Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Sunday, September 15, 2013

Ternyata Natal Adalah Budaya Pagan

Pendahuluan

Istilah natal sesungguhnya berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara terminologi, natal adalah ritual agama kristen untuk memperingati hari dilahirkannya Isa al Masih yang oleh umat Kristiani disebut Tuhan Yesus. Tapi, bernahkah Isa al Masih (Yesus) dilahirkan pada tanggal 25 Desember? Bagaimana pula asal-usul pohon natal dan santa claus? Mari simak uraian berikut.

Tanggal Kelahiran Yesus

Untuk menyibak tabir misteri natal, kita telusuri terlebih dahulu Bibel, yang dalam Lukas 2:1-8 dikisahkan: 
"Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf, pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud supaya didaftarkan bersama-sama dengan maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ, tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin, dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam."

Dalam Matius 2:1,10,11 dikisahkan: 
"Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu besama Maria, ibunya."

Dari kedua Bibel di atas kita dapatkan perbedaan informasi; menurut Lukas, Yesus dilahirkan pada masa kekaisaran Agustus. Sedangkan menurut Matius, Yesus dilahirkan pada zaman Herodus. Akan tetapi kedua injil tersebut tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember. Malahan informasi dari injil Lukas, bahwa saat Yesus dilahirkan saat itu gembala-gembala tinggal di padang rumput menjaga kawanan ternak pada malam hari menunjukkan kondisi musim panas. Sedangkan bulan Desember di kawasan Palestina suhunya sangat rendah (musim dingin) sehingga mustahil kawanan ternak akan berdiam di padang rumput pada malam hari karena sangat mungkin padang rumput akan dipenuhi salju.

Hal ini bahkan dinyatakan dengan tegas oleh Uskup Barns dalam bukunya Rise of Christianity, “Kepercayaan bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu, dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang dekat Betlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pegunungan Yudea sangat rendah sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil“.

Jika Yesus tidak dilahirkan tanggal 25 Desember, lalu kenapa umat Kristiani merayakan hari kelahirannya pada tanggal tersebut? Penelusuran mengenai hal ini membawa kita mundur jauh ke suatu masa ketika berhala dijadikan sesembahan.

25 Desember dan Budaya Penyembahan Berhala

Secara resmi, perayaan natal baru dijadikan ritual keagamaan Kristen Katolik pada abad ke-4 Masehi karena Bibel sama sekali tidak memerintahkan untuk melaksanakannya. Begitu pula Yesus, tidak pernah mengajarkan/menyuruh murid-muridnya menyelenggarakan peringatan kelahirannya.

Selain itu, pada periode abad ke-1 hingga abad ke-4, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang menganut paham paganis politheisme. Namun pada saat Kaisar Konstantin dan rakyatnya memeluk agama Katolik, mereka tidak mau meninggalkan budaya pagan yang selama ini dianutnya, termasuk perayaan hari kelahiran dewa matahari setiap tanggal 25 Desember. Bagi mereka, matahari merupakan simbol kekuatan dan kekuasaan. Oleh karena itu, dilakukanlah sinkretisme (penyatuan agama & budaya menyembah berhala) dengan cara menyatukan perayaan kelahiran sun of god (dewa matahari) dengan kelahiran son of god (anak Tuhan = Yesus).

Sinkretisme tersebut dilakukan pada konsili tahun 325. Konstantin memutuskan untuk menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Selain itu, hari Minggu (sunday = hari beribadah menyembah dewa matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang sebelumnya selalu dilaksanakan setiap hari Sabtu. Konstantin juga memerintahkan untuk membuat patung Yesus sebagai pengganti berhala (dewa matahari).

Asal-usul Pohon Natal 

Kepercayaan paganis politheisme yang dianut masyarakat Romawi merupakan warisan dari kepercayaan pagan yang sesat zaman Babilonia. Tentang hal ini, H.W. Armstrong menjelaskan dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, Worldwide Church of God:

Nimrod (Namrud) cucu Ham, anak Nabi Nuh adalah pendri sistem kehidupan masyarakat Babilonia Kuno. Nama Nimrod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “marad” yang artinya membangkang atau “murtad” (dalam istilah Islam), antara lain dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri bernama Semiramis. Namun usia Nimrod tidak sepanjang usis ibu sekaligus istrinya. Maka, setelah Nimrod mati, Semiramis menyebarkan ajaran bahwa ruh Nimrod tetap hidup selamanya walaupun jasadnya telah mati. Dibuatlah olehnya perumpamaan pohon “evergreen” yang tumbuh dari sebatang kayu yang mati. Di saat hari kelahirannya, setiap tanggal 25 Desember, dinyatakan bahwa Nimrod selalu hadir di pohon evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Inilah asal-usul pohon natal.

Selanjutnya, Semiramis dianggap sebagai “ratu langit” oleh masyarakat Babilonia, sedangkan Nimrod dipuja sebagai “anak suci dari surga”.

Asal-usul Santa Claus


Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa perayaan natal berasal dari budaya masa Babilonia dan Romawi. Selain menyembah dewa matahari sebagai dewa tertinggi, masyarakat Romawi juga menyembah dewa Saturn dengan cara mengadakan ritual keagamaan pada bulan Desember yang disebut Saturnalia. Saturn adalah dewa yang paling keji dalam budaya pagan, dia meminta anak kecil untuk dikorbankan. Pada festival ini, masyarakat Romawi juga saling mengucapkan "bona saturnalia" kepada satu sama lain, layaknya sekarang umat Kristen sering mengatakan "selamat natal."


Meski orang Romawi pada periode berikutnya tidak lagi mengorbankan nyawa manusia, tapi darah mash tertumpah dalam perayaan saturnalia pada bulan Desember yaitu dengan pertaruangan para gladiator. Johann D. Fuss, (dalam buku Roman Antiquities hal. 359) menyatakan bahwa “The gladiatorial shows were sacred (to Saturn)“. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Justus Lipsius (dalam buku Saturnalia Sermonum Libri Duo, Qui De Gladiatoribus, lib. i. cap. 5), “The gladiators fought on the Saturnalia, and … they did so for the purpose of appeasing and propitiating Saturn“.


