Yoga Lesmana
Ass.wr.wb. Gmana hukumnya opang yang meninggalkan sholat dgan sengaja? Mks
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Imam Syafi'ie rahimahullah berkata dalam kitab Al-Umm juz 1/281
Barangsiapa yang meninggalkan shalat wajib bagi orang yang telah masuk Islam (muslim)dikatakan kepadanya : ‘Mengapa engkau tidak shalat ?’. Jika ia mengatakan Kami lupa’, maka kita katakan : ‘Shalatlah jika engkau mengingatnya’. Jika ia beralasan sakit, kita katakan kepadanya : ‘Shalatlah semampumu. Apakah berdiri, duduk, berbaring, atau sekedar isyarat saja’. Apabila ia berkata : ‘Aku mampu mengerjakan shalat dan membaguskannya, akan tetapi aku tidak shalat meskipun aku mengakui kewajibannya’. Maka dikatakan kepadanya : ‘Shalat adalah kewajiban bagimu yang tidak dapat dikerjakan orang lain untuk dirimu. Ia mesti dikerjakan oleh dirimu sendiri. Jika tidak, kami minta engkau untuk bertaubat. Jika engkau bertaubat (dan kemudian mengerjakan shalat, maka diterima). Jika tidak, engkau akan kami bunuh. Karena shalat itu lebih agung daripada zakat
Dijelaskan juga dalam kitab Al-Umm juz 1/228 Menghadiri shalat Jum’at adalah wajib. Barangsiapa yang meninggalkan kewajiban karena meremehkannya, maka ia akan mendapatkan akibat buruk, kecuali Allah memaafkannya. Sebagaimana jika seseorang meninggalkan shalat hingga lewat dari waktunya, maka ia pun akan mendapatkan akibat yang buruk, kecuali jika Allah memaafkannya
Al-Baghawiy rahimahullah berkata dalam kitab Syarhus-Sunnah juz 2/180
Ulama lain berpendapat bahwasannya ia (orang yang meninggalkan shalat) tidak dikafirkan. Mereka membawa pengertian hadits (1) pada meninggalkan karena juhuud (pengingkaran), juga pada pengertian celaan dan ancaman. Hammaad bin Zaid, Mak-huul, Maalik, dan Asy-Syaafi’iy berkata : Orang yang meninggalkan shalat seperti orang murtad, namun ia tidak keluar dari agama
An-Nawawiy rahimahullah berkata dalam kitab Al-Majmuu' juz 3/16
Dalam madzhab-madzhab para ulama terhadap orang yang meninggalkan shalat karena malas bersamaan dengan keyakinan akan kewajibannya, maka madzhab kami (yaitu madzhab Syaafi’iyyah – Abul-Jauzaa’) yang masyhuur adalah sebagaimana yang telah lewat yaitu ia dibunuh sebagai hadd, namun tidak dikafirkan
Dalam kitab Syarh Shahih Muslim Maalik dan Asy-Syaafi’iy rahimahumallah serta jumhur ulama salaf dan khalaf berpendapat bahwasannya ia (orang yang meninggalkan shalat karena malas, namun masih mengakui kewajibannya – Abul-Jauzaa’) tidak dikafirkan, namun difasikkan dan diminta untuk bertaubat. Jika ia bertaubat (maka diterima), dan jika tidak, maka kita membunuhnya sebagai hadd seperti pelaku zina muhshan
Al-Maawardiy rahimahullah berkata dalam kitab Al-Haawiy juz 2/525
Apabila ia tidak bertaubat dan menolak meninggalkan perbuatannya[2], para ulama berselisih pendapat dalam tiga madzhab. Pertama, yaitu madzhab Asy-Syaafi’iy dan Maalik yang menyatakan darahnya boleh (ditumpahkan) dan membunuhnya adalah wajib, namun ia tidak dikafirkan
