Saturday, March 15, 2014
Wednesday, March 5, 2014
cinta yang tak terucap dari mereka
bismillahirrohmannirrohiim....
Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh “seseorang”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine. Saya memang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.
Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor. (Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)
Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?
Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan “sayang” betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan... Jangan-jangan hanya jadi beban...
Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat di rumah sakit... dari kakak yang rela berkorban demi saya, Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. dari sahabat dan teman seperjuangan, dari guru-guru mungilku di sekolah, juga para orang tua mereka. Dari orang tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa seringnya kita tidak menyadari...
Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)
Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah.
Duh... Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya. Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...
Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya. Pasti!
Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.
Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya... Lisan kejam dan menyayat-nyayat... Waktu yang terbuang sia-sia..
Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta? Dan semua itu telah ada dan selalu ada tanpa dibatasi oleh momen-momen semacam valentin's day yang jelas bukan budaya kita ummat Muslim.
Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi.
Tulisan ini sebenarnya bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya.
Yuk, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas...
Monday, March 3, 2014
Dalam Dekapan Gerimis

Monday, February 24, 2014
Mahram
Mahram
Mahram yaitu orang orang yang tidak batal wudhu jika bersentuhan dan tidak boleh dinikahi:- Ibu kandung (nenek dan seterusnya ke atas baik dari jalur laki-laki atau perempuan) / ibu susu
- Anak kandung perempuan (cucu perempuan dan seterusnya ke bawah baik dari laki-laki atau perempuan) / anak susu perempuan
- Saudara kandung perempuan / saudara susu perempuan
- Saudara perempuan dari bapak kandung (saudara perempuan dari kakek dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu) / saudara perempuan dari bapak susu
- Saudara perempuan dari ibu kandung (saudara perempuan dari nenek dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu) / saudara perempuan dari ibu susu
- Anak perempuan dari saudara kandung laki laki (sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki laki maupun perempuan) / anak perempan dari saudara susu laki-laki
- Anak perempuan dari saudara kandung perempan (sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki laki atau perempuan) / anak perempuan dari saudara susu perempuan
- Istri bapak kandung (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya ke atas
- Istri dari anak laki laki, istri cucu dan seterusnya ke bawah
- Mertua perempuan, ibunya dan seterusnya ke atas
- Anak perempuan istri dari suami lain (rabibah), cucu perempuan istri baik dari keturunan rabibah maupun dari keturunan rabib dan seterusnya ke bawah
- Mahram adalah orang yang tidak batal wudhu dan tidak boleh dinikahi
- Muhrim adalah orang yang berihram waktu melakukan haji atau umrah
- Seorang dinyatakan menjadi mahrah apabila dia menyusu sebelum umur dua tahun, dan tindakan penyusuan dilakukan sedikitnya 5 kali penyusuan.
Friday, February 21, 2014
ADAB ORANG ALIM DAN MURID
Serorang alim (orang yang berilmu), apalagi orang alim yang mengajar, tidak hanya dilihat dari ilmunya dan ibadahnya. Melainkan juga adabnya, terutama terhadap muridnya,. Bahkan, adab seorang alim sering kali menjadi ukuran orang dalam menilai dirinya. Tidak sedikit orang berilmu yang tidak didatangi orang untuk belajar kepadanya atau kurang diperhatikan perkataannya karena adabnya yang kurang baik. Karena itu, sudah semestinya seorang yang berilmu memperhatikan adab-adab yang harus dijaganya.
Begitupun seorang murid. Ia tidak hanya dilihat kecerdasannya. Bahkan, murid yang cerdas tapi tidak atau kurang beradab, sangat tidak disukai guru atau teman-tamannya.pada akhirnya, ia tidak akan mendapatkan keberkahan ilmu dari gurunya, sehingga kecerdasannya kurang bermanfaat baginya. Maka memperhatikan dan menjaga adab tidak kalah pentingnya di banding meraih ilmu itu sendiri.