Festifal Saturnalia masih dirayakan hingga kini oleh penganut Kristen di seluruh dunia dalam wujud perayaan natal. Pohon natal dihiasi oleh lampu yang dalam tradisi asalnya adalah lilin yang dibuat dari lemak mayat bayi yang dikorbankan pada dewa Saturn. Pohon natal juga digantungi bola-bola, tradisi asalnya adalah kepala-kepala bocah yang dikorbankan untuk dewa Saturn. Bahkan dewa Saturn sendiri diadaptasi menjadi sosok imajiner Santa Claus, seorang tua dengan janggut panjang yang selalu dikelilingi anak-anak.

Perayaan Natal Sempat Dilarang di Inggris

Tidak banyak yang tahu bahwa perayaan Natal yang dirayakan umat Kristen di dunia ini pernah dilarang selama beberapa dekade di Amerika oleh umatnya sendiri. Perang mengenai kontroversi Natal ini dimulai sejak abad ke 16-17 oleh golongan Puritan atau Kristen Protestan yang meyakini bahwa untuk menjadi religius maka seseorang membutuhkan aturan yang ketat, dan perayaan semacam Natal dianggap sebagai suatu hal yang penuh dosa.

Sebagaimana yang dikemukakan dalam buku Shocked by the Bible yang diterbitkan oleh Thomas Nelson Inc. (2008), "Sungguh mengejutkan bagaimana pengikut Yesus Kristus di Amerika Serikat dan Inggris telah membantu hukum untuk menjadikan Natal sebagai suatu hal yang ilegal pada masa itu. Mereka yakin bahwa perayaan Natal merupakan hinaan pada Tuhan karena dianggap berhubungan dengan paganisme kuno."

Kebanyakan orang Amerika pada masa kini tak menyadari bahwa Natal pernah dilarang di Boston dari tahun 1659-1681. Semua kegiatan Natal, termasuk menari, permainan Natal, nyanyian, perayaan yang ramai dan terutama minum-minum dilarang oleh Parlemen Inggris yang didominasi Puritan pada tahun 1644.

Menurut Once Upon a Gospel (Twenty-Third Publicationsm, 2008), apa yang dilakukan orang Kristen pada masa itu cukup ekstrim. Natal dilarang di Boston, dan koloni Plymouth membuat perayaan Natal menjadi tindak pidana. Pohon Natal dan dekorasinya dianggap ritual pagan kudus, dan Puritan melarang makanan tradisional Natal seperti pai dan puding. Hukum Puritan bahkan mengharuskan toko dan bisnis tetap buka sepanjang Natal dan di malam Natal penduduk kota diminta keluar menyusuri jalanan sambil meneriakkan, "Tidak ada Natal, tidak ada natal!".

Di Inggris, larangan untuk libur di saat Natal dicabut pada tahun 1660 ketika Charles II mengambil alih tahta. Namun kaum Puritan tetap ada di New England dan Natal tidak menjadi hari libur hingga tahun 1856. bahkan beberapa sekolah tetap mengadakan kegiatan belajar-mengajar pada tanggal 25 Desember hingga tahun 1870.


Kesimpulan

Dalam hal akidah, jelas ada perbedaan yang tegas antara Islam dan Kristen, termasuk juga Yahudi. Adalah benar dan telah terbukti janji iblis yang ingin menyesatkan manusia dari kemurnian akidah hingga datangnya hari kiamat. Faktanya dapat kita saksikan dengan pewarisan budaya pagan yang kemudian dianggap sebagai ritual keagamaan seperti perayaan natal. Oleh karena itu, Mahabenar Allah yang telah berfirman, 
Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah’. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)'" (Q.S. Ali Imran, 3:64).
Sumber: mangubed.wordpress.com dan jawaban.com 

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam 

Ternyata Paskah Adalah Budaya Pagan

Setiap tahun umat Kristen merayakan Paskah. Hampir semua gereja di muka bumi ini menggelar berbagai macam acara menyambut Hari Raya Paskah ini, mulai dari lomba-lomba, pentas seni, membagi telur paskah, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas peristiwa luar biasa dahsyat yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Apa peristiwa ‘luar biasa dahsyat’ tersebut? Inilah yang akan kita kupas dalam tulisan ini.

Paus Leo Agung (440-461) menekankan pentingnya Paskah dan menyebutnya festum festorum – perayaan dari semua perayaan, dan berkata bahwa Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan perayaan Paskah.

Bagaimana awal mula perayaan ini dan urgensinya bagi umat Kristen, akan dibahas secara singkat dalam tulisan ini.

Umat Kristen menyebut Paskah sebagai Easter. Sedangkan umat Yahudi juga memperingati Paskah yang mereka sebut Pesach. Walaupun keduanya berlangsung pada waktu yang hampir bersamaan, namun Paskah umat Kristen dan Yahudi berbeda.

Pesach/Passover

Pesach / Paskah (Ibrani) adalah perayaan Yahudi yang diadakan pada tanggal 14 bulan Nisan (bulan Yahudi) sebagai peringatan keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir dibawah nabi Musa as atau yang dikenal dengan Exodus. Malam sebelumnya, Tuhan menyuruh mereka mempersembahkan korban anak domba dan makan roti tidak beragi dimana darah anak-domba itu digunakan untuk memberi tanda pada rumah-rumah orang Yahudi untuk membedakannya dengan rumah-rumah orang Mesir (Kel. 12:1-28).

Easter

Sedangkan Paskah (Easter) adalah perayaan umat Kristen untuk memperingati kebangkitan Yesus. Tanggalnya berubah-ubah tapi pasti jatuh di hari minggu, sehingga disebut Minggu Paskah. Istilah Easter berakar dari bahasa Inggris Kuno Ēastre atau Ēostre. Nama ini mengacu pada nama Dewi Ēostre/ Astarte dari budaya Anglo-Saxon di Jerman. Festivalnya disebut Ostara, yakni untuk menghormati Astarte (dewi kesuburan) yang berlangsung di awal musim semi. Simbol kelinci dipakai sebagai lambang kesuburan karena kelinci adalah binatang yang mudah beranak-pinak. Dan telur sebagai simbol awal kehidupan.

Easter, sebuah festival untuk menghormati Astarte, dewi kesuburan, yang dilambangkan kelinci dan telur sebagai simbol-simbol kesuburan umum dalam budaya pagan. (Encyclopedia Britannica, 1982 Edition, vol. 4, halaman 501.)

