Friday, December 2, 2011

Hasutan Iblis terhadap Penguasa

Assalamu'alaikum para pembaca Kisah-Kisah Islamiah yang budiman.
Pada pagi hari ini Blog Kisah Islami ini akan menceritakan tentang sepak terjang iblis yang menggoda para penguasa agar terjerumus ke dalam kemaksiatan.

Seorang penguasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap rakyat dan amanahnya. Karena itulah iblis senantiasa menghasut penguasa agar para rakyatnya ikut tersesat. Alangkah senangnya iblis bila rakyat dari penguasa itu banyak jumlahnya dan tersesat karena pemimpinnya.
Salah satu yang menjadi senjata andalan iblis adalah menanamkan sifat sombong atau takabur.

Menurut riwayat, dari sifat sombong inilah iblis juga telah berhasil membuat Raja Fir'aun tersesat dan mengakui sebagai Tuhan, karena dia tidak pernah miskin, tidak pernah sakit sedkitpun sepanjang hidupnya, serta berumur panjang. Hingga rakyat disuruh menyembahnya.
Begitu juga dengan kisah berikut.
Kisahnya.
Pada suatu masa, ada seorang raja muda yang menguasai sebuah kerajaan, akan tetapi ia tidak pernah merasakan ketenangan dan kenyamanan.
Lalu ia bertanya kepada para bawahannya tentang ketidaknyamanannya itu.

"Apakah semua manusia seperti keadaanku sekarang ini atau tidak?" tanya raja.
"Tidak wahai Baginda, sesungguhnya semua manusia itu istiqamah dan tenang," kata bawahannya.
Sang raja kemudian ingin mengetahui alasannya.
"Apakah ada sesuatu yang bisa membuatku istiqamah dan tenang?" tanya sang raja.
"Ada, yaitu para ulama," jawab mereka.

Kemudian raja memanggil para ulama terkenal dan orang soleh di negerinya.
Raja menguindangnya ke istana untuk memberikan pencerahan kepadanya.
"Duduklah kalian di sisiku, apa saja yang kalian lihat padaku berupa ketaatan, maka perintahlah aku. Sebaliknya, apa saja yang kalian lihat padaku berupa kemaksiatan, maka cegahlah aku," ujar sang raja kepada para ulama.

Bisikan Iblis.
Para ulama dan orang-orang shalih pun menjalankan titah rajanya.
Setelah mendapatkan penjelasan dari ulama itu, raja mulai merasa istiqamah dan tenang.

Raja tersebut akhirnya selama 400 tahun memimpin kerjaannya dengan perasaan penuh ketenangan. Namun, hal itu telah membuat iblist idak senang dengan kepimimpinan raja yang taat kepada Allah SWT. Kemudian si iblis ini menemui sang raja.
"Siapa kamu? tanya sang raja.
"Aku iblis," jawab iblis jujur.

Sesaat sang raja tercengang dengan pengakuan iblis itu. Namun tak lama kemudian si iblis bertanya kepada sang raja,
"Sekarang katakan padaku, siapa kamu?" kata si iblis.
"Aku adalah seorang laki-laki keturunan Nabi Adam as," jawab raja dengan bangganya.
"Tidak, kamu bohong, seandainya kamu keturunan Adam, tentu kamu sudah mati sebagaimana keturunan Adam lainnya yang telah mati. Kamu adalah Tuhan, maka suruhlah rakyatmu untuk menyembahmu," ujar si iblis dengan meniupkan kesombongan di hari sang raja.

Sang raja mulai goyah keimanannya, seharusnya sang raja segera kembali berpedoman pada ajaran para ulama yang mendampinginya, bukannya sifat sombong yang dikedepankan terlebih dahulu. Harusnya bisa mencerna, apakah benar ucapan iblis yang demikian itu.
Raja Menjadi Sombong.

Kata-kata iblis itu rupanya telah merasuki jiwa sang raja, sehingga pada suatu saat naiklah sang raja ke atas mimbar di hadapan rakyatnya yang banya.
"Wahai manusia, sesungguhnya aku telah menyembunikan suatu perkara dari kalian, dan sekarang tibalah saatnya aku memperlihatkannya. Kamu sekalain tahu bahwa aku telah menjadi raja selama 400 tahun, seandainya aku ini memang seorang manusia tentu aku sudah mati seperti yang lainnya. Jadi, sebenarnya aku ini adalah Tuhan.
Oleh karena itu, hendaklah kalian menyembahku," ujar sang raja.

Atas kejadian itu, Allah SWT mewahyukan kepada Nabi pada zamannya untuk menegur si raja yang telah takabut itu.
"Katakanlah padanya, bahwa Aku selalu istiqamah (konsisten) memenuhi keinginannya selama ia istiqamah mengabdi kepada-Ku. Apabila ia berpaling dan mendurhakai Aku, amka demi Kemuliaan dan Keagungan-Ku, Aku akan menghancurkannya."

Demikianlah, akhirnya kaisar Bakhtashar telah menaklukkan raja yang ingin menjadi Tuhan tersebut dan menbus lehernya. Dia pun memperoleh rampasan emas sebanyak 70 kapal dari gudang kekayaan si raja sombong.
Wallahhu A'lam.

