda’wahkannya pasti mendapatkan perlawanan dari pembawa kebathilan dan penyerunya yaitu setan dan bala tentaranya.

Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan- syaitan (dari jenismu) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. “(QS. Al-An’am : 112).

“ Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi itu musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.” (QS. Al-Furqan : 31).

 

Mereka berusaha untuk menghalangi kaum muslimin dari agamanya, memberikan keragu-raguan pada aqidah mereka, serta menimbulkan permusuhan di antara kaum muslimin untuk memecah belah mereka. Mereka kerahkan segala kemampuan mereka untuk menghalangi kaum muslimin yang akan mempelajari serta mengamalkan agamanya. Dan ini dinyatakan oleh iblis dihadapan Allah, bahwa dia akan menghalangi manusia dari jalan kebenaran dari segala penjuru.

Allah berfirman : “Iblis menjawab : “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar- benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at). “(QS. Al-A’raf : 16-17).

 

Allah berfirman : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). “Dan sesungguhnya jika kamu mau mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al- Baqarah : 120).

 

Oleh karena itu kita sebagai kaum muslimin wajib untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah tersebut, mengakui serta menjaganya, niscaya Allah akan menambah nikmat-Nya kepada kita. Akan tetapi tatkala kita mengingkari nikmat Allah kepada kita apabila ni’mat yang besar ini, Allah akan menggantikannya dengan adzab-Nya yang pedih.

Allah berfirman : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.(QS. Ibrahim : 7).

 

Kita minta kepada Allah agar kita di beri kemudahan untuk bersyukur kepada-Nya dan juga kita meminta kepada-Nya untuk menjaga agama kita, serta kita memohon agar meninggal dalam keadaan tetap memeluk agama Islam. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber : BULETIN DAKWAH AT-TASHFIYYAH, Surabaya Edisi : 08 / Dzulhijjah / 1424

Monday, August 20, 2012

Tujuan Hidup Manusia

Kebanyakan kaum muslimin masih beranggapan kewajibannya untuk agama ini hanyalah beramal dan beribadah (sholat, puasa dan sejenisnya). Dan itu mereka anggap sudah cukup membuat mereka selamat menuju akhirat. 

Padahal ada 4 hal yang harus dilakukan setiap muslim untuk meningkatkan kualitas keislamannya, 

dimana dengannya ia selamat menuju akhirat.  Tanpa menjaga 4 kewajibannya ini maka mereka akan termasuk orang-orang yang merugi dan gagal di dunia dan akhirat.

 

Berikut ini kami kutip penjelasan mengenai 4 langkah yang menjadi kewajiban setiap muslim agar kualitas iman dan keislamannya bisa terjaga kokoh dan meningkat dari hari ke hari.  Tulisan ini kami sarikan berdasarkan salah satu tulisan Abu Umamah Abdurrohim bin Abdul Qohhar Al Atsary sesuai keterangan sumber pustaka pada catatan kaki.

Agama Islam akan bermanfaat bagi setiap muslim setelah ia menjalankan tugas yang telah diwajibkan oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala.

 

 

 

Kewajiban setiap muslim terhadap agamanya itu ada 4 yaitu :

1. Mempelajari Islam (menuntut ilmu agama)

2. Mengamalkan ajaran Islam (berdasarkan ilmu yang sudah kita pelajari) pada diri kita sendiri

3. Mendakwahkan ajaran Islam kepada umat manusia agar taat pada agama Islam

4. Bersabar dalam mengamalkan ajaran Islam, dalam berdakwah dan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah.

Keempat tugas dan kewajiban ini telah Alloh subhanahu wata’ala sebutkan dalam firmanNya  (artinya) :

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (QS, Al ‘Ashr: 1-3)

Imam As-Syafi’i berkata: “Seandainya semua manusia memikirkan apa yang ada di dalam surat ini (surat Al ‘Ashr), sesungguhnya surat ini mencukupi mereka”. Penjelasannya adalah bahwa martabat itu ada empat, dengan menyempurnakan keempatnya, maka seseorang mendapatkan puncak kesempurnaannya. (seperti ditulis Imam Ibnul Qoyyim  di dalam Miftah Darus Sa’adah 1/56)(sebagai tambahan penerbit) 

 

Berikut dibawah ini penjelasan singkatnya :

 

1. Mempelajari Islam (Berilmu)

Allah Subhanahu wa ta’ala mewajibkan setiap muslim untuk mempelajari agamanya secara terus-menerus, hingga akhir hayat, sebagaimana telah disabdakan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam (artinya) :

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”

(HR. Ibnu Majah, Abu Ya’la, Thabrani, dan Al Albany telah menshohihkannya)

 

Adapun diantara sebab-sebab diwajibkannya belajar agama adalah :

-  Kita tidak dapat menjalankan agama dengan baik dan benar kalau tidak belajar (memahami) terlebih dahulu dengan baik apa yang akan kita amalkan.  Orang yang tidak mau atau bermalas-malasan belajar agama tidak akan mendapatkan kebaikan.  Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda (artinya) :

“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Alloh kebaikan baginya, maka Alloh akan mengkaruniakan kepahaman agama baginya”   (HR Al Bukhori).