Yesus seperti yang telah dibahas dibeberapa tulisan yang lalu, adalah berasal dari bani Israel yang beragama Yahudi. Ia mengikuti agama nabi Musa as juga seluruh tradisi agama Yahudi termasuk Pesach. Hal ini terbukti dengan peristiwa Perjamuan Malam yang dilakukannya sesuai ritual Yahudi dengan menggunakan roti tak beragi (Luk. 22:7-38). Perjamuan Malam ini kemudian hari oleh umat Kristen disebut sebagai Perjamuan Kudus.

Sinkretisme

Lalu bagaimana budaya Pagan “Easter” berubah menjadi hari Kebangkitan Yesus sebagai Tuhan? Disinilah letak titik kritis dari pondasi keimanan Kristen. Dari semula Yesus telah melarang murid-muridnya untuk menyebarkan risalah yang dibawanya kepada orang-orang diluar bani Israel. Agama Yahudi adalah khusus untuk bani Israel dan Yesus memerintahkan muridnya mencari duabelas suku yang hilang dari bani Israel bukan untuk menyebarkan pada bangsa selain Israel.

Namun ini dilanggar. Paulus yang bukan murid Yesus tapi justru pemburu/pembunuh pengikut Yesus, mengaku sebagai murid dan ikut-ikutan menyebarkan risalah Yesus. Apa yang disampaikan oleh Paulus pada pengikutnya tentulah berbeda dengan apa yang diajaran Yesus. Yesus melarang minum khmr tapi Paulus justru membolehkan. Yesus mewajibkan khitan, justru Paulus melarang. Yesus mengajarkan monotheisme Paulus mengajarkan dualisme (Tuhan Ayah dan Tuhan Anak). Dan Paulus inilah yang pertamakali menyebarkan ajaran Yesus keluar dari bani Israel. Ia menyebarkannya kepada bangsa Romawi.

Kepingan perak bergambar Sol Invictus dari Kekaisaran Romawi abad ketiga

Imperium Romawi sangat kuat akan budaya paganis. Agama mereka adalah menyembah Dewa Matahari, Sol Invictus. Ketika agama baru Kristen yang disebarluaskan oleh Paulus lambat laun memasuki wilayah tersebut maka terjadilah perbenturan-perbenturan budaya yang hampir membelah Roma. Sehingga atas dasar kepentingan politik demi keutuhan imperium Roma maka diselenggarakanlah Konsili Nicea 325M. Pertentangan Yesus manusia atau Tuhan  dalam Konsili ini akhirnya memutuskan bahwa Yesus adalah Tuhan Anak. Inilah solusi yang dilakukan Konstantin penguasa tertinggi Romawi untuk menyelamatkan imperiumnya. Ia membuat agama Hybrid, mencampurkan polyteisme yang berasal dari agama pagan dan monoteisme yang berasal dari agama Yahudi dalam suatu konsep baru yang disebut Trinitas. Tiga dalam satu, satu dalam tiga.

Lalu bagaimana membuat ‘benang merah’ antara Yesus yang dikenal luas sebagai manusia dan Yesus sebagai tuhan. Maka dalam konsili yang di pimpin oleh Kaisar Konstantin tersebut menetapkan hari Paskah (Easter) sebagai hari kebangkitan Yesus. Yesus dikatakan mati setelah disalib lalu dikuburkan dan setelah tiga hari kemudian bangun/bangit dari kematian untuk naik ke langit dan duduk di kanan tuhan Bapa. Manusia biasa tidak mungkin melakukan hal tersebut, sehingga masuk akal lah Yesus adalah tuhan. Hari Paskah harus dirayakan tepat pada hari minggu walaupun tanggalnya selalu berubah-ubah.

Umat Kristen telah mengubah konsep ritual Pesakh yang sebenarnya mengenang keluarnya bani Israel dari perbudakan di Mesir menjadi penebusan dosa. Jika dalam agama Yahudi yang dikorban adalah seekor domba. Maka dalam keyakinan baru ini, Yesus lah pengganti domba.

Ekaristi yang diambil dari peristiwa Jamuan Malam adalah jamuan kudus yang menyimbolkan roti sebagai tubuh Yesus dan anggur sebagai darah. Kembali lagi ini masih berkaitan dengan tradisi Pagan, dengan kisah Cult Dionysious, dewa anggur yunani yang mati dan jadi immortal. Bahkan sesajian manusia dan pengorbanan darah untuk menebus dosa dan menyenangkan tuhan/dewa adalah juga tradisi Pagan.

Paulus mengatakan demikian,

“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (1 Kor. 5:7).

Istilah-istilah sehubungan dengan Paskah (Easter) antara lain:

- Masa Pra Paskah, yakni 40 hari sebelum Minggu Paskah.
- Pekan Suci, yakni sepekan sebelum Minggu Paskah.
- Minggu Palem, yakni hari Minggu pertama dalam Pekan Suci. Hari ini memperingati masuknya Yesus ke kota Yerusalem menaiki seekor keledai.
- Kamis Suci, memperingati Perjamuan Malam terakhir Yesus
- Jumat Agung, memperingati kematian Yesus
- Sabtu Suci atau Sabtu Sunyi, memperingati hari pada saat Yesus di dalam kuburan.

Tiga hari terakhir ini (Kamis, Jumat dan Sabtu) sebelum Minggu Paskah disebut sebagai Trihari Suci atau Triduum Paskah.

- Pekan Paskah adalah tujuh hari setelah Minggu Paskah. Yang masing-masing diberi akhiran Paskah, seperti “Senin Paskah”, “Selasa Paskah”, hingga “Oktaf Paskah”, yaitu hari Minggu setelah Minggu Paskah.
- Masa Paskah adalah 40 hari (yang kemudian diperpanjang menjadi 50 hari) yang diakhiri dengan hari Pentakosta (hari ke-50).

Sebagian gereja Kristen menolak perayaan Natal Dan Paskah, contoh adalah Gereja Yesus Sejati (true jesus church). Mereka juga tidak mempercayai dengan konsep trinity seperti halnya Kristen Saksi Jehova.