Wanita Hitam Pemetik Surga

kuning bunga
Alhamdulillahi Robbil’alamin…segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memberikan kemudahan kepada kami untuk menulis risalah yang singkat ini. Para pembaca yang mulia, judul risalah diatas mengingatkan pada kita semua tentang kisah wanita hitam dimasa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

Diriwayatkan oleh ‘atha’ bin Abi Rabah, dia berkata: “Telah berkata kepadaku Abdullah bin Abbas: “maukah engkau aku perlihat seorang wanita penghuni surga?” maka aku berkata : “tentu!”. Kemudian ‘Abdullah berkata: “Wanita hitam dia pernah mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu ia berkata: “ aku kena penyakit ‘usro’u (ayan/epilepsy), jikalau penyakitku kambuh auratku tersingkap. Maka do’akanlah kepada Allah agar sembuh penyakitku”. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: “jikalau aku do’akan kepada Allah, pasti kamu akan sembuh. Akan tetapi jikalau kamu sabar maka bagimu surga”. Maka wanita hitam itu berkata: “Ashbiru (aku akan sabar), akan tetapi do’akan kepada Allah agar tiap kali kambuh penyakitku, auratku tidak tersingkap”. Maka Nabi pun mendo’akannya sehingga tiap kali kambuh, Allah Ta’ala menjaga auratnya.

Dari kisah Hadits diatas kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga, dimana seorang wanita berkulit hitam yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat, ditambah lagi wanita itu terkena wabah penyakit ayan, suatu penyakit yang sangat menjijikkan, akan tetapi Allah Ta’ala memuliakan wanita itu dengan surga disebabkan karena ketaqwaan dan kesabaran. Rasa malu dan ketaqwaannya telah mengantarkan dirinya untuk sabar dalam menderita penyakit serta musibah yang dideritannya. Sifat taqwa dan rasa malu itu nampak ketika wanita itu berkata kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dimana saat penyakitnya kambuh menyebabkan dia kehilangan kesadaran sehingga auratnya tersingkap. Wanita hitam itu malu auratnya kelihatan ketika dia dalam keadaan tidak sadar.

Allahu Akbar….

Dalam keadaan tidak sadarpun wanita itu malu auratnya kelihatan apalagi dalam keadaan sadar? Coba kita bandingkan dengan wanita abad ini!. Dalam keadaan sadarpun mereka berani bahkan sengaja menampakkan auratnya. Mereka berpakaian tapi nampak betisnya, nampak pahanya, nampak dadanya, dan ditambah lagi mereka itu bangga dengan kelakuannya seolah-olah mereka berkata “ lihatlah betisku! Lihatlah pahaku! Lihatlah dadaku! Lihatlah wajahku!. Dan ketika dia berjalan, kemudian ada laki-laki yang pandangannya tertuju padanya, maka dalam hatinya wanita itupun senang dan bangga atas apa yang telah diperbuatnya. Na’udzu billah. Dirinya tidak sadar kalau kelakuannya telah membuat kerusakan dan fitnah di muka bumi. Demikianlah pembaca yang mulia hilangnya ketaqwaan dan rasa malu telah mengantarkan wanita-wanita sekarang kepada perbuatan yang hina dan keji. Sungguh telah benar apa yang disampaikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: 

“Apabila kamu tidak malu maka berbuatlah semaumu”(HR/ Bukhari. No 3483)

Wanita-wanita sekarang sadar, bahkan sangat sadar atas apa yang telah mereka perbuat. Mereka bukanlah wanita-wanita yang gila atau wanita-wanita yang mengalami gangguan kejiwaan, bahkan mereka wanita-wanita yang waras akalnya sehingga sangat sadar dengan apa yang telah dilakukannya, akan tetapi hatinyalah yang tidak pernah menyadari. Perbuatan yang telah mereka lakukan itu bisa mendatangkan fitnah dan kerusakan di muka bumi.
Dan tindakan lain yang tidak kalah mengerikan bahayanya adalah maraknya aksi-aksi pornografi, kontes kecantikan, umbar aurat bisa kita jumpai dimana-mana bahkan secara resmi dipertontonkan melalui siaran-siaran diberbagai media massa yang ada sehingga bisa menjadi hiburan harian bagi orang yang lemah imannya. Masya Allah..kalau kelakuan wanita-wanita bumi pertiwi seperti ini bagaimana negeri ini selamat akan perzinaan.
Faedah yang bisa dipetik dari hadits diatas adalah:
  1. Kesabaran atas musibah yang menimpa di dunia akan mewariskan surga
  2. Pengobatan berbagai macam penyakit bisa ditempuh dengan do’a dan berlindung dengan penuh kejujuran / sungguh-sungguh kepada Allah dengan disertai pemberian obat
  3. Berusaha dengan penuh kemauan adalah lebih baik daripada bersandar pada pemberian keringanan bagi orang yang melihat adanya kemampuan pada dirinya untuk mengembannya, dalam hal itu dia akan memperoleh tambahan pahala.
  4. Di perbolehkan untuk tidak berobat
  5. Tinnginya rasa malu para shahabat wanita, dimana wanita itu malu kalau auratnya tesingkap walaupun dalam keadaan tidak sadar.
Risalah ini kami tutup dengan nasehat untuk para muslimah:
Wahai saudariku muslimah….janganlah kalian menjadi penyabab datangnya kerusakan dan fitnah di muka bumi, yakni dengan kalian mengumbar aurat.
Wahai saudaraku muslimah….janganlah kalian halalkan aurat kalian untuk dilihat laki-laki yang tidak dihalalkan untuk kalian.

Wahai saudaraku muslimah….hiasilah diri kalian dengan akhlaqul karimah (akhlaq mulia), jangan kalian lakukan perbuatan yang mana perbuatan tersebut bisa menjatuhkan diri kalian kepada kehinaan seperti berkhalwat yaitu berduaan dengan laki-laki yang bukan mahram, berboncengan satu motor atau satu mobil dengan laki-laki yang bukan mahram. Itu semua bisa menjatuhkan harga diri dan kehormatanmu.
Wahai saudaraku muslimah…sibukkanlah diri kalian dengan menuntut ilmu agama karena ilmu agama adalah pelita yang akan menerangi jalan hidupmu.