Diterangkan dalam kitab bidayah al-hidayah
Begitupun seorang murid. Ia tidak hanya dilihat kecerdasannya. Bahkan, murid yang cerdas tapi tidak atau kurang beradab, sangat tidak disukai guru atau teman-tamannya.pada akhirnya, ia tidak akan mendapatkan keberkahan ilmu dari gurunya, sehingga kecerdasannya kurang bermanfaat baginya. Maka memperhatikan dan menjaga adab tidak kalah pentingnya di banding meraih ilmu itu sendiri.
Diterangkan dalam kitab bidayah al-hidayah
وَ ان كنت عالم فآداب العالم الإحتمال ولزوم الحلم في الأمور والجلوس بالهيبة على سمت الوقار مع إطراق الرّأس وترك التّكبّر على جميع العباد إلاّ على الظّلمة زجرا لهم عن الظّلم وإيثار التّواضع في الحافل والمجالس وترك الهزل والدّعابة
Jika kau seorang alim ,adab-adab orang alim adalah sebagai berikut :
- Pertama, Sabar .
- Kedua, tidak terburu-buru dalam segala urusan.
- Ketiga, duduk dengan penuh wibawa disertai sikap tenang dan menundukkan kepala.
- Keempat, tidak bersikap sombong kepada semua manusia, kecuali kepada orang-orang yang dzalim untuk mencegah mereka berbuat dzalim.
- Kelima, mengutamakan tawadhu' ditempat-tempat pertemuan dan majelis-majelis.
- Keenam, tidak bermain dan bercanda.
Arti sabar disini adalah menerima pertanyaan yang diajukan oleh murid-muridnya. Boleh bersikap sombong terhadap orang-orang yang sombong, karena sombong terhadap orang-orang yang sombong adalah sedekah sebagaimana tawadhu' terhadap orang-orang yang bersikap tawadhu'.
و الرّفق بالمتعلّم والتّأنّي بالمتجرف وإصلاح البليد بحسن الإرشاد وترك الحرد عليه وترك الأنفة من قول لاأدري
- Ketujuh, menunjukkan kasih sayang terhadap pelajar dan bersabar terhadap siswa yang tidak pandai bertanya (artinya yang didasari pemahaman) tapi mengaku(menganggap diri) tahu padahal tidak tahu.
- Kedelapan, memperbaiki siswa yang bandel dengan bimbingan yang baik.
- Kesembilan, tidak memarahinya (siswa yang bandel itu).
- Kesepuluh, tidak sombong (tidak segan) untuk mengatakan "saya tidak tahu".
Seorang alim hendaknya mengatakan "saya tidak tahu",atau "wallahua'lam", jika masalah yang dihadapi tidak jelas atau tidak diketahuinya. Diriwayatkan dalam hadist bahwa seseorang lelaki bertanya kepada nabi SAW, "negri mana yang paling buruk ?"nabi SAW menjawab,"aku tidak tahu, aku akan menanyakan kepada jibril". Kemudian beliau bertanya kepada jibril, kemudian jibril menjawab,"aku tidak tahu .aku akan menanyakan kepada robbul-'izzah (tuhan yang memiliki kemulyaan)".
وصرف الهمّة الى السّائل وتفهّم سؤاله وقبول الحجّة والإنقياد للحقّ بالرّجوع اليه عند الهفوة ومنع المتعلّم عن كلّ علم يضرّه
- Kesebelas, memusatkan perhatian kepada penanya dan memahami pertanyaanya.
- Keduabelas, menerima dalil dengan benar. Ketiga belas, tunduk kebenaran dengan kembali kepadanya ketika salah. Keempat belas, melarang siswa mempelajari ilmu yang membahayakannya.
Setiap orang mesti memperhatikan dalil yang benar dan mendengarkannya . karena mengikuti kebenaran adalah wajib, meskipun kebenaran itu berasal dari lawan atau dari oran yang lebih rendah kedudukannya. Yang dimaksud ilmu yang membahayakan adalah membahayakan bagi agamanya, seperti ilmu sihir, nujum, dan ramal.
وزجره عن ان يريد بالعلم النّافع غير وجه اللّه تعالى وصدّ المتعلّم عن ان يشتغل بفرض الكفاية قبل الفاراغ من فرض العين وفرض عينه إصلاح ظاهره وباطنه بتّقوى
- Kelima belas, melarang siswa mengharap selain ridha allah dengan ilmu yang berguna.
- Keenam belas, mencegah siswa dari menyibukkan diri dengan fardhu kifayah sebelum menuntaskan fardhu 'ainnya.adapun fardhu 'ainnya adalah memperbaiki lahir dan batinnya denga ketaqwaan.
Dengan ketaqwaan, artinya dengan menunaikan ibadah lahir dan batin serta menjauhi maksiat lahir dan batin sebagai mana yang telah disebutkan dalam ktab bidayah al-hidayah:
ومؤاخذة بنفسه اوّلا باتّقوى ليقتدي المتعلّم اوّلا بأعمله ويستفيد ثانيامن اقوله
- Ketujuh belas, mengutamakan memperbaiki diri sendiri dengan bertaqwa, supaya para murid pertama-tama meneladani perbuatan-perbuatannya dan kemudian baru mengambil manfaat dari perkataan-perkataannya.
Dan ada juga adab seorang murid yang diterangkan dalam kitab bidayah al-hidayah :
وإن كنت متعلّم فآدب المتعلّم مع العالم ان يبدأه بالتّحيّة وسّلام وان يقلّل بين يديه الكلم ولايتكلّم مالم يسأله أستاذه ولا يسأل مالم يستأذن اوّلا ولا يقول في معارضه قوله قال فلان بخلاف ماقلت
Jika engkau seorang belajar (murid), ketahuilah bahwa adab-adab siswa terhadap seorang alim(yakni gurunya) adalah sebagai berikut :
- Pertama, mamulai member salam.
- Kedua, sedikit bicara dihadapannya.
- Katiga, tidak bicara selama tidak ditanya oleh gurunya.
- Keempat, tidak menanyakan sesuatu sebelum minta izin kepada gurunya lebih dulu.
- Kelima, tidak menyanggah guru dengan mengatakan,"si fulan mengatakan yang berbeda dengan yang tuan katakana(atau semacamnya)".
ولايشير عليه بخلاف رأيه فيري انّه أعلم بصّواب من أستاذه ولايسأل جليسه في مجلس ولايلتفت الى الجوانب بل يجلس مطرقا عينه ساكنا متأدّب كأنّه في الصّلاة
- Keenam, tidak menunjukkan pendapat yang berbeda dengan menganggap bahwa dirinya lebih tahu tentang apa yang benardibandingkan gurunya.
- Ketujuh, tidak bertanya kepada teman dimajelisnya.
- Kedelapan, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri,melainkan duduk sambil menundukkan pandangannya dengan tenang dan sopan seakan-akan ia sedang sholat.
ولا يكثر عليه السّؤال عند ملله واذا قام قام له ولا يتبعه بكلامه وسؤاله ولا يسأله في طريقه إلى ان يبلغ منزله
- Kesembilan, tidak banyak bertanya kepada gurunya ketika sedang jemu.
- Kesepuluh, apabila guru berdiri,ia pun berdiri untuk menghormatinya.
- Kesebelas, tidak mengikuti guru dengan berbicara dan menanyainya.
- Kedua belas, tidak bicara di jalan sampai ia (guru) tiba dirumahnya (tempat duduknya).
ولايسيء الظّنّ به في افعال ظاهرها منكرة عنده فهو اعلم بأسراره واليذكر عند ذالك فول موسى للخضر عليهما السّلام أخرقتها لتغرق اهلها لقد جئت شيأ إمرا وكونه مخطئا في انكره اعتمادا على ظّاهر
- Katiga belas, tidak berburuk sangka kepadanya (guru) mengenai perbuatan-perbuatan yang pada lahiriyahnya mungkar menurut pandangan siswa, karena guru lebih tahu tentang rahasia-rahasianya. Ingatlah ucapan nabi Musa kepada nabi Khidir, "mengapa kau melubangi perahu itu yang berakibat menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah melakukan kesalahan yang besar". padahal, nabi Musa salah ketika menyalah kannya, karena bersandar (memperhatikan) pada lahiriah.