Abu Ismaa’iil Ash-Shaabuniy rahimahullah berkata dalama kitab Aqiidatus-Salaf wa Ashhaabul-Hadiits hal. 84
Adapun Asy-Syaafi’iy dan shahabat-shahabatnya, serta sekelompok ulama salaf – semoga Allah merahmati mereka semua – berpendapat bahwa orang tersebut tidak dikafirkan dengannya, selama ia meyakini tentang kewajibannya. Hanya saja, ia wajib dibunuh (sebagai hadd) seperti halnya wajib dibunuhnya orang yang murtad dari Islam. Mereka menakwilkan hadits di atas dengan : ‘orang yang meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya' Hal itu sebagaimana firman Allah subhaanahu tentang Yuusuf ‘alaihis-salaam : ‘Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian(QS. Yuusuf : 37). Yuusuf meninggalkan agama mereka bukan karena kekufuran yang samar, akan tetapi karena keingkaran mereka terhadap Allah dari hari kiamat
Ibnu Qudaamah rahimahullah berkata dalam kitab Al-Mughniy juz 2/297
Dan riwayat yang kedua menyatakan bahwa ia dibunuh sebagai hadd bersamaan dengan status keislaman dirinya (bukan kafir – Abul-Jauzaa’) seperti pezina muhshan. Pendapat ini dipilih oleh Abu ‘Abdillah bin Baththah, dan ia mengingkari perkataan orang yang mengatakan bahwasannya orang tersebut dikafirkan. Dan ia (Ibnu Baththah) menyebutkan bahwasannya madzhab Hanaabilah ada di atas pendapat ini, dan ia tidak mendapatkan adanya perselisihan dalam madzhab. Pendapat ini merupakan pendapat kebanyakan fuqahaa, dan juga merupakan pendapat Abu Haniifah, Maalik, dan Asy-Syaafi’iyyah
Referensi
Al-Umm juz 1/281
مَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ مِمَّنْ دَخَلَ فِي الْإِسْلَامِ قِيلَ لَهُ: لِمَ لَا تُصَلِّي؟ فَإِنْ ذَكَرَ نِسْيَانًا، قُلْنَا: فَصَلِّ إِذَا ذَكَرْتَ، وَإِنْ ذَكَرَ مَرَضًا، قُلْنَا: فَصَلِّ كَيْفَ أَطَقْتَ ؛ قَائِمًا، أَوْ قَاعِدًا، أَوْ مُضْطَجِعًا، أَوْ مُومِيًا، فَإِنْ قَالَ: أَنَا أُطِيقُ الصَّلَاةَ وَأُحْسِنُهَا، وَلَكِنْ لَا أُصَلِّي، وَإِنْ كَانَتْ عَلَيَّ فَرْضًا قِيلَ لَهُ: الصَّلَاةُ عَلَيْكَ شَيْءٌ لَا يَعْمَلُهُ عَنْكَ غَيْرُكَ، وَلَا تَكُونُ إِلَّا بِعَمَلِكَ، فَإِنْ صَلَّيْتَ، وَإِلَّا اسْتَتَبْنَاكَ، فَإِنْ تُبْت وَإِلَّا قَتَلْنَاكَ، فَإِنَّ الصَّلَاةَ أَعْظَمُ مِنَ الزَّكَاةِ
Al-Umm juz 1/228
حُضُورُ الْجُمُعَةِ فَرْضٌ، فَمَنْ تَرَكَ الْفَرْضَ تَهَاوُنًا كَانَ قَدْ تَعَرَّضَ شَرًّا، إِلَّا أَنْ يَعْفُوَ اللَّهُ، كَمَا لَوْ أَنَّ رَجُلًا تَرَكَ صَلَاةً حَتَّى يَمْضِيَ وَقْتَهَا، كَانَ قَدْ تَعَرَّضَ شَرًّا، إِلَّا أَنْ يَعْفُوَ اللَّهُ
Referensi
Syarhus-Sunnah juz 2/180
وَذَهَبَ الآخَرُونَ إِلَى أَنَّهُ لا يُكَفَّرُ، وَحَمَلُوا الْحَدِيثَ عَلَى تَرْكِ الْجُحُودِ، وَعَلَى الزَّجْرِ وَالْوَعِيدِ.وَقَالَ حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، وَمَكْحُولٌ، وَمَالِكٌ، وَالشَّافِعِيُّ: تَارِكُ الصَّلاةِ كَالْمُرْتَدِّ، وَلا يَخْرُجُ بِهِ عَنِ الدِّينِ
Referensi
Al-Majmuu' juz 3/16
في مذاهب العلماء فيمن ترك الصلاة تكاسلا مع اعتقاده وجوبها: فمذهبنا المشهور ما سبق انه يقتل حدا ولا يكفر وبه
Referensi
Syarh Shahih Muslim
فذهب مالك والشافعي رحمهما الله والجماهير من السلف والخلف إلى أنه لا يكفر بل يفسق ويستتاب فإن تاب وإلا قتلناه حدا كالزاني المحصن ، ولكنه يقتل بالسيف