Wahai saudaraku muslimah…bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, serta ingatlah apa yang telah disabdakan oleh Nabimu shalallhu ‘alaihi wasallam bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah dari kaum wanita. Maka janganlah kalian menjerumuskan diri kalian kedalam neraka. Semoga Risalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Maraji’: Kitab Riyadhush Shalihin


 Wanita Hitam Pemetik Surga
reff : http://www.bestabuabdullah.blogspot.com/

Thursday, December 1, 2011

Sistem Amal Yang Membawa kepada Keunggulan

Bagi menjadi satu umat yang super, pelbagai ramuan perlu dimanfaatkan.  Walau bagaimanapun secara dasarnya Quran mengutarakan dua ramuan sebagai ramuan asas menuju keunggulan.  Ramuan ini dapat disebutkan sebagai Ramuan I-A, I bermaksud Iman dan A bermaksud Amal Salih.  Kedua-dua ramuan ini diulang-ulangi di merata tempat dalam Quran.


            Berhubung dengan ini, dalam surah al-Baqarah ayat 25 Allah menyatakan yang bermaksud, “Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal soleh, sesungguhnya mereka beroleh syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”
            Dalam surah al-Baqarah ayat 82 Allah menyatakan yang bermaksud,”Dan orang-orang yang beriman serta beramal soleh, merekalah ahli syurga, mereka kekal di dalamnya.”
            Dalam surah al-Baqarah ayat 277 pula, Allah menyatakan yang bermaksud, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan mengerjakan sembahyang serta mengerluarkan zakat, mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka dan tidak ada kebimbangan ke atas mereka dan mereka pula tidak berdukacita.”
            Dalam surah Ali Imran ayat 57, Allah menegaskan “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal soleh, maka Allah menyempurnakan pahala bagi mereka.”
            Demikian juga dalam surah al-A’raf ayat 42, Allah menyatakan yang bermaksud, “Dan orang-orang yang beriman dan beramal soleh, kami tidak memberati diri seseorang melainkan sekadar yang terdaya olehnya, merekalah ahli syurga, mereka kekal di dalamnya.”
            Hal yang sama dinyatakan Allah dalam surah Yunus ayat 9 yang bermaksud, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, Tuhan mereka member petunjuk kepada mereka,” dan begitulah seterusnya.
            Amal soleh dalam Islam tidak dapat dilakukan secara semberono. Ia mempunyai sistemnya yang tersendiri berasaskan Quran dan sunah.
            Antara aspek yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat Islam adalah perlaksanaan ibadah yang terkandung dalam rukun Islam yang lima, berdasarkan kata Nabi Muhammad.  “Islam dibina di atas lima perkara: Mengucap dua kalimah syahadah, menunaikan sembahyang, mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji dan melakukan puasa Ramadan.” (Hadis yang dilaporkan oleh Bukhari dan Muslim).
            Amalan-amalan ini adalah latihan penting yang apabila dilakukan secara yang betul serta berkualiti, mampu melahirkan individu, keluarga dan masyarakat yang cemerlang.  Hal ini terbukti ke atas para sahabat nabi.  Mereka adalah generasi yang taat dengan perintah Allah dan mereka juga adalah golongan yang menggegarkan Empayar Rom dan Parsi serta dunia secara keseluruhannya, sedangkan sebelum Islam mereka tidak langsung dikenali.  Mereka menjadi hebat kerana mereka mendaulatkan ajaran Allah.  Mengikut sejarah, pada zaman Khalifah ar-Rasyidin (khalifah selepas Nabi Muhammad wafat) selepas wilayah-wilayah Rom dijajah, pembesar-pembesar Rom berbicara sesame sendiri dengan penuh kekaguman mengenai tentera-tentera Islam.  Antara komen mereka seperti yang dilaporkanoleh Ahmad bin Marwan al-Maliki di dalam kitab al-Mujalisah adalah “Mereka (tentera-tentera Islam) mendirikan solat di malam hari dan berpuasa di siang hari.  Mereka menepati janji, menyuruh orang melakukan kebaikan, melarang kejahatan dan membahagikan harta rampasan perang sama banyak di antara mereka.”

Inilah antara kekuatan yang ada pada para sahabat yang di reda Allah.  Apakah rahsia yang terdapat dalam rukun Islam yang lima sehingga mampu melahirkan suatu umat yang gilang gemilang seperti itu?  Bagaimana hal ini dapat berlaku?
            Secara dasarnya, latihan berbentuk kewajipan seperti terdapat dalam rukun Islam mengandungi ramuan yang mampu melahirkan satu umat yang super.  Sebagi contoh, berhubung dengan solat dlam surah al-Ankabut ayat 45, Allah menjelaskan, “Sesungguhnya solat dapat mencegah seseorang daripada perbuatan keji dan mungkar.”  Apabila peribdi unggul seperti ini dapat dibentuk melalui solat, keluarga dan masyarakat menjadi aman dan selamat.
            Berhubung dengan puasa, Allah menegaskan dalam surah al-Baqarah ayat 183 yang bermaksud, “Wahai mereka yang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas mereka yang sebelum kamu.  Semoga kamu bertakwa.”  Insan bertakwa yang dibentuk oleh puasa adalah insan yang hebat lagi beruntung.  Di dalam Tafsir Quran al-Azim, Imam Ibn Kathir berkata, “Sesiapa yang bertakwa kepada Allah dengan melakukan apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang dilarang, dia diberikan petunjuk sehingga dia mengenali hak dan batil.  Ini menjadi sebab musabab kepada kejayaan serta pelepasan dirinya daripada masalah di dunia serta sebab musabab kepada kebahagiaannya di akhirat.”
            Berhubung dengan zakat pula, Allah menyatakan di dalam surah at-Taubah ayat 103 yang bermaksud, “Ambil (sebahagian daripada harta mereka menjadi sedekah (zakat), supaya dengannya engkau bersihkan mereka (daripada dosa) dan menyucikan mereka (daripada akhlak yang buruk).”  Syeikh Hamka di dalam Tafsir al-Azhar berkata, “(Sedekah dan zakat) menyucikan jiwa umat Islam daripada tabiat loba, tamak, rakus dan bakhil.”
            Sudah pasti apabila sifat-sifat ini terhasil, umat Islam selayaknya menjadi pemimpin dunia seperti yang  berlaku sebelum ini.  Justeru, mari kita menganalisis rukun Islam yang lima ini supaya kita dapat mengenal pasti rahsia dan kekuatan yang terdapat di dalamnya.  Rahsia dan kekuatan ini merupakan rahsia dan kekuatan umat.