Perbuatan nabi Khidir pada lahiriahnya adalah mungkar. Karena itu, nabi Musa menyalah kan gurunya tersebut. Akan tetapi pada hakikatnya sesuai dengan syariat, dan akhirnya nabi Musa membenarkan perbuatan gurunya. Hendaknya seorang siswa ingat bahwa gurunya mengetahui rahasia-rahasia dibalik perbuatannya.
Diriwayatkan bahwa, ketika ibnu'arabi sedang mengerjakan sholat, para muridnya memperhatikan ibnu'arabi menggerak-gerakkan kakinya berulang kali dalam sholat. Setelah beliau selasai sholat, mereka bertanya kepadanya,"mengapa tuan menggerak-gerakkan kaki?" ibnu'arabi menjawab,"imam fakhrur razi akan wafat dan parasetan mengepungnya untuk menghiangkan imannya, maka kusir mereka dengan kakiku sehingga ia wafat dalam keadan beriman".
"wallahu a'lam"
Thursday, February 20, 2014
DITANYAKAN KEPADANYA
Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka cerdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia
Emha Ainun Nadjib
Inilah Sebab-Sebab Malas Beribadah
Hal apa saja yang bisa membuat seseorang malas beribadah ?
Sebab pertama dari beberapa sebab yang menjadikan seorang malas dalam beribadah adalah bergelimang dalam dosa dan maksiat.
imam Sufyan Ats-Tsauri pernah menuturkan, “Saya pernah tidak bisa menjalankan shalat tahajjud selama 5 bulan. Hanya karena 1 dosa yang dulu aku lakukan.” (atau ucapan yg senada)
Nah, bagaimana dengan kita?
rasa malas dan cara mengatasinya
Seorang muslim yang bergelimang maksiat dan terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan dilupakan kebanyakan manusia adalah salah satu sebab lesu, malas dan meremehkan ibadah dan ketaatan. Jika seorang malas beribadah, maka ia terancam dengan kemurkaan Alloh. Tahukah Anda, apa kemurkaan Allah tersebut ?
Sungguh Alloh akan melenyapkan manisnya iman, tidak mengaruniakan kepadanya kelezatan dalam ketaatan. Inilah murka Alloh yang akan menimpanya, selanjutnya ia tidak mampu mengerjakan ketaatan dan ibadah, padahal meraih ketaatan dan ibadah adalah sebab meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu Allohu subhanahu wata’ala berfirman
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura:30)
Maka dari itu, hendaklah seorang muslim menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa kecil yang dianggap remeh. Oleh sebab itu jauh hari Rasululloh Shollalahu a’alaihi wassalam mengingatkan kita dengan sabdanya,
“jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia bertumpuk-tumpuk pada seseorang, maka ia akan mencelakakan orang tersebut.”
Jauhilah segala dosa kecil dan besar itulah ketaqwaan, jadilah engkau seperti orang yang berjalan di atas jalan berduri yang selalu waspada, janganlah engkau meremehkan dosa kecil, karena sebuah gunung itu tersusun dari batu-batu kecil
dibalik rasa malas
Sebab kedua yang membuat seseorang malas mengerjakan ketaatan dan ibadah adalah melupakan urgensi ibadah. Diantara bentuk kelalaian seseorang adalah melupakan dirinya bahwa ia adalah mahluk yang lemah, hanya karena kehendak dan kekuatan Alloh sajalh ia menjadi kuat dalam menjaga dan mengerjakan ketaatan dan ibadah.
Seorang muslim harus mengetahui dan memahami bahwa beribadah dan beramal shalih adalah sebab dan inti mendapatkan bantuan dan pertolongan Alloh, sesungguhnya tekun mengerjakan amal shalih adalah cara meraih pertolongan Alloh subhanahu Wata’ala
Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman
“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-ankabut:69)
Diantara sebab malas dalam beribadah adalah melupakan kematian dan kejadian-kejadian setelahnya. Wahai saudaraku, sungguh melupakan kematian dan kesulitan-kesulitan setelahnya adalah penyebab seseorang malas untuk beribadah, taat dan malas beramal shaleh.