Inilah peristiwa yang diawal tulisan saya sebut sebagai “luar biasa dahsyat”. Penyimpangan ajaran monoteisme dan polyteisme yang di mix sedemikian rupa sehingga membuahkan sebuah ajaran hybrid dengan konsep tiga tapi satu, satu tapi tiga. Serta pengesahan seorang manusia menjadi Tuhan. Maka seperti yang diucapkan Paus Leo Agung (440-461), demikian pentingnya peringatan Paskah bagi umat Kristen sebagai dasar/pondasi iman Kristen. Paskah lebih penting ketimbang Natal. Jika Natal bermasalah pada tanggal kelahiran. Sedangkan Paskah berbicara tentang penebusan dosa dan kebangkitan. Tanpa kematian Yesus maka tidak ada penebusan dosa,  tanpa kebangkitan maka Yesus bukan Tuhan.
 
Di muat di Tabloid Media Ummat Rubrik: Kristologi – Hj.Irena Handono

Sumber: sallysetty1812.wordpress.com

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Kekejaman Tentara Salib kepada Umat Muslim



Ketika orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim hidup bersama dalam damai, sang Paus memutuskan untuk mempersiapkan perang Salib. Mengikuti seruan Paus Urbanus II pada 27 November 1095 di Dewan Clermont, lebih dari 100.000 orang Eropa bergerak ke Palestina untuk "membebaskan" tanah suci dari orang Islam dan mencari kekayaan di Timur. Pada 50 tahun pertama, Pasukan Salib berhasil mendominasi peperangan. Kekuatan kaum Muslim porak-poranda. Sebagian jantung negeri Islam, seperti Syria dan Palestina ditaklukkan. Ratusan ribu kaum Muslim dibantai.

Pada tahun 1098, tentara Salib itu juga telah membunuh ratusan ribu kaum Muslim di Marra’tun Noman, salah satu kota terpadat di Syria. Paus Urbanus II menyebut musuh kaum Kristen sebagai “The Seljuq Turks”. “Seljuk Turks”, kata Paus, adalah bangsa bar-bar dari Asia Tengah yang baru saja menjadi muslim. Bangsa ini telah menaklukkan sebagian wilayah kekaisaran imperium Kristen Bizantium.

Paus mendesak agar para ksatria Eropa menghentikan pertikaian antara mereka dan memusatkan perhatian bersama, untuk memerangi musuh Tuhan. Bahkan, kata Paus, bangsa Turki itu adalah bangsa terkutuk dan jauh dari Tuhan. Maka, Paus menyerukan, “Membunuh monster tak ber-Tuhan seperti itu adalah suatu tindakan suci; adalah suatu kewajiban Kristiani untuk memusnahkan bangsa jahat itu dari wilayah kita.”

Mereka mencapai Yerusalem pada tahun 1099. Kota ini jatuh setelah pengepungan hampir 5 minggu. Ketika Tentara Perang Salib masuk ke dalam, mereka melakukan pembantaian kejam. Seluruh orang Islam dan Yahudi dibabat dengan pedang.

Dalam perkataan seorang sejarawan: "Mereka membunuh semua orang Saracen dan Turki yang mereka temui. pria maupun wanita."

Di Masjid al-Aqsha terdapat genangan darah setinggi mata kaki, karena banyaknya kaum Muslim yang dibantai. Fulcher of Chartress menyatakan, bahwa darah begitu banyak tertumpah, sehingga membanjir setinggi mata kaki:

“If you had been there your feet would have been stained to the ankles in the blood of the slain.”

Seorang tentara Salib menulis dalam Gesta Francorum, bagaimana perlakuan tentara Salib terhadap kaum Muslim dan penduduk Yerusalem lainnya, dengan menyatakan, bahwa belum pernah seorang menyaksikan atau mendengar pembantaian terhadap ‘kaum pagan’ yang dibakar dalam tumpukan manusia seperti piramid dan hanya Tuhan yang tahu berapa jumlah mereka yang dibantai:

“No one has ever seen or heard of such a slaughter of pagans, for they were burned on pyres like pyramid, and no one save God alone knows how many there were.” 

Salah satu tentara Perang Salib, Raymond dari Aguiles, membanggakan kekejian ini:

Pemandangan mengagumkan terlihat. Sebagian orang kami (dan ini lebih belas kasih) memenggal kepala musuh-musuh mereka; lainnya membidik mereka dengan panah, sehingga mereka berjatuhan dari menara-menara; lainnya menyiksa mereka lebih lama dengan memasukkan mereka ke dalam nyala api. Tumpukan kepala, tangan, dan kaki terlihat di jalan-jalan kota. Kami perlu berjalan di atas mayat-mayat manusia dan kuda. Tapi ini hanya masalah kecil dibandingkan dengan apa yang terjadi di Kuil Sulaiman, tempat di mana ibadah keagamaan biasanya disenandungkan. di kuil dan serambi Sulaiman, para pria bergerak dalam [kubangan] darah hingga lutut dan tali kekang mereka.

Dalam dua hari, tentara Perang Salib membunuh sekitar 40.000 orang Islam secara biadab seperti yang digambarkan. Kedamaian dan kerukunan di Palestina, yang telah berlangsung semenjak Umar, berakhir dengan sebuah pembantaian mengerikan.

Tentara Perang Salib menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota mereka, dan mendirikan Kerajaan Katolik yang terbentang dari Palestina hingga Antakiyah. Namun pemerintahan mereka berumur pendek, karena Salahuddin mengumpulkan seluruh kerajaan Islam di bawah benderanya dalam suatu perang suci dan mengalahkan tentara Perang Salib dalam pertempuran Hattin pada tahun 1187. Setelah pertempuran ini, dua pemimpin tentara Perang Salib, Reynald dari Chatillon dan Raja Guy, dibawa ke hadapan Salahuddin. Beliau menghukum mati Reynald dari Chatillon, yang terkenal keji karena kekejamannya yang mengerikan yang ia lakukan kepada orang-orang Islam, namun membiarkan Raya Guy pergi, karena ia tidak melakukan kejahatan serupa. Palestina sekali lagi menyaksikan arti keadilan yang sebenarnya.

Tiga bulan setelah pertempuran Hattin, dan pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Mekah ke Yerusalem untuk perjalanan mikrajnya ke langit, Salahuddin memasuki Yerusalem dan membebaskannya dari 88 tahun pendudukan tentara Perang Salib. Bertolak belakang dengan "pembebasan" oleh tentara Perang Salib, Salahuddin tidak mendzalimi seorang Nasrani pun di kota tersebut, sehingga menyingkirkan rasa takut mereka bahwa mereka semua akan dibantai. Ia hanya memerintahkan semua umat Nasrani Latin (Katolik) untuk meninggalkan Yerusalem. Umat Nasrani Ortodoks, yang bukan tentara Perang Salib, dibiarkan tinggal dan beribadah menurut yang mereka pilih.