Al Imam Al Bukhori menafsirkan hadits ini dengan mengatakan : “Orang yang tidak mau belajar kaidah-kaidah Islam, terhalang baginya kebaikan”

-  Ibadah atau amal shalih yang dicintai dan diridhoi Alloh Subhanahu wa ta’ala adalah jika amalan itu sesuai dengan (cara dan tujuan yang dijelaskan di) Al Qur’an dan As-Sunnah.  Maka kita wajib mempelajari Al Qur’an dan As-Sunnah karena keduanya menerangkan segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Alloh subhanahu wata’ala untuk kita amalkan. Didalamnya juga diterangkan hal-hal yang dibenci dan dimurkai oleh-Nya yang harus kita jauhi dan tinggalkan.

 

Rosululloh shalallahu alaihi wassalam menyampaikan pesan untuk seluruh umat Islam, melalui sabdanya (artinya) :

“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan keduanya, yaitu kitabulloh dan sunnahku.  Keduanya tidak akan berpisah sampai kalian (bertemu) kembali denganku di telaga Al Haudh”  (Al Hadits,  diantaranya ada dalam riwayat Hakim (I/172), dan Daruquthni(hadits no. 149), HR Imam Malik 1395 bersumber dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu dihasankan oleh Al-Albani di dalam kitabnya Manzilatus Sunnah fil Islam 1/18]

-  Alloh subhanahu wata’ala telah melarang untuk mengerjakan sesuatu yang tidak diketahui ilmunya. Alloh subhanahu wata’ala berfirman (artinya) :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

 

Jadi orang Islam yang tidak mau belajar agama, dia tidak akan mengerti mana jalan yang lurus (baik) dan mana jalan yang menyesatkan, mana yang benar dan mana yang salah. Mereka tidak akan mengerti mana perbuatan yang dicintai Alloh dan mana yang dibenci dan dimurkai-Nya.

Orang yang tidak mau belajar agama telah berdosa karena tidak taat kepada Alloh subhanahu wata’ala.

 

Adapun ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim ada tiga yaitu mempelajari tentang Alloh subhanahu wata’ala, mempelajari tentang Nabi-Nya shalallahu alaihi wassalam, dan mempelajari tentang agama Alloh subhanahu wata’ala.

 

2.   Mengamalkan Ajaran Islam

Kewajiban setiap muslim setelah mempelajari ilmu agama adalah mengamalkan ilmunya. Orang yang belajar agama tapi tidak mengamalkannya, tidak ada gunanya dan tetap berada dalam kesesatan dan murkan Alloh subhanahu wata’ala. 

Orang yang mengerti dengan baik ajaran Islam namun tidak mengamalkannya, sangat menyerupai orang Yahudi yang tahu kebenaran Islam tapi menyangkalnya, kemudian dilaknat Alloh subhanahu wata’ala. Adapun orang yang mengamalkan agama tetapi tidak diadasari ilmu yang benar, maka mereka menyerupai orang Nasrani (Kristen) yang beribadah dengan cara yang salah, dan telah dilaknat Alloh subhanahu wata’ala.

Orang Islam wajib mempelajari agamanya dengan sebaik-baiknya, kemudian mengamalkannya dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi apa yang dilarangNya dan dimurkaiNya.  Mempelajari dan mengamalkan Islam merupakan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah diberi petunjuk dan diberi nikmat oleh Alloh subhanahu wata’ala yaitu para Nabi, shiddiqun, syuhada dan orang-orang yang sholih.

 

3.  Mendakwahkan ajaran Islam

Kewajiban selanjutnya adalah menyampaikan dan mengajak kaum muslimin untuk mempelajari Islam dengan baik kemudian mengamalkannya, juga mengajak orang-orang yang diluar Islam agar memeluk agama Islam yang jelas telah diridhoi Alloh Subhanahu wata’ala, yang akan menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat.

Alloh subhanahu wata’ala telah menerangkan kewajiban berdakwah ini dalam firmanNya (artinya) :

“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan peringatan yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”  (QS An Nahl : 125)

 

4.  Bersabar dalam menjalankan kewajiban beragama

Bersabar artinya menahan hawa nafsu untuk taat dan tidak bermaksiat kepada Alloh subhanahu wata’ala serta tidak mencela dan membenci takdir Alloh subhanahu wata’ala.

