Thursday, October 3, 2013

Kekasihku Seumuran Ayahku

CINTA YANG NAIF
Perkenalkan namaku Fara. Ayahku wartawan majalah politik ternama. Seorang jurnalis senior yang sangat "gila" kerja. Seumur hidupku aku hanya beberapa kali bicara dengan Ayah. Bisa dihitung jari. Ibuku ibu rumah tangga yang selalu galau, pekerjaannya arisan, ke salon dan keluyuran dengan teman-temannya. Jujur secara psikologis aku tak terurus.
Ayah sudah pasti jarang di rumah. Terlalu asyik dengan pekerjaannya. Dan kalau di rumah, sibuk mengurus burungnya. Kalau sedang bekerja, dia membayar seorang tetangga untuk mengurus binatang-binatang unggas itu. Seringkali aku cemburu dengan burung-burung mahal itu, karena mereka lebih dicintai ayah daripada diriku.
Situasi rumah yang dingin ini, membuat adik perempuanku kabur dari rumah. Sedangkan ibuku, juga tak pernah ketahuan di mana keberadaannya. Satu-satunya orang yang mengerti aku adalah Rafi, teman sekelasku di SMA, dia adalah kekasihku.
Kami berdua pacaran melewati batas aturan agama. Saat aku kelas 2 SMA aku hamil, terpaksa aku keluar dari sekolah. Rafi ingin menikahiku, tetapi keluarganya melarang, akhirnya Rafi dipindahkan orang tuanya ke kota yang jauh, ikut dengan pamannya di Sumatera.
Ayah dan Ibuku juga marah. Mereka menyalahkanku yang terlalu berani saat berpacaran. Dan mereka ingin aku menggugurkan kandunganku. Dengan begitu aku bisa melanjutkan sekolah kembali. Aku menolak.
"Tidak Ayah, aku sudah banyak dosa, aku tak mau jadi pembunuh," kataku.
Mereka tak peduli apa keputusanku. Ayah makin asyik dengan kesenangan dan pekerjaannya, dan ibuku minta cerai. Rupanya ibu sudah tidak tahan dengan perilaku ayah. Dia akan menikah dengan kekasihnya yang tinggal di kota B, mereka pun bercerai.
Sekarang harapanku adalah adikku, tetapi dia sudah ditelan kota Jakarta, entah tinggal dimana. Aku tak berhasil menemukannya. Aku pun kemudian berfikir untuk kabur, meninggalkan ayahku sendiri. Tetapi aku akan menunggu anakku lahir terlebih dahulu.
Bayi perempuan itu lahir, aku menitipkan Salsa, puteriku pada ibu di kota B. Dan aku kembali ke Jakarta, namun tidak pulang ke rumah. Saat itulah petualanganku dimulai. Aku tak punya ijasah SMA, tak punya keahlian, keahlianku satu-satunya adalah menjadi pelacur.
Maka jadilah aku pelacur kelas atas. Berpindah dari hotel ke hotel bintang lima. Langgananku kalangan pengusaha dan pejabat-pejabat. Salah satu pelangganku adalah Pak Amar. Pak Amar kaya raya, dan memiliki jabatan penting. Jujur aku jatuh cinta pada lelaki seumuran ayahku ini. Setelah dengan dia, aku tak mau menjual diri dengan siapapun, aku pun jadi simpanannya.
Sayangnya hubungan kami ketahuan istrinya. Perempuan itu memata-mataiku kemana pun pergi. Dengan kasar memintaku meninggalkan suaminya. itulah untuk pertama kalinya aku patah hati. Aku hampir bunuh diri, ketika tahu bahwa Pak Amar pun meninggalkanku, dan kembali pada istri pertamanya.
Bertahun aku frustrasi kemudian ikut Ibu di kota B. Kami membuka toko kelontong. Sungguh sulit bagiku untuk melupakan Pak Amar. Dia adalah cinta sejatikuku. Dan di kemudian hari aku baru menyadari bahwa aku selalu menjalin hubungan cinta dengan lelaki seumuran ayahku. Mungkinkah ini karena aku merindukan figur seorang ayah? Entahlah.
Cinta itu kemudian bermuara pada seorang duda berumur dua kali umurku, laki-laki itu bernama Liem. Dia pengusaha restoran keturunan China. Dia mencintaiku dan ingin menikahiku. Aku menerimanya. Kami menikah dan dikaruniai dua orang putera. Aku tak malu meskipun suamiku terlihat jauh lebih tua dariku. Merekalah orang yang selalu mengerti aku.
Jakarta, 4 oktober 2013

No comments:

Post a Comment