Karen Armstrong menggambarkan penaklukan kedua atas Yerusalem ini dengan kata-kata berikut ini:

Pada tanggal 2 Oktober 1187, Salahuddin dan tentaranya memasuki Yerusalem sebagai penakluk dan selama 800 tahun berikutnya Yerusalem tetap menjadi kota Muslim. Salahuddin menepati janjinya, dan menaklukkan kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Dia tidak membalas dendam pembantaian tahun 1099, seperti yang Al Qur'an anjurkan (Q.S. 16:127), dan sekarang, permusuhan telah berakhir, ia menghentikan pembunuhan (Q.S. 2:193-194). Tak ada satu orang Kristen pun dibunuh dan tidak ada perampasan. Jumlah tebusan pun disengaja sangat rendah. Salahuddin menangis terharu karena kesedihan keluarga-keluarga yang terpecah-belah dan ia membebaskan banyak dari mereka tanpa tebusan, sesuai himbauan Al Qur'an, meskipun menyebabkan keputusasaan bendaharawannya yang telah lama menderita. Saudara lelakinya, Al Adil, begitu tertekan karena penderitaan para tawanan sehingga dia meminta Salahuddin seribu orang dari mereka untuk dibebaskan di tempat itu juga. Semua pemimpin Muslim dibuat geram melihat orang-orang Kristen kaya melarikan diri dengan kekayaan mereka, yang semestinya dapat digunakan untuk menebus semua tawanan. [Uskup] Heraclius membayar tebusan dirinya sepuluh dinar seperti halnya tawanan lain dan bahkan diberi pengawalan khusus untuk menjaga keamanan harta bendanya selama perjalanan ke Tyre.

Pendeknya, Salahuddin dan tentaranya memperlakukan orang-orang Nasrani dengan kasih sayang dan keadilan yang agung, dan menunjukkan kepada mereka kasih sayang yang lebih dibanding yang telah diperlihatkan oleh pemimpin mereka.

Setelah Yerusalem, tentara Perang Salib melanjutkan kebiadaban mereka dan orang-orang Islam meneruskan keadilannya di kota-kota Palestina lainnya. Pada tahun 1194, Richard Si Hati Singa, yang digambarkan sebagai seorang pahlawan dalam sejarah Inggris, memerintahkan menghukum mati 3.000 orang Islam, di antaranya banyak wanita dan anak-anak, secara tak berkeadilan di Kastil Acre. Meskipun orang-orang Islam menyaksikan kekejaman ini, mereka tidak pernah memilih cara yang sama. Mereka malah tunduk kepada perintah Allah:

"Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka)." (Q.S. 5:2)

Orang-orang Islam juga tidak pernah melakukan kekejaman kepada orang-orang sipil tak bersalah. Di samping itu, mereka tidak pernah menggunakan kekerasan yang tidak perlu, bahkan kepada tentara Perang Salib yang terkalahkan sekalipun.

Kekejaman tentara Perang Salib dan keadilan orang-orang Islam sekali lagi mengungkapkan kebenaran sejarah: Sebuah pemerintahan yang dibangun di atas dasar-dasar Islam memungkinkan orang-orang dari keyakinan berbeda untuk hidup bersama. Kenyataan ini terus diperlihatkan selama 800 tahun setelah Salahuddin, khususnya selama masa Khalifah Utsmaniyyah.
----------------------------------

Pustaka
  1. "Gesta Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem," trans. Rosalind Hill, (London: 1962), hlm. 91. tanda penegasan ditambahkan
  2. August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants (Princeton & London: 1921), hlm. 261. tanda penegasan ditambahkan
  3. Krey, The First Crusade, hlm. 262.
  4. Armstrong, Holy War, hlm. 185. tanda penegasan ditambahkan.
  5. David R. Blanks and Michael Frassetto (ed) Western Views of Islam in Medieval and Eearly Modern Europe, (New York, St. Martin’s Press, 1999), hal. 62-63.]
  6. Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi, Adian Husaini (GIP, Jakarta : 2006), hal. 4
YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Tuesday, September 10, 2013

Ketika Kekhalifahan Islam Diserbu Pasukan Mongolia


Jika kalian mengumpulkan semua penderitaan yang terjadi di dunia Muslim pada masa sekarang, tidak sebanding sama sekali dengan penderitaan yang dialami umat Muslim saat invasi Mongolia.

Sejarah mencatat hanya ada dua jendral yang tak pernah kalah dalam perang, yang pertama adalah Genghis Khan dan yang kedua adalah Khalid ibn Walid R.A.

Ketika Genghis Khan dan pasukannya membantai dan menghancurkan dunia Muslim, para ahli sejarah Barat mengatakan bahwa mereka menjangkau Polandia, Bulgaria, Moskow, dan yang dilakukan pasukan itu kepada umat Muslim tidak tertandingi kekejamannya.

Ketika mereka menaklukkan Bukhara, riwayat menyebutkan bahwa mereka mengumpulkan setiap Muslim dalam masjid dan mereka membunuhnya.

Ketika mereka menaklukkan Samarkand, mereka mengumpulkan umat Muslim di luar kota Samarkand dan mereka membantainya. Mereka memenggal kepala-kepala mereka, dan mereka membuat tumpukan-tumpukan dari kepala manusia.

Ketika mereka menalukkan Gorgan, Juwaini sang ahli sejarah yang terkenal menyebutkan ada 50.000 tentara Mongol, setiap dari mereka diperintahkan untuk mengeksekusi 24 Muslim. Kemudian setelahnya mereka menuju ke kekhalifahan umat Muslim, Baghdad. Baghdad adalah kota yang paling indah di dunia Muslim saat itu.

Mustasim adalah khalifah pada waktu itu. Dan ketika Halagu (pemimpin Mongol) sampai ke pinggiran Baghdad, Mustasim bertanya kepada penasihatnya dan mereka berkata “Hal yang paling baik adalah kau meminta perjanjian damai dengan mereka.”

Dan Halagu berkata dengan tegas “Jika kau ingin keluar, jangan keluar seorang diri, bawa para penasihatmu, bawa para ulama bersamamu.”