Sabar itu ada 3 macam :

  1. Bersabar ketika menjalankan ketaatan kepada Alloh subhanahu wata’ala

  2. Bersabar ketika menjauhi larangan dan maksiat

  3. Bersabar ketika menerima ujian dan cobaan dari Alloh subhanahu wata’ala

 

Demikianlah, inilah empat tugas dan kewajiban bagi setiap muslim agar agamanya bermanfaat pada dirinya dengan baik, yaitu mempelajari agama, mengamalkannya, mendakwahkannya dan bersabar.

 

                                                            
Sumber :  Dikutip dari Buku Pegangan TPQ, Modul Aqidah I, oleh Abu Umamah Abdurrohim bin Abdul Qohhar Al Atsary.

Saturday, August 18, 2012

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H

LEBARAN IDUL FITRI TAHUN 2012 ALHAMDULILAH BISA SERENTAK DI BUMI PERTIWI INDONESIA TEPATNYA HARI MINGGU KLIWON, 19 AGUSTUS 2012

Kami segenap sahabat-sahabat dari jiwasedekah blog's mengucapkan selamat hari raya idul fitri 1 syawal 1433 H, Mohon Maaf Lahir & Bathin jikalau selama posting cerita keajaiban sedekah & cerita islami ada kata, judul, foto yang kurang berkenan bagi pembaca dan sahabat-sahabtku semuanya. 

Kami ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku yang telah menyumbangkan artikel kisah nyata keajaiban sedekah, buat kangmas Warnet Mahesa Semarang kami mengucapkan banyak terima kasih atas isi postingan di jiwasedekah blog's dan seluruh donatur cerita islami yang tidak bisa kami sebut satu persatu, semoga amal kebaikan sahabatku menjadi amal kebaikan dunia akhirat. Kami berharap semoga blog's sederhana ini membawa manfaat dan keberkahan untuk kita semuanya. amin

IDUL FITRI 1433 H
dan bagi sahabat-sahabatku yang mau mengucapkan lebaran melalui sms atau e-mail berikut ada kata-kata yang mengenai ucapan LEBARAN IDUL FITRI 1433 H. karena jarak dan wilayah yang tidak bisa mudik ketemu di kampung lebaran tahun ini.(thank to : lebahndut.net)

Andai jemari tak sempat berjabat.
Jika raga tak bisa bersua.
Bila Ada kata membekas luka.
Semoga pintu maaf masih terbuka.
Selamat Idul Fitri

Ulel melingkel
D ats pagel
Anjing pudel
Naek skutel…
Kalo guw prnh
Bqn ksel ampe pegel2…
Dr lbuk udel
Yg palg dlm
Guw nysel
Muuphin saiia iiee

Fitrah sejati adalah meng-Akbarkan Allah..
Dan Syariat-Nya di alam jiwa..
Di dunia nyata, dalam segala gerak..
Di sepanjang nafas Dan langkah..
Semoga seperti itulah diri Kita di Hari kemenangan ini..
Selamat Idul Fitri 1433 H Mohon Maaf Lahir Batin

Waktu mengalir bagaikan air
Ramadhan suci akan berakhir
Tuk salah yg pernah Ada
Tuk khilaf yg sempat terucap
Pintu maaf selalu kuharap
Met Idul Fitri

Bibirku bak pisau,perbuatanku bak iblis, kugoreskan semua luka dalam hatimu, kusayat hatimu tak terkira menggoreskan luka terdalam dalam hatimu. Taqobalallahu minna wa minkum. Maafkan segala dosa dan kesalahanku.

Untuk hati yang pernah terluka oleh tajamnya lidah
Untuk jiwa yang perih oleh buruknya tingkah laku
Untuk perasaan yang hancur oleh ego yang tak mau mengalah
Mohon maaf lahir dan batin

Kami sekeluarga mengucapkan selamat hari raya idul fitri 1433 H
Ramadhan membasuh hati yang berjelaga
Saatnya meraih rahmat dan ampunan-Nya
Untuk lisan dan sikap yang tak terjaga
Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H
Minal Aidin Wal Faidzin Taqabalallahu minnaa wa minkum

Berbuat khilaf adalah sifat
Meminta maaf adalah kewajiban
Dan kembalinya Fitrah adalah tujuan
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

Andai jemari tak smpt berjabat,andai raga tak dpt b’tatap
Seiring beduk yg mgema,sruan takbir yg berkumandang
Kuhaturkan salam menyambut Hari raya idul fitri, Jk Ada kata serta khilafku
membekas lara mhn maaf lahir batin.
SELAMAT IDUL FITRI

