Thursday, January 2, 2014

Anakku Diculik di Halaman

KISAH TRAUMATIS
Aku tak akan lelah berdoa, semoga anakku ditemukan. Betul, ini kisah penculikan anak. Dan kisah itu menimpaku enam tahun yang lalu. Sampai sekarang anakku Wendy belum ditemukan, aku berpasrah pada Tuhan, ini adalah ujian terberat dalam hidupku.
Namaku Tari, aku seorang wanita pekerja yang tinggal di kota Surabaya. Aku memiliki seorang putera, tetapi sekarang dia sudah tak ada di pelukanku, entah seperti apa keadaannya sekarang hanya Tuhan yang tahu.
Yang menyedihkan, aku bukan ibu yang baik. Karena kesibukanku bekerja, nyaris aku tak memperhatikan anakku sendiri. Itu mungkin dosa terbesar yang kulakukan pada Wendy. Setelah dia hilang, baru terasa bagaimana aku mencintainya, dan aku hanya bisa menangis bila mengingat ketampanan wajahnya.
Aku bekerja lima hari, Sabtu dan Minggu aku di rumah. Setiap bekerja, Wendy aku titipkan ke tetangga yang aku bayar. Aku tidak punya pembantu. Dan di kota seperti Surabaya, menitipkan anak pada tetangga adalah hal yang biasa, apalagi aku tinggal di kampung pinggiran kota.
Tetapi justru penculikan itu, terjadi saat hari Minggu. Aku dan suamiku berada di rumah. Dan hari itu aku agak jengkel dengan Wendy karena rewel sejak pagi. Minta ini minta itu, nangis, marah-marah dan semacamnya. Aku yang ingin beristirahat menjadi kesal.
"Main di luar sana lho, jangan ganggu Mama," kataku dengan nada keras, pagi itu.
Aku bisa melihat betapa kecewanya Wendy dengan sikapku. Dia yang masih berusia 3 tahun mengeloyor pergi. Aku melihat dari dalam dia bermain sepeda di halaman yang tidak berpagar. Aku pun tertidur. Sedangkan suamiku sedang keluar dengan teman-temannya.
Saat jam makan siang, aku dan suamiku sudah siap di meja makan. Aku ke halaman mencari Wendy. Tetapi hanya menemukan sepedanya tergeletak di halaman. Aku berlari ke tetangga yang biasanya mengasuhnya, dia bilang sejak pagi tidak main ke situ. Saat itulah firasat burukku muncul.
Aku memanggil suamiku, lalu suamiku mengabarkan pada orang sekampung untuk mencari Wendy. Perasaanku sangat tidak enak, aku menangis sejadi-jadinya sambil terus berdoa. Hingga malam, penduduk kampung tak menemukan Wendy. Separo nyawaku seperti hilang, akhirnya suamiku memutuskan untuk mencari di rumah sanak famili. Tetapi juga tidak ditemukan. Akhirnya kami berdua melaporkan kejadian itu kepada polisi.
Yang membuat aku sedih, aku memarahinya pagi itu, dan aku akui aku sering mengabaikannya. Kalau dia masih di sini, pasti dia sudah besar dan tampan. Setidaknya sudah kelas 3 SD. Rambutnya yang lurus, kulitnya yang coklat dan tubuhnya yang sekel. Oh Tuhan, rindunya.
Rasanya aku seperti gila. Aku sering diam-diam mencarinya ke terminal, ke stasiun dan tempat-tempat umum lainnya. Tetapi selalu saja sia-sia. Badanku makin kurus, tidak terurus. Dan aku juga memutuskan untuk keluar dari pekerjaan untuk mencari Wendy. Sampai sekarang pun aku masih terus mencarinya, namun belum dipertemukan lagi.
"Maafkan Mama Wendy, Mama sangat mencintaimu, Mama sangat merindukanmu, kamu harus tahu itu."
Seperti diceritakan oleh Tari.
Jakarta 3 Januari 2014

No comments:

Post a Comment