Jadi Mustasim keluar dengan 700 orang tapi Halagu hanya membolehkan 80 orang masuk ke tenda. Dan mereka membawa sisanya, mereka sangat mudah dibunuh dan mereka membantai semuanya.

Sekarang Mustasim berdiri di pengadilan dari pangeran Mongol dan para rakyat ketika datang melihat Mustasim... dia gemetar di hadapan Halagu.

Halagu berkata “Aku akan membiarkanmu hidup untuk sementara.” 

Alasan mereka membiarkannya hidup adalah agar dia kembali ke Baghdad dan memberitahu pasukannya untuk menyerah. Jadi mereka membawanya kembali ke Baghdad dan ketika dia sudah menyuruh pasukan Baghdad untuk menurunkan senjata, riwayat menyebutkan bahwa mereka membawa 3 orang anaknya di hadapannya dan membantainya. Mereka membawa saudarinya, dan mereka membantainya di hadapan Mustasim. Mereka membawa para ulama dan mereka membunuhi semua ulama Sunni. 

Kemudian Halagu berseru bahwa darah seorang Muslim adalah halal.

Selama 40 hari berikutnya, mereka tanpa henti membantai umat Muslim. Di zaman itu tidak ada senapan mesin, jadi mereka membuat umat Muslim berbaris dan mereka memenggal kepala-kepala mereka layaknya memenggal kepala ayam di peternakan.

Selama 40 hari kejadian ini terus berlanjut, umat Muslim begitu ketakutan. Riwayat menyebutkan bahwa seorang wanita Mongol sering masuk ke rumah seorang Muslim dan wanita ini membunuh semua orang di rumah itu dan tidak akan ada yang berani melawannya. Seorang wanita Mongol sering berkata kepada sekumpulan pria Muslim “Jangan bergerak”, dan mereka tidak berani bergerak. Kemudian wanita itu pulang, membawa pedangnya, kemudian dia membantai mereka semua.

Riwayat menyebutkan bahwa satu orang Mongol membunuh 40 anak kecil setelah membunuh seorang ibu. Seluruh populasi Baghdad hampir sama dengan populasi Birmingham, namun setengah populasi telah musnah.

Dan setelah 40 hari, Halagu datang ke Baghdad dan dia memerintahkan pembantaian agar dihentikan, sedangkan banyak umat Muslim telah menggali kubur dan mereka bersembunyi di dalamnya. Banyak yang memakan anjing, kucing, BAHKAN mayat hanya untuk bertahan hidup.

Kemudian Halagu berkata kepada Mustasim “Berikan kekayaanmu!” Jadi dia membawakan kekayaannya. Halagu berkata “Tidak! Bawakan kekayaan yang tersembunyi.” Di tengah-tengah istana ada sebuah lubang dan di dalamnya ada harta karun yang telah dikumpulkan selama 500 tahun terakhir. Selama 500 tahun terakhir kekhalifahan Abbasid menyembunyikan kekayaannya disana dan hanya dalam sehari, pasukan Mongol MERAMPASNYA!

Kemudian mereka memenjarakan Mustasim dan tak memberinya makan. Ketika Mustasim meminta makan, Halagu memberinya piring dengan emas di atasnya. Mustasim berkata “Aku tidak bisa memakan emas ini” dan dia mengirimkannya kembali. Lalu Halagu mendatanginya. 

Bayangkan, seorang non-Muslim menghinakan seorang raja Muslim. Dia berkata “Jika kau tidak dapat memakannya, lalu mengapa kau menimbunnya? Kenapa kau tidak memberikannya kepada pasukanmu, sehingga mereka siap mati untukmu?” Kemudian dia membawanya dan menunjukkannya gerbang Baghdad yang besar, dia berkata “Apa gunanya gerbang besar jika tidak ada pasukan yang menjaganya? Kenapa kau tidak merobohkannya dan membuat tombak dari gerbang ini, kemudian memberikannya pada pasukanmu?”

Mustasim berkata “Ini sudah Qadarullah (Ketetapan Allah).” 

Halagu berkata “Kalau begitu, aku akan menunjukkanmu Qadarullah.” Kemudian mereka membalut Mustasim dengan karpet dan sekumpulan kuda dibuat mengamuk menginjak-injaknya.

800.000 Muslim meninggal!!! Darul Hikmah (perpustakaan Muslim terbesar di dunia) dihancurkan, jutaan buku dirobek, buku-buku dibuang ke sungai Eufrat sampai-sampai sungainya menghitam karena tinta.

Dan Halagu merasa terganggu hidup di Baghdad karena bau dari mayat-mayat, sehingga dia memutuskan untuk keluar dari Baghdad. Inilah yang terjadi kepada umat Muslim, tapi mari kita bertanya pada diri sendiri “Bagaimana mungkin dalam periode waktu 80 tahun, orang-orang Mongol yang biadab ini malah menjadi Muslim?” Jawabannya karena ada sekumpulan pria dan wanita yang terus berdakwah bahkan dalam keadaan ini. Orang-orang telah gugur karena berdakwah. Para wanita di masa invasi Mongol berada di garis terdepan dalam dakwah.

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/arceuszeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Tuesday, August 27, 2013

Masa Keemasan Islam di Andalusia, Spanyol


Meskipun saat ini jumlah umat Islamnya minoritas di setiap negara-negara Eropa, ternyata benua ini pernah menyimpan jejak sejarah kejayaan kekuasaan Islam. Dalam sejarah Islam, Spanyol atau yang dahulu dikenal dengan tanah Andalusia adalah salah satu pusat kekuasaan Islam yang terbesar di benua Eropa itu. Kata "Al-Andalus" merupakan bahasa Arab yang berarti “menjadi hijau saat akhir musim panas.”

Kaum muslim menaklukkan Andalusia yang dikuasai orang-orang Goth pada tahun 711 M./92 H. Kaum muslim berkuasa di Andalusia selama hampir delapan abad melahirkan sebuah peradaban ilmiah cemerlang. Kejayaan Andalusia sudah berakhir, namun peradabannya masih bertahan hingga saat ini. Masa kejayaan yang bertahan lebih dari tujuh abad lamanya itu belum pernah tersaingi oleh negara manapun hingga saat ini.  
 
