Vickham Patra
Asslmlkum,pak ustad saya mau tanya nie apakah benar yg namanya hukum karma itu tetap ada?
JAWABAN
Ifas Irama Inna@
Ini saya postingkan Lagi
Kitab Hinda yang terkenal India
Masyarakat Hindu beranggapan bahwa hukum karma ini berlaku bagi semua makhluk. Itulah hukum mutlak yang tidak menerima kompromi. Hukum karma akan senantiasa menyertai dan mengintai setiap saat. Karena itu, semua tindakan kita, yang baik maupun yang buruk, ada balasannya. Semua perbuatan buruk yang kita lakukan, harus ada hasil yang akan menimpa kita, dan seluruh perbuatan baik yang kita lakukan, akan dibalas dengan yang semisal
Dalam al-Mausu’ah al-Muyasarah fi al-Adyan wa al-Madzahib wa al-Ahzab al-Mu’ashirah dinyatakanm:
Karma menurut masyarakat India: hukum balasan. Artinya merupakan aturan Tuhan di alam ini, yang dibangun di atas prinsip keadilan semata. Keadilan ini pasti akan terjadi, dan tidak bisa dihindari, baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan masa mendatang. Balasan satu fase kehidupan ada pada fase kehidupan yang lain. Dunia menjadi negeri ujian, sebagaimana dunia merupakan negeri balasan
Setiap manusia akan kembali dilahirkan dan mati, selama karma ini melekat pada ruhnya. Jiwannya tidak akan bisa lepas, sampai terbebas dari karma, ketika semua yang diinginkan mencapai puncaknya. Di situlah dia bisa hidup kekal dalam kenikmatan, yang disebut tingkatan nirwana.
Seperti yang kita pahami, agama dan prinsip hidup yang dianut masyarakat Hindu adalah agama berhala. Prinsip mereka dibangun berdasarkan keyakinan yang salah dan khayalan-khayalan kosong. Sementara hukum karma adalah turunan dari aqidah sesat yang mereka yakini dan mereka jadikan sebagai prinsip hidupnya.
Dari keterangan di atas, kita bisa menyimpulkan beberapa hal yang menunjukkan kesesatan keyakinan hukum karma:
Pertama, keyakinan ini adalah aqidah palsu, buatan manusia, sama sekali tidak dibangun berdasarkan dalil wahyu ilahi yang makshum dari kesalahan. Keyakinan ini murni turunan dari aqidah sesat agama berhala.
Kedua, hukum karma dianggap aturan yang berlaku bagi semua makhluk, semua harus tunduk pada aturan ini. Bisa mengatur takdir dan memberikan balasan terhadap semua amal. Padahal ini adalah keyakinan kekafiran. Karena hanya Allah-lah al-Muhaimin (Yang Mutlak mengatur), Dia yang mengatur segala urusan dan Dia-lah yang menghisab perbuatan manusia.
Ketiga, keyakinan ini merupakan bagian dari aqidah yang batil, bisa mengantarkan manusia pada tingkatan ‘bebas’ selamanya. Itulah tujuan hidup tertinggi menurut mereka. Di sisi lain, karma merupakan balasan bagi setiap perbuatan yang dilakukan manusia. Karena itu, orang tidak bisa lepas dari hukum ini, selama karma masih ada.