Sungguh seorang yang melupakan kematian dapat dipastikan ia akan malas beribadah, maka dari itu bagi setiap muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak mengingat penghancur (pemutus) segala kenikmatan. Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.”(QS. Ali Imran : 185)
Ya, Kematian adalah obat bagi orang yang panjang angan-angan, orang yang keras hatinya dan yang banyak dosa. Oleh sebab itu Rasulullah Shollalahu ‘alaihi Wasallah bersabda “perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan.”
Wahai saudaraku….
Diantara sebab malas beribadah dan malas mengerjakan ketaatan adalah tidak tahu besarnya pahala suatu ibadah. Sungguh tidak mengetahuinya adalah sebab malas melakukan ibadah dan ketaatan, jika seseorang mengetahui besarnya suatu ibadah, niscaya ia akan rajin mengerjakannya.
Maka dari itu, aku wasiatkan kepada kalian wahai kaum muslimin… hendaklah bersungguh-sungguh untuk memahami keutamaan ibadah dengan membaca buku-buku yang menjelaskan akan keutamaan dan ganjaran ibadah itu. Karena jika seseorang mengetahui keutamaan dan besarnya pahala suatu ibadah ia akan bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah.
Diantara sebab malas mengerjakan ibadah dan ketaatan adalah berlebih-lebihan dalam perkara mubah. Yaitu dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan serta yang lainnya. Seluruhnya adalah penyebab malas beribadah, karena berlebih-lebihan dalam hal tersebut dapat menyebabkan lesu, ingin mudah istirahat dan tidur.
Berlebih-lebihan dalam perkara mubah seperti dalam makanan dan minuman adalah penyebab kerasnya hati. Karena hati akan bersih dan lembut jika dalam kondisi lapar dan sedikit makan dan hati akan menjadi keras jika dalam kondisi kenyang, hal ini adalah sunnatulloh yang tidak pernah berubah. Celakalah orang yang keras hatinya dan tidak ingat Alloh. Bahkan seorang muslim yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, mengerjakan kebaikan dan ketaatan bahkan bercapek-capek mengerjakan sholat tahajud pun tidak akan merasakan lezat dan manisnya ibadah jika berlebihan dalam perkara mubah tersebut.
Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata “Banyak mengkonsumsi makanan adalah sebuah penyakit yang akan menimbulkan keburukan, banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan maksiat, dan berat untuk melakukan ketaatan. Maka cermatilah keburukan ini.” Wallohu ‘alam.
Sumber : tabloid/majalah ummi edisi 9/XII/2000
http://www.akhwatmuslimah.com/2013/11/1608/inilah-sebab-sebab-malas-beribadah/
Pertama : Bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat.
Sebab pertama dari beberapa sebab yang menjadikan seorang malas dalam beribadah adalah bergelimang dalam dosa dan maksiat.
imam Sufyan Ats-Tsauri pernah menuturkan, “Saya pernah tidak bisa menjalankan shalat tahajjud selama 5 bulan. Hanya karena 1 dosa yang dulu aku lakukan.” (atau ucapan yg senada)
Nah, bagaimana dengan kita?
rasa malas dan cara mengatasinya
Seorang muslim yang bergelimang maksiat dan terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan dilupakan kebanyakan manusia adalah salah satu sebab lesu, malas dan meremehkan ibadah dan ketaatan. Jika seorang malas beribadah, maka ia terancam dengan kemurkaan Alloh. Tahukah Anda, apa kemurkaan Allah tersebut ?
Sungguh Alloh akan melenyapkan manisnya iman, tidak mengaruniakan kepadanya kelezatan dalam ketaatan. Inilah murka Alloh yang akan menimpanya, selanjutnya ia tidak mampu mengerjakan ketaatan dan ibadah, padahal meraih ketaatan dan ibadah adalah sebab meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu Allohu subhanahu wata’ala berfirman
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura:30)
Maka dari itu, hendaklah seorang muslim menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa kecil yang dianggap remeh. Oleh sebab itu jauh hari Rasululloh Shollalahu a’alaihi wassalam mengingatkan kita dengan sabdanya,
“jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia bertumpuk-tumpuk pada seseorang, maka ia akan mencelakakan orang tersebut.”
Jauhilah segala dosa kecil dan besar itulah ketaqwaan, jadilah engkau seperti orang yang berjalan di atas jalan berduri yang selalu waspada, janganlah engkau meremehkan dosa kecil, karena sebuah gunung itu tersusun dari batu-batu kecil
Kedua : Tidak Faham Tentang Urgensi Ibadah
dibalik rasa malas
Sebab kedua yang membuat seseorang malas mengerjakan ketaatan dan ibadah adalah melupakan urgensi ibadah. Diantara bentuk kelalaian seseorang adalah melupakan dirinya bahwa ia adalah mahluk yang lemah, hanya karena kehendak dan kekuatan Alloh sajalh ia menjadi kuat dalam menjaga dan mengerjakan ketaatan dan ibadah.
Seorang muslim harus mengetahui dan memahami bahwa beribadah dan beramal shalih adalah sebab dan inti mendapatkan bantuan dan pertolongan Alloh, sesungguhnya tekun mengerjakan amal shalih adalah cara meraih pertolongan Alloh subhanahu Wata’ala
Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman
“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-ankabut:69)
Ketiga : Melupakan Kematian
Diantara sebab malas dalam beribadah adalah melupakan kematian dan kejadian-kejadian setelahnya. Wahai saudaraku, sungguh melupakan kematian dan kesulitan-kesulitan setelahnya adalah penyebab seseorang malas untuk beribadah, taat dan malas beramal shaleh.
Sungguh seorang yang melupakan kematian dapat dipastikan ia akan malas beribadah, maka dari itu bagi setiap muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak mengingat penghancur (pemutus) segala kenikmatan. Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.”(QS. Ali Imran : 185)
Ya, Kematian adalah obat bagi orang yang panjang angan-angan, orang yang keras hatinya dan yang banyak dosa. Oleh sebab itu Rasulullah Shollalahu ‘alaihi Wasallah bersabda “perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan.”
Keempat : Tidak Tahu Besarnya Pahala Suatu Ibadah
Wahai saudaraku….
Diantara sebab malas beribadah dan malas mengerjakan ketaatan adalah tidak tahu besarnya pahala suatu ibadah. Sungguh tidak mengetahuinya adalah sebab malas melakukan ibadah dan ketaatan, jika seseorang mengetahui besarnya suatu ibadah, niscaya ia akan rajin mengerjakannya.
Maka dari itu, aku wasiatkan kepada kalian wahai kaum muslimin… hendaklah bersungguh-sungguh untuk memahami keutamaan ibadah dengan membaca buku-buku yang menjelaskan akan keutamaan dan ganjaran ibadah itu. Karena jika seseorang mengetahui keutamaan dan besarnya pahala suatu ibadah ia akan bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah.
Kelima : Berlebih-lebihan Dalam Hal Yang Mubah
Diantara sebab malas mengerjakan ibadah dan ketaatan adalah berlebih-lebihan dalam perkara mubah. Yaitu dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan serta yang lainnya. Seluruhnya adalah penyebab malas beribadah, karena berlebih-lebihan dalam hal tersebut dapat menyebabkan lesu, ingin mudah istirahat dan tidur.
Berlebih-lebihan dalam perkara mubah seperti dalam makanan dan minuman adalah penyebab kerasnya hati. Karena hati akan bersih dan lembut jika dalam kondisi lapar dan sedikit makan dan hati akan menjadi keras jika dalam kondisi kenyang, hal ini adalah sunnatulloh yang tidak pernah berubah. Celakalah orang yang keras hatinya dan tidak ingat Alloh. Bahkan seorang muslim yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, mengerjakan kebaikan dan ketaatan bahkan bercapek-capek mengerjakan sholat tahajud pun tidak akan merasakan lezat dan manisnya ibadah jika berlebihan dalam perkara mubah tersebut.
Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata “Banyak mengkonsumsi makanan adalah sebuah penyakit yang akan menimbulkan keburukan, banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan maksiat, dan berat untuk melakukan ketaatan. Maka cermatilah keburukan ini.” Wallohu ‘alam.
Sumber : tabloid/majalah ummi edisi 9/XII/2000
http://www.akhwatmuslimah.com/2013/11/1608/inilah-sebab-sebab-malas-beribadah/
Subscribe to:
Posts (Atom)