Kejayaan Andalusia tidak bisa terlepas dari peranan besar khalifah Bani Umayah yang pertama. Abdul Rahman I (756-788) adalah seorang pemimpin yang terpelajar, berwibawa dan amat berminat di bidang kesastraan. Karena begitu cintanya pada bidang itu, ia mendirikan satu tempat khusus di dalam istanyanya yang diberi gelar "Darul Madaniyat" untuk kegiatan kesusasteraan untuk kalangan wanita Andalus. Setelah masa Abdul Rahman I, penggantinya juga adalah seorang pemerintah yang menitikberatkan dibidang kelimuan. Jasa beliau yang terbesar adalah tentang penyebaran bahasa Arab dan melemahkan bahasa aing di di seluruh semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal). Beliau yang menjadikan bahasa arab sebagai Lingua Franca dalam hubungan antar bangsa pada zamannya dan zaman berikutnya.


Produk-produk yang diperkenalkan ke Barat melalui Andalusia antara lain: katun, kertas, cermin, lampu jalan, garam, kaca berwarna, sutra, satin, lada, cinnamon, sapu tangan, deodoran, kerosin, linan, senjata api, bola katun, uang kertas, stempel, buku binder, jam, lantai keramik, asam sendawa, sabun, astro labs, kompas untuk navigasi, slide rules, penggaris, alat bedah, kincir angin, alat tenun, air bunga mawar, peta, globe, nektar dan citric dari buah, karpet, kacamata, tirai, test tube, porselen, bulu binatang, beludru, almanak, dan ensiklopedia.

Jadi kita dapat melihat bahwa kontribusi umat Muslim kepada dunia sangat mengagumkan. Umat Muslim mengembangkan teknologi dengan begitu baik sehingga dapat berguna bagi dunia Barat dan menolong Eropa yang berada dalam masa kegelapan. Eropa pada saat itu berada dalam masa keruntuhannya dan Eropa bukan lagi pusat dunia, tapi ketika para sejarawan non-Muslim menganggapnya sebagai masa kegelapan Eropa, tepat di bagian barat Eropa, berdirilah negeri Muslim yang memukau bernama Andalusia, yang merupakan Kekhalifahan Spanyol.

Kota-kota di Spanyol pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban yang membuat banyak pelajar-pelajar Eropa menimba ilmu di sana. Andalusia sudah mengetahui bahwa matahari sebagai pusat tata surya, sedangkan saat itubangsa Eropa masih memperdebatkan teori geosentris ptolemeus (bumi sebagai pusat edar). Betapa jauh peradaban Andalusia. Pada saat itu, Andalusia merupakan sebuah pusat pendidikan. Kota-kota seperti Toledo, Sevilla, Granada, dan Cordoba adalah tempat yang pernah menjadi sejarah bagi kejayaan Islam ketika agama itu berhasil mewarnai Andalusia hingga 5 abad lamanya.
 
Kota Cordoba saat ini masih menyimpan peninggalan yang dari kejayaan Islam di masa lalu. Di antaranya adalah masjid Raya Cordoba. Namun demikian, keindahaan arsitekturnya tetap memukai para pengunjung yang ingin melihat kejayaan dinasti Umayyah yang dimulai dari kedatangan panglima Thariq bin Ziyad.

Interior Masjid Kordoba atau mezquita, peninggalan dari Al-Andalus yang kini dijadikan katedral Katolik Roma.
Selain itu, Cordoba merupakan kota terbesar di dunia saat itu. Populasi Cordoba mencapai jutaan dan jalan-jalannya diterangi oleh lampu-lampu! Lampu jalan merupakan barang asing bagi Eropa. Berbagai sarana keilmuan telah dibangun, gedung-gedung sekolah, universitas, perpustakaan yang bagus dengan penerjemahan buku-buku yang aktif, mesjid dan taman yang indah untuk cendekiawan berdiskusi, institusi kelimuan bagi warga kurang mampu dan menjadikan Cordoba tempat keilmuan dan prasarananya.

Tradisi kelimuan yang begitu kental membuat peradaban Andalusia melesat jauh dibanding negara-negara lain. Ilmu pengetahuan tersebut akhirnya tertuang pada pembangunan dan teknologi Andalusia yang maju. Mengutip Anwar G Chejne, Salmah menggambarkan keindahan Cordoba. Pada Abad ke-10 M, Cordoba mengalahkan keindahan Constantinople, dengan rumah sakit, universitas, penerbitan buku, industri kertas, mesjid dan istana yang sangat cantik, perpustakaan, kolam mandi dan taman persiaran yang indah. Perpustakaan umum dibangun di setiap wilayah. Di kota Cordoba saja terdapat 70 buah perpustakaan yang bisa digunakan oleh seluruh masyarakat. 

Ilmuan-ilmuan pun akhirnya bermunculan saat itu. Ahli matematika (Al-Khwarizmi, Orang pertama yang menulis buku berhitung dan aljabar), ahli kedokteran (Al-Kindi penulis buku ilmu mata, Ar-Razi atau Rhazez penulis buke kedokteran, Abu Al-Qasim al-Zahrawi ahli bedah, Ibnu Nafis penemu sirkulasi darah, dan Ibnu Sina), ahli satra (Ibn Abd Rabbih, Ibn Bassam, Ibn Khaqan), ahli hukum, politik, ekonomi, astronomi (Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash, penentu gerhana dan pembuat teropong bintang modern), ahli hadits dan fikih (Ibnu Abdil Barr, Qadi Iyad), sejarah (Ibn Khaldun penemu teori sejarah), ahli kelautan (Ibnu Majid). Bahkan penjelajah Andalusia menginjakkan kakinya di Benua Amerika lima abad sebelum Christopher Colombus.


Jadi ketika sebagian Eropa berada dalam masa kegelapan, daerah Eropa yang berada di bawah kekhalifahan Muslim berada dalam masa benderang. Dan ketika renaissance terjadi di Eropa, dan renaissance secara harfiah artinya “kelahiran kembali”, dan ini bukan berarti kelahiran kembali dari kehampaan, karena mereka tinggal mengambil semua kemajuan teknologi dari Andalusia. Jika kita melihat Italia, segala seni dan ukirannya diambil dari seniman-seniman Muslim Spanyol, mereka hanya mengubahnya sedikit untuk menciptakan gaya mereka sendiri.

Jadi tentu saja kelahiran kembali ini bukan berasal dari mereka, mereka hanya mempelajarinya dari umat Muslim. Ketika tentara Salib tidak berhasil menaklukkan kekhalifahan Islam, mereka kembali dengan pengetahuan dari umat Muslim. Eropa dengan tentara salibnya mengubah Eropa dari masa kegelapan.