Referensi
Al-Haawiy juz 2/525
وَإِنْ لَمْ يَتُبْ وَأَقَامَ عَلَى امْتِنَاعِهِ مِنْ فِعْلِهَا فَقَدِ اخْتَلَفَ النَّاسُ فِيهِ عَلَى ثَلَاثَةِ مَذَاهِبَ : أَحَدُهَا : وَهُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَمَالِكٍ أَنَّ دَمَهُ مُبَاحٌ وَقَتْلَهُ وَاجِبٌ ، وَلَا يَكُونُ بِذَلِكَ كَافِرًا
Referensi
Aqiidatus-Salaf wa Ashhaabul-Hadiits, hal. 84
وذهب الشافعي ، وأصحابه، وجماعة من علماء السلف- رحمة الله عليهم أجمعين – إلى أنه لا يكفر به – ما دام معتقداً لوجوبها – وإنما يتوجب القتل كما يستوجبه المرتد عن الإسلام . وتأولوا الخبر : من ترك الصلاة جاحداً لها ؛ كما أخبر سبحانه عن يوسف عليه السلام أنه قال: (إني تركت ملة قوم لا يؤمنون بالله وهم بالآخرة هم كافرون) ، ولم يك تلبس بكفر ففارقه ؛ ولكن تركه جاحداً له
Referensi
Al-Mughniy juz 2/297
والرواية الثانية يقتل حدا مع الحكم بإسلامه كالزاني المحصن وهذا اختيار أبي عبد الله بن بطة وأنكر قول من قال : أنه يكفر وذكر أن المذهب على هذا لم يجد في المذهب خلافا فيه وهذا قول أكثر الفقهاء وقول أبي حنيفة و مالك و الشافعي
>>> KESIMPULANYA <<<
Dr. Muhammad bin ‘Abdil-Wahhaab Al-‘Aqil berkata saat memberikan kesimpulan pendapat Asy-Syaafi’iy rahimahullah dalam hal ini
والحاصل أن الشافعي رحم الله يرى عدم كفر تارك الصلاة كسلا
Dan kesimpulannya, Asy-Syaafi’iy rahimahullah berpendapat tidak kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena malas
(Manhaj Al-Imaam Asy-Syaafi’iyyah hal. 220)
Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/489446604460033/ ?comment_id=489469151124445&offset=0&total_comments=23
Ass.wr.wb. Gmana hukumnya opang yang meninggalkan sholat dgan sengaja? Mks
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Imam Syafi'ie rahimahullah berkata dalam kitab Al-Umm juz 1/281
Barangsiapa yang meninggalkan shalat wajib bagi orang yang telah masuk Islam (muslim)dikatakan kepadanya : ‘Mengapa engkau tidak shalat ?’. Jika ia mengatakan Kami lupa’, maka kita katakan : ‘Shalatlah jika engkau mengingatnya’. Jika ia beralasan sakit, kita katakan kepadanya : ‘Shalatlah semampumu. Apakah berdiri, duduk, berbaring, atau sekedar isyarat saja’. Apabila ia berkata : ‘Aku mampu mengerjakan shalat dan membaguskannya, akan tetapi aku tidak shalat meskipun aku mengakui kewajibannya’. Maka dikatakan kepadanya : ‘Shalat adalah kewajiban bagimu yang tidak dapat dikerjakan orang lain untuk dirimu. Ia mesti dikerjakan oleh dirimu sendiri. Jika tidak, kami minta engkau untuk bertaubat. Jika engkau bertaubat (dan kemudian mengerjakan shalat, maka diterima). Jika tidak, engkau akan kami bunuh. Karena shalat itu lebih agung daripada zakat
Dijelaskan juga dalam kitab Al-Umm juz 1/228 Menghadiri shalat Jum’at adalah wajib. Barangsiapa yang meninggalkan kewajiban karena meremehkannya, maka ia akan mendapatkan akibat buruk, kecuali Allah memaafkannya. Sebagaimana jika seseorang meninggalkan shalat hingga lewat dari waktunya, maka ia pun akan mendapatkan akibat yang buruk, kecuali jika Allah memaafkannya
Al-Baghawiy rahimahullah berkata dalam kitab Syarhus-Sunnah juz 2/180
Ulama lain berpendapat bahwasannya ia (orang yang meninggalkan shalat) tidak dikafirkan. Mereka membawa pengertian hadits (1) pada meninggalkan karena juhuud (pengingkaran), juga pada pengertian celaan dan ancaman. Hammaad bin Zaid, Mak-huul, Maalik, dan Asy-Syaafi’iy berkata : Orang yang meninggalkan shalat seperti orang murtad, namun ia tidak keluar dari agama
An-Nawawiy rahimahullah berkata dalam kitab Al-Majmuu' juz 3/16
Dalam madzhab-madzhab para ulama terhadap orang yang meninggalkan shalat karena malas bersamaan dengan keyakinan akan kewajibannya, maka madzhab kami (yaitu madzhab Syaafi’iyyah – Abul-Jauzaa’) yang masyhuur adalah sebagaimana yang telah lewat yaitu ia dibunuh sebagai hadd, namun tidak dikafirkan
Dalam kitab Syarh Shahih Muslim Maalik dan Asy-Syaafi’iy rahimahumallah serta jumhur ulama salaf dan khalaf berpendapat bahwasannya ia (orang yang meninggalkan shalat karena malas, namun masih mengakui kewajibannya – Abul-Jauzaa’) tidak dikafirkan, namun difasikkan dan diminta untuk bertaubat. Jika ia bertaubat (maka diterima), dan jika tidak, maka kita membunuhnya sebagai hadd seperti pelaku zina muhshan
Al-Maawardiy rahimahullah berkata dalam kitab Al-Haawiy juz 2/525
Apabila ia tidak bertaubat dan menolak meninggalkan perbuatannya[2], para ulama berselisih pendapat dalam tiga madzhab. Pertama, yaitu madzhab Asy-Syaafi’iy dan Maalik yang menyatakan darahnya boleh (ditumpahkan) dan membunuhnya adalah wajib, namun ia tidak dikafirkan
Abu Ismaa’iil Ash-Shaabuniy rahimahullah berkata dalama kitab Aqiidatus-Salaf wa Ashhaabul-Hadiits hal. 84
Adapun Asy-Syaafi’iy dan shahabat-shahabatnya, serta sekelompok ulama salaf – semoga Allah merahmati mereka semua – berpendapat bahwa orang tersebut tidak dikafirkan dengannya, selama ia meyakini tentang kewajibannya. Hanya saja, ia wajib dibunuh (sebagai hadd) seperti halnya wajib dibunuhnya orang yang murtad dari Islam. Mereka menakwilkan hadits di atas dengan : ‘orang yang meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya' Hal itu sebagaimana firman Allah subhaanahu tentang Yuusuf ‘alaihis-salaam : ‘Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian(QS. Yuusuf : 37). Yuusuf meninggalkan agama mereka bukan karena kekufuran yang samar, akan tetapi karena keingkaran mereka terhadap Allah dari hari kiamat
Ibnu Qudaamah rahimahullah berkata dalam kitab Al-Mughniy juz 2/297
Dan riwayat yang kedua menyatakan bahwa ia dibunuh sebagai hadd bersamaan dengan status keislaman dirinya (bukan kafir – Abul-Jauzaa’) seperti pezina muhshan. Pendapat ini dipilih oleh Abu ‘Abdillah bin Baththah, dan ia mengingkari perkataan orang yang mengatakan bahwasannya orang tersebut dikafirkan. Dan ia (Ibnu Baththah) menyebutkan bahwasannya madzhab Hanaabilah ada di atas pendapat ini, dan ia tidak mendapatkan adanya perselisihan dalam madzhab. Pendapat ini merupakan pendapat kebanyakan fuqahaa, dan juga merupakan pendapat Abu Haniifah, Maalik, dan Asy-Syaafi’iyyah
Referensi
Al-Umm juz 1/281
مَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ مِمَّنْ دَخَلَ فِي الْإِسْلَامِ قِيلَ لَهُ: لِمَ لَا تُصَلِّي؟ فَإِنْ ذَكَرَ نِسْيَانًا، قُلْنَا: فَصَلِّ إِذَا ذَكَرْتَ، وَإِنْ ذَكَرَ مَرَضًا، قُلْنَا: فَصَلِّ كَيْفَ أَطَقْتَ ؛ قَائِمًا، أَوْ قَاعِدًا، أَوْ مُضْطَجِعًا، أَوْ مُومِيًا، فَإِنْ قَالَ: أَنَا أُطِيقُ الصَّلَاةَ وَأُحْسِنُهَا، وَلَكِنْ لَا أُصَلِّي، وَإِنْ كَانَتْ عَلَيَّ فَرْضًا قِيلَ لَهُ: الصَّلَاةُ عَلَيْكَ شَيْءٌ لَا يَعْمَلُهُ عَنْكَ غَيْرُكَ، وَلَا تَكُونُ إِلَّا بِعَمَلِكَ، فَإِنْ صَلَّيْتَ، وَإِلَّا اسْتَتَبْنَاكَ، فَإِنْ تُبْت وَإِلَّا قَتَلْنَاكَ، فَإِنَّ الصَّلَاةَ أَعْظَمُ مِنَ الزَّكَاةِ
Al-Umm juz 1/228
حُضُورُ الْجُمُعَةِ فَرْضٌ، فَمَنْ تَرَكَ الْفَرْضَ تَهَاوُنًا كَانَ قَدْ تَعَرَّضَ شَرًّا، إِلَّا أَنْ يَعْفُوَ اللَّهُ، كَمَا لَوْ أَنَّ رَجُلًا تَرَكَ صَلَاةً حَتَّى يَمْضِيَ وَقْتَهَا، كَانَ قَدْ تَعَرَّضَ شَرًّا، إِلَّا أَنْ يَعْفُوَ اللَّهُ
Referensi
Syarhus-Sunnah juz 2/180
وَذَهَبَ الآخَرُونَ إِلَى أَنَّهُ لا يُكَفَّرُ، وَحَمَلُوا الْحَدِيثَ عَلَى تَرْكِ الْجُحُودِ، وَعَلَى الزَّجْرِ وَالْوَعِيدِ.وَقَالَ حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، وَمَكْحُولٌ، وَمَالِكٌ، وَالشَّافِعِيُّ: تَارِكُ الصَّلاةِ كَالْمُرْتَدِّ، وَلا يَخْرُجُ بِهِ عَنِ الدِّينِ
Referensi
Al-Majmuu' juz 3/16
في مذاهب العلماء فيمن ترك الصلاة تكاسلا مع اعتقاده وجوبها: فمذهبنا المشهور ما سبق انه يقتل حدا ولا يكفر وبه
Referensi
Syarh Shahih Muslim
فذهب مالك والشافعي رحمهما الله والجماهير من السلف والخلف إلى أنه لا يكفر بل يفسق ويستتاب فإن تاب وإلا قتلناه حدا كالزاني المحصن ، ولكنه يقتل بالسيف
Referensi
Al-Haawiy juz 2/525
وَإِنْ لَمْ يَتُبْ وَأَقَامَ عَلَى امْتِنَاعِهِ مِنْ فِعْلِهَا فَقَدِ اخْتَلَفَ النَّاسُ فِيهِ عَلَى ثَلَاثَةِ مَذَاهِبَ : أَحَدُهَا : وَهُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَمَالِكٍ أَنَّ دَمَهُ مُبَاحٌ وَقَتْلَهُ وَاجِبٌ ، وَلَا يَكُونُ بِذَلِكَ كَافِرًا
Referensi
Aqiidatus-Salaf wa Ashhaabul-Hadiits, hal. 84
وذهب الشافعي ، وأصحابه، وجماعة من علماء السلف- رحمة الله عليهم أجمعين – إلى أنه لا يكفر به – ما دام معتقداً لوجوبها – وإنما يتوجب القتل كما يستوجبه المرتد عن الإسلام . وتأولوا الخبر : من ترك الصلاة جاحداً لها ؛ كما أخبر سبحانه عن يوسف عليه السلام أنه قال: (إني تركت ملة قوم لا يؤمنون بالله وهم بالآخرة هم كافرون) ، ولم يك تلبس بكفر ففارقه ؛ ولكن تركه جاحداً له
Referensi
Al-Mughniy juz 2/297
والرواية الثانية يقتل حدا مع الحكم بإسلامه كالزاني المحصن وهذا اختيار أبي عبد الله بن بطة وأنكر قول من قال : أنه يكفر وذكر أن المذهب على هذا لم يجد في المذهب خلافا فيه وهذا قول أكثر الفقهاء وقول أبي حنيفة و مالك و الشافعي
>>> KESIMPULANYA <<<
Dr. Muhammad bin ‘Abdil-Wahhaab Al-‘Aqil berkata saat memberikan kesimpulan pendapat Asy-Syaafi’iy rahimahullah dalam hal ini
والحاصل أن الشافعي رحم الله يرى عدم كفر تارك الصلاة كسلا
Dan kesimpulannya, Asy-Syaafi’iy rahimahullah berpendapat tidak kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena malas
(Manhaj Al-Imaam Asy-Syaafi’iyyah hal. 220)
Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/489446604460033/
No comments:
Post a Comment