Kunci Kemenangan Dakwah

 
Manusia adalah unsur teras dari kehidupan ini.

Peningkatan dan pengembangan Sumber Manusia (SM) sentiasa menjadi isu penting dalam semua organisasi.

Bahkan pada ketika teknologi dianggap sebagai kayu ukur sesebuah negara yang dikatakan maju, Sumber Manusia (SM) tetap menjadi persoalan penting yang diyakini mampu mempengaruhi secara signifikan kewujudan negara tersebut dalam peradaban dunia.






MANUSIA DI SEBALIK SENJATA (THE MAN BEHIND THE GUN)

Begitulah ungkapan yang tepat apabila kita membahasakan betapa pentingnya unsur manusia di samping teknologi. Walau secanggih manapun teknologi, tidak akan bermanfaat apabila tidak ada manusia yang boleh menggunakannya dan bahkan ia akan menjadi bencana apabila manusia menyalahgunakannya.

Dari ungkapan tersebut, kita akan memperolehi dua kata kunci tentang Sumber Manusia (SM) ini. 

PERTAMA : Persoalan pembentukan keperibadian manusia sehingga ia tidak menyalahgunakan apapun yang  berada di tangannya. 

KEDUA : Peningkatan kemampuan, kompetensi dan keupayaan manusia sesuai dengan bakat, minat dan pengkhususannya.

Bahwa pengembangan dalam teknologi, metodologi atau apapun tidak akan memberi erti apa-apa jika tidak diiringi dengan peningkatan kemampuan manusia itu sendiri.

Secara ringkasnya kita dapat mengatakan bahwa teknologi, metodologi dan lain-lain hanyalah  alat (tools) dan manusialah sebenarnya yang menentukan apakah ia bermanfaat atau justeru akan membawa bencana.

Jelaslah kepada kita vahwa ada dua aspek penting yang berkait dengan Sumber Manusia (SM) yang menjadi teras kepada kerja tarbiyah kita :

1.      Pembentukan keperibadian manusia.
2.      Peningkatan kemampuan manusia.

Kedua-duanya mesti berjalan seiring dan seimbang.

Jadi, intipati kepada kerja-kerja tarbiyah adalah membentuk keperibadian manusia secara bertahap sehingga menjadi peribadi yang dikehendaki oleh Allah dan RasulNya lalu meningkatkan kemampuannya hingga menjadi aktivis yang mampu melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam dan kaum muslimin.

Di sinilah terletak persoalannya iaitu Tarbiyah hanyalah merupakan :

a.       Metodologi.
b.      Cara.
c.       Wasilah.
d.      Alat.

Manakala Tarbiyah sangat memerlukan unsur-unsur lain agar dapat diaplikasikan secara berkesan dan unsur-unsur tersebut adalah :

1.      ‘Manhaj’ (Sistem).
2.      ‘Idarah’ (Pengurusan).
3.      ‘Murabbi’ (Pendidik).
4.      ‘Mutarabbi’ (Anak Didik).

Mari kita renungkan secara lebih mendalam bagi setiap unsur-unsur ini.

Untuk aspek ‘manhaj’, kita sudahpun memilikinya bahkan untuk menjaga keasliannya dan mengikuti perkembangan di medan, ‘Manhaj Tarbiyah’ terus dibuat penilaian dan pengubahsuaian secara berkala. Selain itu, setiap aktivis dakwah dapat pula menggunapakai dan berinteraksi secara langsung dengan manhaj yang telah dicetak dalam bentuk tulisan.

Untuk aspek  ‘idarah’ (pengurusan) pula, setiap aktivis dakwah dapat melaksanakan sistem itu dengan mudah, apalagi pengurusan ini bukanlah suatu konsep yang sukar dan rumit bagi seseorang aktivis dakwah.

Namun, sebagaimana yang diceritakan di awal perbahasan ini di mana, walau betapa bagus dan lengkapnya‘manhaj’ atau ‘idarah’ yang dimiliki, ianya tidak akan bererti apa-apa jika tidak ada yang mampu dan mahu mengaplikasikannya.

Jadi, suka atau tidak suka, kita mesti kembali kepada pentingnya unsur manusia (dalam konteks ini adalah ‘Murabbi’dan ‘Mutarabbi’) untuk memastikan tarbiyah berjalan dengan baik.

Maka, usaha mengubahsuai ‘manhaj’ dan ‘idarah’ mesti diiringi dengan usaha persiapan dan peningkatan kemampuan para ‘Murabbi’.

Ini kerana para ‘Murabbi’ adalah ‘Manusia Di Sebalik Manhaj dan Pengurusan’ (The Man Behind The Manhaj and The Idarah).

Lalu, siapakah yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan program persiapan dan peningkatan kemampuan para ‘Murabbi’?

Ya, jawabannya adalah struktur yang memiliki program tersebut dan siapakah yang berada dalam struktur itu?

Manusia jugakan?

Maka usaha yang mesti dilakukan juga adalah meningkatkan penguasaan mereka yang berada di dalam struktur tarbiyah (murabbi) hingga mempunyai kemampuan dan kemahuan untuk melaksanakan program yang menjadi tanggungjawabnya.