Jika HATI sejernih AIR, jangan biarkan IA keruh,
Jika HATI seputih AWAN, jangan biarkan dia mendung,
Jika HATI seindah BULAN, hiasi IA dengan IMAN.
Mohon Maaf lahir Dan batin

Bila ada langkah membekas lara
Ada kata merangkai dusta
Ada tingkah menoreh luka
Mohon maaf lahir dan bathin
Selamat hari raya Idul Fitri 1433 H

Orang yang paling mulia adalah
Orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain
Bersihkan diri, sucikan hati Di hari yang Fitri ini mohon maaf lahir batin

Kata telah terucap, tangan telah tergerak, prasangka telah terungkap,
Tiada kata, Kecuali “saling maaf” jalin ukhuwah & kasih sayang raih
indahnya kemenangan hakiki, Selamat Hari Raya Iedul Fitri

Sepuluh jari tersusun rapi.. Bunga melati pengharum hati .. SMS dikirim
pengganti diri… Memohon maaf setulus hati … Mohon Maaf Lahir Dan Batin
.. Met Idul Fitri …

Mawar berseri dipagi Hari
Pancaran putihnya menyapa nurani
Sms dikirim pengganti diri
SELAMAT IDUL FITRI
MOHON MAAF LAHIR BATHIN

Melati semerbak harum mewangi,
Sebagai penghias di Hari fitri,
SMS ini hadir pengganti diri,
Ulurkan tangan silaturahmi.
Selamat Idul Fitri

Bila kata merangkai dusta..
Bila langkah membekas lara…
Bila hati penuh prasangka…
Dan bila Ada langkah yang menoreh luka.
Mohon bukakan pintu maaf…
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin

tiada kesucian menjadi sempurna
tatkala ada salah satu kebencian tertanam dalam jiwa
membasuh jiwa dengan permintaan maaf.
terkirim dari lubuk hati atas kesalahan selama ini
selemat hari raya idul fitri. mohon maaf lahir batin.

Melati berseri dipagi Hari
Pancaran putihnya menyapa hati nurani
Sms dikirim pengganti diri
selamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir dan batin

Tiada yang seindah ketika hati tersucikan
Bersih tanpa noda kebencian
yang terbasuh oleh ramadhan
dan kemurnian hati untuk saling memaafkan
selamat hari raya idul fitri 1433 H, minal aidzin wal fa idzin
mohon maaf lahir batin

Selembut apapun angin berhembus pasti pernah menebarkan debu
Seputih apapun baju tak ada yang tanpa noda
Sebaik apapun manusia pasti pernah khilaf dan melakukan kesalahan
Menyambung kasih, merajut cinta, beralas ikhlas, beratap DOA.
Semasa hidup bersimbah khilaf & dosa, berharap dibasuh maaf.
Selamat Idul Fitri

Mata kadang salah melihat. Mulut kadang salah berucap. Hati kadang salah menduga. Maafkan segala kekhilafan. Mohon maaf lahir dan bathin. Selamat hari raya Idul Fitri 1433H. Maafin ya.

Melati semerbak harum mewangi,
Sebagai penghias di Hari fitri,
SMS ini hadir pengganti diri,
Ulurkan tangan silaturahmi.
Selamat Idul Fitri

jangan terputus silaturahmi
karena sepatah kata yang terucap tanpa sengaja
atau perbuatan yang tidak terencana.
mohon maaf atas segala kesalahan
minal aidzin wal fa idzin
selamat hari raya idul fitri

Sebelas bulan Kita kejar dunia,
Kita umbar napsu angkara.
Sebulan penuh Kita gelar puasa,
Kita bakar segala dosa.
Sebelas bulan Kita sebar dengki Dan prasangka,
Sebulan penuh Kita tebar kasih sayang sesama.
Dua belas bulan Kita berinteraksi penuh salah Dan khilaf,
Di Hari suci nan fitri ini, Kita cuci hati, Kita buka pintu maaf.
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir Dan batin

Andai jemari tak sempat berjabat.
Jika raga tak bisa bersua.
Bila Ada kata membekas luka.
Semoga pintu maaf masih terbuka.
Selamat Idul Fitri

Faith makes all things possible.
Hope makes all things work.
Love makes all things beautiful.
May you have all of the three.
Happy Iedul Fitri.”

Bila kata merangkai dusta..
Bila langkah membekas lara…
Bila hati penuh prasangka…
Dan bila Ada langkah yang menoreh luka.
Mohon bukakan pintu maaf…
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin