Monday, April 16, 2012

Andai bukan karena cinta-NYA kepada ku

“Ya Rabb, aku bersyukur kepadaMU, akan tetapi Engkaulah yang menginspirasikan pada ku untuk bersyukur kepadaMU. Maka syukurku kepadaMU mengharuskan ku bersyukur pula karena Engkau telah membantuku untuk bisa bersyukur kepadaMU. Engkaulah pencipta segala sesuatu. Engkaulah yang maha lembut kepadaku disetiap keadaan…” –Ramadhan Al- Buthi-
Ada perbedaan mendasar antara bekerja dan menerima upah antar sesama manusia, dengan bekerja dan menerima upah antar manusia dan ALLOH subhanahu wata’ala. Sebagia orang menganggap beramal atau bekerja dalam hubungan antar manusia sama dengan dalam hubungan dirinya dengan ALLOH subhanahu wata’ala.

Contoh kasus, bila ada salah seorang kita bekerja dan berhak mendapat upah sebuah kebun, apakah sama kondisinya bila salah seorang diantara kita beramal dan berhak mendapat balasan dari ALLOH subhanahu wata’ala berupa syurga? Atau ungkapan sederhananya, apakah kita berhak mendapatkan balasan syurga dari ALLOH subhanahu wata’ala karena amal-amal yang kita lakukan? Seperti kita berhak mendapat upah dari manusia atas amal-amal yang kita lakukan?

wahai diriku....
Jika itu bagian dari anggapan mu, berarti yang kau ungkapkan dalam pikiran mu adalah: ALLOH subhanahu wata’ala membalas pahala kepadaku, karena aku telah melakukan amal shalih sesuai perintahNYA.” Dan bila itu yang terjadi, itulah yang dikatakan mengandalkan amal, bukan mengedepankan ALLOH subhanahu wata’alasaat kita berbuat.
“Termasuk seseorang bersandar pada amalnya adalah, sikap kurang memiliki harapan saat terpeleset dan melakukan dosa” – Ibnu Athailah (Al-Hikam)-
Ungkapan tersebut adalah anjuran agar kita bersandar pada ridho ALLOH subhanahu wata’ala bukan pada pahala atau ganjaran yang ALLOH subhanahu wata’ala berikan atas amalan/perbuatan yang kita lakukan.

Ketika ALLOH subhanahu wata’ala memerintahkan kita dengan ketaatan dan menjauhi larangannya, ALLOH subhanahu wata’ala menolong, membantu, memfasilitasi kita melakukan itu semua. siapa yang menjadikan kita mampu mendirikan sholat? siapa yang menjadikan kita kuat menahan lapar dan haus saat berpuasa? siapa yang melapangkan hati kita untuk bisa menerima keimanan? siapa yang menjadikan kita mau dan sangup melangkah lalu mendatangi masjid untuk melakukan sholat berjama'ah? jawab dari semua pertanyyan itu adalah ALLOH subhanahu wata’ala. itu sebabnya ALLOH subhanahu wata’ala berfirman:  "mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya ALLOH subhanahu wata’ala, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar" (QS: Al-Hujarat: 17)

Bukan berarti kita tidak boleh mengharapkan pahala dan surga ALLOH subhanahu wata’ala. amal saja, bukan jaminan untuk masuk surga, yang diminta dari kita adalah melakukan keta'atan dengan perasaan sangat ingin mendapatkan ridho ALLOH subhanahu wata’ala. mengharap kemurahan ALLOH subhanahu wata’ala, ampunan-NYA, kelembutan ALLOH subhanahu wata’ala kepada kita melalui amal-amal sholih yang dilakukan. ada sandaran hadits yang paling tepat untuk hal ini
"amal takkan memasukkan seseorang kalian ke dalam surga." sahabat bertanya: 'apakah termasuk engkau ya Rosululloh?' Rosululloh sallahu'alaihi wassalam menjawab: " termasuk aku, kecuali ALLOH subhanahu wata’ala meliputiku dengan kasih sayang-NYA"

wahai diriku....
Salah satu ciri orang yang mengandalkan amal dalam mengerjakan keta'atan adalah ketika ia sedikit harapannya untuk bisa mendapatkan ampunanALLOH subhanahu wata’alasaat melakukan kesalaha. itu sambungan perkataan Ibnu Athailah. artinya, ketika amal-amal yang engkau lakukan sedikit, sementara engkau juga melakukan dosa, hendaknya engkau tetap memohon, meminta dan berharap pada ALLOH subhanahu wata’ala untuk terus memberi ampunan, tidak pesimis atas rahmat ALLOH subhanahu wata’ala.

Mari merenung sejenak, wahai diriku.........
Jangan sampai engkau berkhayal dengan amal-amal shalih yang kau lakukan di dunia ini, lalu berarti engkau telah menebus harga untuk berhak masuk surga. sebab ketika engkau bersyukur secara lisan atas karunia ALLOH subhanahu wata’ala kepadamu, engkau juga harus bersyukur atas nikmat ALLOH subhanahu wata’ala yang menggerakkan lisan dan hatimu untuk bersyukur. jika kau berdiri sholat malam, maka engkau harus bersyukur karena ALLOH subhanahu wata’ala telah menolong dan membantumu untuk bisa berdiri dihadapan-NYA ditengah malam.

Andai bukan karena kecintaan ALLOH subhanahu wata’ala kepada kita, andai bukan karena bantuan dan pertolongan ALLOH subhanahu wata’ala kepada kita, andai bukan karena kebaikan dan ke Maha Lembutan ALLOH subhanahu wata’ala kepada kita, kita takkan bisa melakukan itu semua.

wahai diriku....
Janganlah engkau merasa cukup dan berbangga atas semua yang telah kau lakukan. itu semua takkan pernah cukup untuk membeli surga-NYA. janganlah engkau merasa sombong dengan segala amalanmu wahai diriku, karena bisa jadi semua amalanmu bagai debu yang ditiup angin. hilang tiada bersisa.

Astagfirullohaladzim....duhai Rabbi, ampuni diri ini atas kecongkakan, kesombongan dan ke-aku-an dalam diri ini, hamba lemah tanpa bantuan-MU, hamba hina tanpa kemulian dari-MU, hamba rugi tanpa hidayah dan rahmat-MU. duhai Alloh tuhan seru sekalian alam, izinkanlah hamba, orang tua hamba, adik dan kaka hamba serta saudara2 seiman untuk tetap berada di jalan-MU hingga husnulkhotimah menjemput...ya Rabbuna, kabulkanlah doa ini. aamiin

*referensi:
- Alhikam: Ibnu Athailah
- Diriku, bagaimana kabarmu: M. Lili Nur Aulia

No comments:

Post a Comment