DI ANTARA TUGAS MURABBI
Dalam menghadapi arus kehidupan masyarakat yang berteraskan materialistik, sudah tentu bukan sesuatu yang mudah untuk tetap menjaga orientasi dakwah kita.
Itulah di antara tugas ‘murabbi’ di mana mereka adalah penjaga kepada dakwah ini iaitu yang :
  1. Menjaga fikrah organisasi ini agar tidak salah, keliru dan menyimpang.
  2. Menjaga uslub dakwah dengan hikmah dan ‘mauizah hasanah’.
  3. Menjaga organisasi agar tidak lemah.
  4. Mewarisi semangat “sampaikan dariku, walau satu ayat” yang diwasiatkan oleh Rasulullah saw.
  5. Mewariskan dakwah ini dengan segala ketetapannya kepada generasi selepas mereka.
Selain itu, ‘murabbi’ akan sentiasa berusaha untuk mengukuhkan iman yang ada di dalam organisasi.
Itulah yang dilakukan oleh Abu Bakar ra di mana beliau sentiasa memeriksa pasukan Islam dengan menilai keimanan mereka iaitu sejauh mana ketaatan mereka kepada Allah.
Ini adalah kerana ketika kita dan musuh sama-sama bermaksiat, maka kemenangan adalah bagi yang lebih kuat persediaan persenjataannya dan lebih banyak jumlahnya.
Begitulah juga yang dikatakan oleh Umar bin Al Khatthab :
“Yang paling aku takuti adalah dosa kamu daripada musuh kamu.”
Abdullah bin Rawahah juga berkata :
“Amal solehlah yang akan mengalahkan musuh kamu.”
Dengan mental seperti inilah mereka tetap ‘tsabat’ dan beroleh kemenangan dan perkara ini mestilah juga menjadi perhatian setiap ‘murabbi’.
‘Murabbi’ juga mestilah memperhatikan kekuatan ikatan organisasi setelah kekuatan iman.
Urutan ini penting di mana kekuatan organisasi asasnya bukan bertumpu kepada  ‘idarah’ (pengurusan) dan peraturan tetapi lebih berpaksikan kepada :
  1. ‘Ukhuwah’.
  2. ‘Tsiqah’ kepada organisasi.
  3. ‘Taat’ kepada kepimpinan.
‘Murabbi’ sebagai penjaga dakwah perlu menghargai semua peraturan dan sistem dalam organisasi. Istilah jawatan yang pelbagai dalam organisasi itu hanyalah untuk memudahkan pembahagian kerja dan itu bukanlah kemuliaan yang sebenarnya.
Semua orang sama bagaikan gerigi sikat. Boleh jadi ada orang yang kusut masai, namun jika ia bersumpah dengan nama Allah, Allah swt akan mengabulkan sumpahnya.
Semua kita akan dihisab dan akan mendapat catatan amal masing-masing. Baik atau buruknya suasana kubur kita, kitalah yang menyiapkan dan menentukannya.
Demikianlah persoalan ini akan saling berkait antara satu dengan yang lain tetapi pada asasnya, faktor manusia (aktivis dakwah) sentiasa menjadi faktor yang sangat penting untuk mempengaruhi kejayaan dakwah di samping faktor alat lainnya tadi.

Marilah kita tengok sejarah di mana kejayaan dakwah Rasulullah saw boleh dikatakan sangat berkait dengan dukungan oleh dua faktor Sumber Manusia (SM) di samping tentu sahaja faktor bimbingan manhaj Alllah swt.

Faktor Pertama :

Baginda sendiri sebagai Sumber Manusia (SM) pertama sebagai ‘Murabbi’ yang handal.

Faktor Kedua :

Wujudnya Sumber Manusia (SM) kedua iaitu ‘Mutarabbi’  berupa aktivis-aktivis dakwah yang berkualiti di mana dalam  istilah Sayyid Qutb, ianya disebut sebagai ‘Al-Jiil Al-Qur’an Al-Fariid’ (Generasi Qur’an Yang Unik).

Itulah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al Khatthab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Mas’ud dan banyak lagi.

Merekalah generasi sahabat Rasululllah saw yang mempersembahkan hidup mati mereka demi tegaknya kemuliaan Islam dan kaum Muslimin.

Jadi, jika kita ingin meraih kembali kemenangan dakwah, kita mesti membentuk aktivis dakwah di setiap tingkatan dan lapisannya meliputi :

a.       Aktivis peringkat pimpinan.
b.      Aktivis pelaksana struktur.
c.       Aktivis yang berada di tingkatan legislatif dan eksekutif.
d.      Aktivis ketua daerah.
e.       Aktivis birokrat.
f.       Aktivis profesional.
g.      Aktivis Murabbi.
h.      Aktivis Mutarabbi.

Semua peringkat aktivis mestilah diperkukuhkan secara terus menerus akan pentarbiyahannya di mana program-program yang berorientasikan kepada pengukuhan tarbiyah aktivis mestilah  menjadi keutamaan kita.

Ini semua dilakukan agar setiap aktivis dakwah memiliki kekuatan dan tenaga yang maksimum untuk melakukan kerja-kerja dakwah agar Allah swt memberikan pertolonganNya.

Imam Hasan Al Banna pernah berkata :

“Ketahuilah bahawa golongan salaf yang mulia itu tidak mendapat kemenangan melainkan dengan :

1.      Kekuatan iman.
2.      Kebersihan jiwa.
3.      Kesucian rohani.
4.      Amalan mereka yg bertunjangkan aqidah dan kepatuhan.

Maka sebatilah aqidah dan jiwa mereka dan bergaullah jiwa dan aqidah mereka maka jadilah mereka fikrah dan fikrah itu mereka.”

Maka dengan kekuatan aktivis dakwah dan pertolongan dari Allah swt, insyaallah dakwah ini akan mampu mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin, Allahu Akbar!

Ya Allah, kurniakanlah kekuatan iman, kebersihan jiwa dan kesucian rohani kepada kami yang bertunjangkan aqidah yang benar kepadaMu sehingga ianya akan menjelma menjadi suatu fikrah yang kuat dan mantap yang akan membawa kemenangan seruan dakwahMu dengan pertolongan dariMu jua.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS

Muslimah Contoh

Wahai saudari muslimah, pernahkah terdetik dalam benakmu sebuah pertanyaan yang penting :

Apakah ciri-ciri muslimah yang ideal itu?  
Jawaban dari pertanyaan ini dapat kita temui di antaranya dari lembaran sejarah generasi unggul, para muslimah graduan madrasah kenabian seperti Asma binti Abu Bakar, Fatimah binti Khattab, Sumayyah, Asma binti Umais, Shafiyah binti Abdul Muthalib, Asy-Syifa’ binti Abdullah, Asma’ binti Yazid dan lain-lain lagi.  
Madrasah kenabian telah melahirkan generasi unggul dalam sudut :  
a.       Akhlak. 
b.      Prestasi.
c.       Kemulian.
Para alumninya terbentuk menjadi manusia-manusia teladan sepanjang zaman dengan ciri-cirinya yang unik samada dari kalangan lelaki ataupun perempuan.

Mereka laksana bintang-bintang di langit, mengukir dunia dengan :
1.      Keimanan.
2.      Keteguhan.
3.      Semangat.
4.      Ilmu.
5.      Pengabdiannya pada kebenaran Islam.
Allah swt berfirman tentang mereka:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran 3: 110)

“Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan solat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At-Taubah : 71)
Di antara sifat dan keteladanan yang ditunjukkan oleh para sahabiyah yang perlu kita contohi adalah :
KESABARAN MEREKA DALAM MENDUKUNG DAKWAH

Pertama : Asma’ binti Abu Bakar

Kita tentu mengetahui Asma’ binti Abu Bakar yang diberi julukan oleh Nabi sebagai “Zaatun nithaqoin” (Pemilik dua tali pinggang), kerana dia telah membelah tali pinggangnya menjadi dua bahagian untuk membawa dan menyembunyikan makanan dan minuman yang akan dihantarkannya kepada Rasulullah saw bersama Abu Bakar ke gua Thur pada hari hijrahnya.
Asma’ pernah merasakan penyiksaan dari musuh Allah, Abu Jahl yang datang kepadanya untuk menanyakan tempat persembunyian ayahnya. Namun Asma’ memilih untuk tutup mulut sehingga hal itu membuat Abu Jahl  begitu marah lalu menempelengnya dengan keras hingga anting-anting Asma’ tercabut dari telinganya.
Kedua : Ummu Hakim
Selain itu, sejarah mencatat wanita mulia lainnya iaitu Ummu Hakim.  Ia rela menempuh perjalanan panjang dengan sedikit bekalan, bertujuan untuk menyusul suaminya Ikrimah bin Abu Jahl yang melarikan diri selepas pembukaan Makkah. Atas kehendak Allah, ia dapat bertemu suaminya yang ketika itu sudah sampai di pantai dan bersiap-siap untuk naik kapal.

Ummu Hakim mengajak suaminya agar masuk Islam, ia jelaskan kesempurnaan Islam dan keluhuran budi Rasulullah saw sehingga tumbuhlah benih-benih kebaikan dalam jiwa Ikrimah.

Ketiga : Ummu Syarik

Adakah kita tahu kisah Ummu Syarik? Sejak iman telah merasuk ke dalam hatinya dan menyedari kewajiban agamanya yang lurus, dia pun mengisi hidupnya untuk menyebarkan dakwah tauhid.

Dia memulakan dakwahnya dengan mendatangi para wanita Quraisy secara sembunyi-sembunyi. Setelah melakukan dakwah secara rahsia beberapa lama, penduduk Makkah kemudian menangkapnya dan menyerahkan beliau kepada keluarganya.

Ummu Syarik kemudian disiksa oleh keluarganya dengan cara dijemur di bawah panas terik matahari selama tiga hari dan dipaksa meninggalkan Islam. Dalam keadaan kepayahan, di mana fikiran, pendengaran dan penglihatannya seolah-olah telah hilang, ia hanya mampu menjawabnya dengan isyarat jari ke langit sebagai ungkapan tauhid.

Dalam keadaan seperti itu, Allah menurunkan karamahnya iaitu tiba-tiba Ummu Syarik melihat ada satu timba yang turun dari langit berisi air sejuk tergantung di hadapannya hingga ia boleh minum sampai puas dan menyiramkan air itu ke atas kepala, wajah, dan pakaiannya.

KESABARAN MENGHADAPI KESULITAN HIDUP
Sifat dan keteladanan dalam menghadapi kesulitan hidup ditunjukkan oleh Asma’ binti Abu Bakar yang sabar hidup serba kekurangan bersama suaminya Abdullah bin Zubair. Ia rela membantu pekerjaan suaminya merawat kuda dan memasak. Ia biasa menjunjung kurma di atas kepalanya dari kebun yang jaraknya sejauh 2/3 farsakh dari rumahnya (1 farsakh lebih kurang 8 km).
MEMILIKI KETERAMPILAN
Wanita-wanita alumni madrasah kenabian bukanlah wanita-wanita yang pasif bahkan mereka memiliki bidang keahlian atau keterampilan hidup yang sesuai dengan zamannya.

a.       Ummu Kaltsum memiliki keterampilan perbidanan.
b.      Shafiyah binti Abdul Muthalib dikenali sebagai wanita yang pandai bersyair. Dia pun sering terlibat dalam peperangan untuk mengubati pasukan yang terluka bersama muslimah lainnya seperti Asma’ binti Yazid, Ummu Sulaim, Ummu Haram dll.
c.       Asy-Syifa’ binti Abdullah adalah wanita yang pandai menulis dan mampu mengajarkannya kepada para muslimah-muslimah lain.