Alhamdulillah, kaum muslimin, dengan kemurahan Allah, mereka dibimbing dengan ajaran agama yang benar, sehingga tidak butuh keyakinan menyimpang semacam ini. Cukuplah bagi kita, firman Allah di surat Az-Zalzalah:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Siapa yang beramal kebaikan seberat telur semut, Dia mengetahuinya, dan siapa yang mwngamalkan keburukan seberat telur semut, Dia mengetahuinya
(QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Referensi
جاء في "الموسوعة الميسرة في الأديان والمذاهب والأحزاب المعاصرة
الكارما ( عند الهندوس ) قانون الجزاء ، أي أن نظام الكون إلهي قائم على العدل المحض، هذا العدل الذي سيقع لا محالة إما في الحياة الحاضرة أو في الحياة القادمة ، وجزاء حياةٍ يكون في حياة أخرى ، والأرض هي دار الابتلاء كما أنها دار الجزاء والثواب " انتهى
وجاء فيها أيضا
ويظل الإنسان يولد ويموت ما دامت الكارما متعلقة بروحه ولا تطهر نفسه حتى تتخلص من الكارما حيث تنتهي رغباته وعندها يبقى حيًّا خالداً في نعيم النجاة ، وهي مرحلة "النيرفانا" أو الخلاص التي قد تحصل في الدنيا بالتدريب والرياضة أو بالموت " انتهى
ثانيا
لا شك أن هذه الديانات الهندية ديانات وثنية ، تشكلت وتكونت وفق اعتقادات باطلة وتصورات محالة متوهمة
واعتقاد " الكارما " من ضمن تلك الاعتقادات الباطلة التي يعتقدها هؤلاء ويدينون بها
ونستطيع أن نلخص أسباب القول ببطلان هذا الاعتقاد الفاسد فيما يلي
أولا : أنه اعتقاد مختلق ، ليس قائما على وحي إلهي معصوم ، وإنما مبعثه ديانة وثنية مخترعة
ثانيا : هو نظام يعمل وفق قانون أخلاقي طبيعي قائم بذاته ، مستغن عن الشرع الإلهي ، والعقائد الدينية السماوية
ثالثا : يزعمون أنه قانون مهيمن مسيطر على كل مخلوق ، يراقب التصرفات ، ويدبر المقادير ، ويجازي على الأعمال ، وهذا كفر صريح ؛ فإن الله هو المهيمن وهو الذي يدبر الأمر وهو الذي يحاسب الناس على أعمالهم
رابعا : هذا الاعتقاد داخل في منظومة اعتقاداتهم الباطلة التي يريدون أن يصلوا بها إلى مرحلة الخلاص الأبدي بزعمهم ، والذي هو الهدف الأسمى عندهم ، فبما أن الكارما هي عواقب الأفعال التي يقوم بها الأشخاص، فلا خلاص ما دامت الكارما موجودة
ونحن ولله الحمد مستغنون بدين الله ونعمة الله عن هذه الاعتقادات الباطلة وتلك الملل المخترعة
ويكفينا قول الله تعالى ( فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ )
الزلزلة ٧-٨
Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/488426091228751/
Asslmlkum,pak ustad saya mau tanya nie apakah benar yg namanya hukum karma itu tetap ada?
JAWABAN
Ifas Irama Inna@
Ini saya postingkan Lagi
Kitab Hinda yang terkenal India
Masyarakat Hindu beranggapan bahwa hukum karma ini berlaku bagi semua makhluk. Itulah hukum mutlak yang tidak menerima kompromi. Hukum karma akan senantiasa menyertai dan mengintai setiap saat. Karena itu, semua tindakan kita, yang baik maupun yang buruk, ada balasannya. Semua perbuatan buruk yang kita lakukan, harus ada hasil yang akan menimpa kita, dan seluruh perbuatan baik yang kita lakukan, akan dibalas dengan yang semisal
Dalam al-Mausu’ah al-Muyasarah fi al-Adyan wa al-Madzahib wa al-Ahzab al-Mu’ashirah dinyatakanm:
Karma menurut masyarakat India: hukum balasan. Artinya merupakan aturan Tuhan di alam ini, yang dibangun di atas prinsip keadilan semata. Keadilan ini pasti akan terjadi, dan tidak bisa dihindari, baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan masa mendatang. Balasan satu fase kehidupan ada pada fase kehidupan yang lain. Dunia menjadi negeri ujian, sebagaimana dunia merupakan negeri balasan
Setiap manusia akan kembali dilahirkan dan mati, selama karma ini melekat pada ruhnya. Jiwannya tidak akan bisa lepas, sampai terbebas dari karma, ketika semua yang diinginkan mencapai puncaknya. Di situlah dia bisa hidup kekal dalam kenikmatan, yang disebut tingkatan nirwana.
Seperti yang kita pahami, agama dan prinsip hidup yang dianut masyarakat Hindu adalah agama berhala. Prinsip mereka dibangun berdasarkan keyakinan yang salah dan khayalan-khayalan kosong. Sementara hukum karma adalah turunan dari aqidah sesat yang mereka yakini dan mereka jadikan sebagai prinsip hidupnya.
Dari keterangan di atas, kita bisa menyimpulkan beberapa hal yang menunjukkan kesesatan keyakinan hukum karma:
Pertama, keyakinan ini adalah aqidah palsu, buatan manusia, sama sekali tidak dibangun berdasarkan dalil wahyu ilahi yang makshum dari kesalahan. Keyakinan ini murni turunan dari aqidah sesat agama berhala.
Kedua, hukum karma dianggap aturan yang berlaku bagi semua makhluk, semua harus tunduk pada aturan ini. Bisa mengatur takdir dan memberikan balasan terhadap semua amal. Padahal ini adalah keyakinan kekafiran. Karena hanya Allah-lah al-Muhaimin (Yang Mutlak mengatur), Dia yang mengatur segala urusan dan Dia-lah yang menghisab perbuatan manusia.
Ketiga, keyakinan ini merupakan bagian dari aqidah yang batil, bisa mengantarkan manusia pada tingkatan ‘bebas’ selamanya. Itulah tujuan hidup tertinggi menurut mereka. Di sisi lain, karma merupakan balasan bagi setiap perbuatan yang dilakukan manusia. Karena itu, orang tidak bisa lepas dari hukum ini, selama karma masih ada.
Alhamdulillah, kaum muslimin, dengan kemurahan Allah, mereka dibimbing dengan ajaran agama yang benar, sehingga tidak butuh keyakinan menyimpang semacam ini. Cukuplah bagi kita, firman Allah di surat Az-Zalzalah:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Siapa yang beramal kebaikan seberat telur semut, Dia mengetahuinya, dan siapa yang mwngamalkan keburukan seberat telur semut, Dia mengetahuinya
(QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Referensi
جاء في "الموسوعة الميسرة في الأديان والمذاهب والأحزاب المعاصرة
الكارما ( عند الهندوس ) قانون الجزاء ، أي أن نظام الكون إلهي قائم على العدل المحض، هذا العدل الذي سيقع لا محالة إما في الحياة الحاضرة أو في الحياة القادمة ، وجزاء حياةٍ يكون في حياة أخرى ، والأرض هي دار الابتلاء كما أنها دار الجزاء والثواب " انتهى
وجاء فيها أيضا
ويظل الإنسان يولد ويموت ما دامت الكارما متعلقة بروحه ولا تطهر نفسه حتى تتخلص من الكارما حيث تنتهي رغباته وعندها يبقى حيًّا خالداً في نعيم النجاة ، وهي مرحلة "النيرفانا" أو الخلاص التي قد تحصل في الدنيا بالتدريب والرياضة أو بالموت " انتهى
ثانيا
لا شك أن هذه الديانات الهندية ديانات وثنية ، تشكلت وتكونت وفق اعتقادات باطلة وتصورات محالة متوهمة
واعتقاد " الكارما " من ضمن تلك الاعتقادات الباطلة التي يعتقدها هؤلاء ويدينون بها
ونستطيع أن نلخص أسباب القول ببطلان هذا الاعتقاد الفاسد فيما يلي
أولا : أنه اعتقاد مختلق ، ليس قائما على وحي إلهي معصوم ، وإنما مبعثه ديانة وثنية مخترعة
ثانيا : هو نظام يعمل وفق قانون أخلاقي طبيعي قائم بذاته ، مستغن عن الشرع الإلهي ، والعقائد الدينية السماوية
ثالثا : يزعمون أنه قانون مهيمن مسيطر على كل مخلوق ، يراقب التصرفات ، ويدبر المقادير ، ويجازي على الأعمال ، وهذا كفر صريح ؛ فإن الله هو المهيمن وهو الذي يدبر الأمر وهو الذي يحاسب الناس على أعمالهم
رابعا : هذا الاعتقاد داخل في منظومة اعتقاداتهم الباطلة التي يريدون أن يصلوا بها إلى مرحلة الخلاص الأبدي بزعمهم ، والذي هو الهدف الأسمى عندهم ، فبما أن الكارما هي عواقب الأفعال التي يقوم بها الأشخاص، فلا خلاص ما دامت الكارما موجودة
ونحن ولله الحمد مستغنون بدين الله ونعمة الله عن هذه الاعتقادات الباطلة وتلك الملل المخترعة
ويكفينا قول الله تعالى ( فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ )
الزلزلة ٧-٨
Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/488426091228751/
No comments:
Post a Comment