AKTIF TERLIBAT DALAM JIHAD FI SABILILLAH
Pada zaman Nabi, bukan hanya kaum lelaki sahaja yang terjun ke medan jihad. Para wanita pun turut sama di dalamnya sesuai dengan kemampuan mereka.
Shafiyah binti Abdul Muthalib turut serta dalam perang Uhud, Khandaq dan Khaibar sebagai pengobar semangat dan merawat mereka yang terluka. Bahkan dalam Perang Khandaq ia berhasil membunuh seorang Yahudi yang mengintai dan mengancam keselamatan para wanita di Madinah. Hal ini dilakukannya setelah Hasan bin Tsabit merasa enggan melakukannya.
Masih ada lagi sederet senarai nama para wanita muslimah yang terlibat dalam jihad fi sabilillah:

1.      Asma’ binti Yazid terjun di perang Yarmuk dan berhasil membunuh 9 orang tentera Romawi.
2.      Ummu Haram binti Milhan turut serta dalam perang Cyprus dan gugur dalam perjalanan pulang.
3.      Ummu Hakim binti Al-Harits terlibat dalam pertempuran di Marjus Shafar dan berhasil membunuh 7 orang tentera Romawi sebelum beliau mati syahid.
4.      Ummu Umarah (Nasibah binti Ka’ab) turut serta dalam perang Uhud dan mendapatkan 13 liang luka manakala dalam peperangan bagi menumpaskan Musailamah Al-Kazzab dan pengikutnya ia mendapat 12 liang luka.

BERILMU
Aktiviti belajar dan mengajar adalah aktiviti yang juga digemari oleh para sahabiyah sehingga mereka menjadi orang-orang yang berilmu.
a.       Pada masa-masa awal Islam, Fatimah binti Khattab bersama suaminya Sa’id bin Zaid belajar Al-Qur’an kepada Khabbab bin ‘Araat.
b.      Asma’ binti Yazid adalah sahabiyah yang dikenali rajin menyimak hadits-hadits Nabi dan paling berani bertanya tentang masalah-masalah agama. Ia juga sering dijadikan duta kaum wanita untuk bertanya kepada Nabi. Di antara perkara yang pernah ditanyakannya pada Nabi adalah masalah jihad bagi kaum wanita.
c.       Ummu Waraqah adalah penghafal Al Qur’an yang baik bacaannya dan sebab itu ia diangkat oleh Nabi menjadi imam bagi kaum wanita.
d.      Asy-Syifa’ binti Abdullah selain pandai menulis ia pun banyak belajar hadits dan sering diminta pendapat oleh Khalifah Umar bin Al Khattab dalam berbagai persoalan. Bahkan pada masa kekhalifahan Umar, Asy-Syifa’ binti Abdullah diangkat menjadi pengurus pasar Madinah.
e.       Rubayyi’ binti Muawwidz adalah adalah salah seorang muslimah yang menjadi rujukan para sahabat veteran dalam masalah hadits-hadits Nabi.

BERANI MENUNTUT KEADILAN
Sikap dan keteladanan dalam hal ini ditunjukkan oleh Khuwailah binti Tsa’labah yang terkenal dengan peristiwa Zihar yang menyebabkan turunnya permulaan surah Al-Mujadilah.
MENJADI PASANGAN SUAMI YANG BAIK DALAM RUMAHTANGGA
Sebelumnya sudah disebutkan, bahwa Asma’ binti Abu Bakar biasa turut membantu pekerjaan rumah tangga seperti :
1.      Memberi makan kuda.
2.      Menumbuk kurma.
3.      Mengambil air.
4.      Memasak roti.
5.      Mengangkut kurma.
Semuanya itu dilakukannnya dengan sabar atas dasar keimanan dan ketaatan pada Allah swt.
Contoh kedua adalah Ummu Sulaim yang mampu menjadi penyeimbang suaminya, Abu Thalhah dalam menghadapi musibah. Kisahnya yang terkenal adalah ketika anak mereka yang masih kecil, Abu Umair, meninggal dunia kerana sakit.

Ummu Sulaim menghadapi kematian anaknya dengan sabar dan ridha. Ia kemudian meminta kepada keluarganya untuk tidak memberitahukan terlebih dahulu berita kematian Abu Umair kepada Abu Thalhah yang sangat menyayanginya.

Ketika Abu Thalhah pulang dan bertanya keadaan Abu Umair, Ummu Sulaim menjawab : 

“Dia lebih tenang daripada sebelumnya.”

Abu Thalhah merasa gembira kerana mengira anaknya sudah sembuh. Ummu Sulaim kemudian menghidangkan makan malam yang lazat, setelah itu ia bersolek melebihi kebiasaannya dengan memakai pakaian, perhiasan dan wangi-wangian yang terbaik hingga Abu Thalhah tertarik kepadanya.

Ummu Sulaim melakukan itu kerana tidak ingin melihat suaminya bersedih. Dia ingin agar suaminya tidur nyenyak.

Barulah di akhir malam ia bertanya pada suaminya : 

“Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu apabila suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada suatu keluarga, lalu kaum itu meminta kembali pinjamannya. Bolehkah keluarga tadi menahannya?” 

Abu Thalhah menjawab : “Tentu sahaja tidak boleh.”.

Ummu Sulaim bertanya lagi: “Apa pendapatmu jika keluarga itu sangat keberatan untuk diminta mengembalikan pinjaman tersebut setelah mereka begitu enak memanfaatkannya.” 

Abu Thalhah kemudian berkata : “Tidak, menahan sebahagiannya pun tentu tidak boleh.” 

Ummu Sulaim berkata : “Sesungguhnya anakmu adalah pemberian Allah dan kini Allah telah mengambilnya, maka relakanlah anakmu.”
Dalam hal ini, Ummu Sulaim telah mengajarkan kepada setiap pasangan hidup bahwa sebagai suami isteri hendaknya mereka saling menyokong dan menguatkan dalam menghadapi suka duka kehidupan.
Jangan lupa, menjadi pasangan yang baik itu bukan hanya dalam hal pekerjaan rumah tangga atau dalam hal menghadapi peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan keluarga semata-mata.

Bahkan dalam perkara yang dianggap biasa sekali pun, misalnya dalam hal hubungan intim kedua pasangan sekalipun, kita mesti berusaha memposisikan diri kita menjadi pasangan yang baik.

Hal ini dicontohkan oleh Asma’ binti Umais yang pandai menyenangkan suaminya dalam hal menikmati kehidupan seksual sehingga suaminya, Ali bin Abu Talib pernah berkata :

“Kamu keliru jika beranggapan bahwa tidak ada perempuan yang syahwatnya bergelora. Tidak ada perempuan yang mempunyai sifat demikian, selain Asma’ binti Umais.”
Ya Allah, berilah kemudahan kepada muslimah kami supaya mereka mampu meneladani wanita-wanita mulia salafus soleh serta menjadi muslimah-muslimah yang benar-benar mempunyai keunggulan dan menjadi contoh tauladan kepada wanita-wanita lain.
Ameen Ya Rabbal Alameen



Peringkat-peringkat isteri


1. Isteri Siddiqin
Isteri yang tidak akan meminta apa-apa dari suaminya sekalipun yang perlu (dharuri). Apa yang disediakan suaminya, dia terima dengan penuh malu dan bersyukur. Kalau ada, adalah. Kalau tidak ada, dia bersabar. Tapi meminta tidak. Apatah lagi yang tidak perlu, kalau diberi pun dia tolak bahkan adakalanya yang perlu pun dia tolak dengan baik, dia lebih suka menolong suaminya. Itulah golongan yang bersifat orang yang Siddiqin. Golongan ini payah hendak dicari terutama di akhir zaman ini, macam hendak mencari belerang merah atau gagak putih. Ini adalah perempuan luar biasa.


2. Isteri Muqarrobin
Isteri yang tidak meminta dari suaminya kecuali yang perlu sahaja. Yang tidak perlu dia tidak akan memintanya bahkan kalau suaminya memberi yang tidak perlu dia tolak dengan baik. Tapi kalau yang diperlukan pun tidak ada, dia tetap sabar. Namaun dia tidak akan mendesak suaminya. Dia tetap bersabar dengan keadaan itu. Itulah golongan Muqarrobin. Golongan ini juga susah hendak dicari di zaman kebendaan ini, di zaman orang memburu dunia, di zaman orang memandang dunia adalah segala-galanya.

3. Isteri Sholehin
Isteri yang meminta kepada suaminya yang perlu dan juga sekali-sekala meminta juga yang tidak perlu seperti ingin sedikit kehidupan yang selesa sama ada dari segi makan minum, tempat tinggal, kenderaan. Namun kalau suaminya tidak memberi, dia tetap sabar dan tidak pula menjadi masalah. Itulah dia golongan orang yang sholeh.

4. Isteri Fasik
Isteri yang selalu sahaja meminta-minta bukan sahaja yang perlu, yang tidak perlu pun dia suka meminta-minta juga. Kalau diberi pun tidak pernah puas-puas, tidak pernah rasa cukup, sudah mewah pun tidak rasa cukup. Kalau tidak diberi menjadi masalah, dia merungut-rungut, marah-marah, sakit hati, merajuk hingga menjadi masalah dalam rumah tangga. Inilah dia golongan yang fasik. Isteri ini selalu sahaja derhaka dengan suami, apatah lagi dengan ALLAH(SWT).

Sikap, tindakannya, percakapannya selalu sahaja menyusahkan suaminya, membuat suaminya selalu serba salah dibuatnya. Berbagai-bagai kehendak diberi, berbagai-bagai kemahuannya terpaksa ditunaikan. Adakala pakaian terpaksa ditukar sebulan atau dua bulan sekali, asyik pergi shopping sahaja. Namun demikian tidak juga puas dan tidak juga merasa cukup. Macam-macam yang dia hendak. 

Akhirnya krisis rumahtangga tidak pernah berhenti, sentiasa bergolak, sentiasa bergelombang macam air laut yang tidak pernah berhenti-henti daripada bergelombang dan begelora. Lama-lama kelamaan bercerai juga. Kalau pun tidak bercerai kerana hendak menjaga air muka atau hendak menjaga nama baik atau tidak mahu anak porak peranda, tapi apalah ertinya rumahtangga yang begitu rupa. 

Dimanalah keindahannya lagi. Apalah bahagianya kalau gelombang dan gelora krisis tidak pernah rehat dan tenang. Apalah akan jadi kepada anak-anak melihat ibu bapa sentiasa macam kucing dengan anjing.

Semoga ALLAH(SWT) menyatukan hati-hati kita, menjadikan kita saling mencintai karena Dia; sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi,
Rasululllah(SAW) bersabda:

"Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi atau syuhada'. Para nabi dan syuhada' iri kepada mereka. Ketika ditanya para shahabat, Rasulullah(SAW) menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena ALLAH(SWT), saling bersahabat karena ALLAH(SWT) dan saling kunjung karena ALLAH(SWT)."

WAALLAHUALAM.. :)