Ada informasi medis tentang pembedahan yang dibawa pulang, buku-buku dibawa pulang, bahasa dibawa pulang, segalanya dibawa pulang. Jadi tentara Salib benar-benar mengubah Eropa dalam suatu cara yang tak pernah kita lihat sebelumnya.

Eropa berada di periode yang paling produktif dan kreatif sepanjang sejarahnya. Hal-hal seperti katedral gotik, universitas, pengadilan, dan perundang-undangan, semuanya diciptakan. Jadi dari masa kegelapan yang berlangsung lama, datanglah sebuah ledakan luar biasa yang merupakan pencapaian budaya yang mengagumkan. Renaissance telah kembali, cahaya-cahaya kembali hidup. Apa yang terjadi di antara tahun 700-1.500? Apakah itu masa kegelapan? Itulah masa keemasan Islam, dan sekarang mari kita bicarakan beberapa kontribusi yang diciptakan umat Muslim.

Dalam matematika, beberapa prestasi yang dicapai adalah mereka menemukan aljabar, simbol dan persamaan, mengembangkan sistem penomoran Arab (01234567890 yang digunakan di seluruh dunia pada zaman sekarang). Mereka menciptakan algorism (Sistem desimal dalam bahasa Arab). Mereka menemukan rumus umum untuk menyelesaikan third degree equations. Mereka menemukan rasio trigonomic, rumus-rumus, dan persamaan. Kalian dapat terus melanjutkan dan melihat... Kalkulus, trigonometri, dan semua bidang studi ini berhutang budi pada Islam.

Dalam Fisika, mereka menciptakan pengetahuan tentang mekanik, mereka menjelaskan pusat gravitasi, mereka mendeskripsikan gravitasi. Jadi ketika sebuah apel mengenai kepala Isaac Newton, dia mungkin sedang membaca sebuah buku bahasa Arab, dan kemudian dia terbangun dari tidurnya, kemudian dia membalik halaman bukunya ke halaman tentang “gravitasi”, tapi yang dikatakan kepada kita adalah: “Sebuah apel mengenai kepalanya dan dia menemukan gravitasi”, tapi umat Muslim telah lebih dulu menjelaskan gravitasi dengan detil jauh sebelum Isaac Newton.

Umat Muslim juga menjelaskan properti mekanis dari bidang geometrik, mereka menciptakan hidrometer, aerometer, tuas, neraca keseimbangan, mereka mengukur tekanan gravitasi dari berbagai zat, menciptakan pendulum, per, dan jam dinding.

Dalam bidang kimia, mereka mengembangkan teori atom dan partikel. Umat Muslim mengembangkan proses evaporasi, sublimasi, kristalisasi, distilasi, filtrasi, pigmentasi, peleburan, menciptakan metode pembuatan baja, menempa logam. Juga mengembangkan cara mewarnai pakaian dan tekstil, mengembangkan metode dalam bidang kimia, sulfur, nitric, dan asam hydrochloric, amonium chlorida, silver nitrate, mercuric oxide, chlorida, sulphide, sodium. Mereka juga mengembangkan proses kimia dan metode untuk membuat kaca, sabun, parfum, resin, minyak, cat, kertas, gula, bubuk mesiu. Mereka mengenalkan penggunaan botol suling, timbangan dan pipa, dan lain-lain.

Dalam bidang astronomi mereka mengembangkan astrolabe dan sekstan, menyiapkan katalog bintang dan tabel untuk memonitor pergerakan planet, menamakan sekitar 200 bintang dengan nama-nama Arab, mereka berhasil membuktikan bahwa bumi itu bulat, mereka mengukur garis lintang dan bujur, mendefinisikan lingkar dan diameter bumi, mengukur derajat inklinasi matahari, memetakan posisi orbit bintang dan planet-planet.

Peralatan Kedokteran dari Andalusia
Dalam bidang medis, mereka melakukan gynecology, obstetric, menulis ensiklopedia medis, melakukan prosedur terapi, mengembangkan salep merkuri, menemukan sirkulasi darah dan menjelaskan sirkulasi dan fungsi paru-paru. Mereka meneliti sifat menular penyakit tuberkolosis dan penularan penyakit melalui air dan tanah, mereka melakukan operasi pembedahan di mata, telinga, dan gigi. Mereka menggunakan dan menciptakan lebih dari 200 alat bedah! Ini menakjubkan! Mereka mendefinisikan 130 penyakit mata. Mereka juga mengklasifikasikan 143 obat-obatan. 

Dalam ilmu farmasi, mereka menciptakan alkohol, asam nitrat, karbonat, mengenalkan penggunaan picrotoxin, menciptakan obat-obatan kimia dalam pil dan lain-lain. Mereka mendirikan apotek untuk menebus resep obat. Mereka mengenalkan berbagai macam obat-obatan dan tanaman obat kepada Eropa yang dari namanya saja sudah terlihat bahwa benda-benda ini berasal dari Arab, misalnya alkana, alkohol (alkuhl), alkali, alfalfa, kamfa, katun, hakim (pengadilan), zafaron, dan lain-lain.

Dalam bidang geografi, mereka menciptakan banyak alat navigasi dan survei, mereka menciptakan peta jalan di berbagai belahan dunia yang sangat akurat dan detil, mereka memperhitungkan dan menciptakan tabel ephemeris dari angin musiman dan gelombang laut, mereka mendefinisikan negeri dan budaya-budaya dunia dalam laporan mereka. Seseorang mungkin berkata “Bagaimana mereka tahu semua ini?” 

Dan masih banyak bidang-bidang lainnya seperti bidang astronomi, sejarah, dan beberapa bidang lainnya. Bagaimana caranya mereka begitu pandai dalam bidang-bidang ini? Misalnya dalam bidang geografi dan astronomi, apa tujuannya mengetahui bintang-bintang dan arah? Apa tujuannya mengetahui geografi dunia?

Semua umat Muslim hingga zaman sekarang sangat bergantung pada arah, karena setiap kali kita shalat, kita shalat menghadap ke Mekkah. Jadi dimanapun kita berada, kita harus menentukan dimana Mekkah. Jadi merupakan hal alami bagi umat Muslim untuk mempelajari arah dan selalu melihat matahari, untuk mengetahui perihal waktu dengan tujuan mengetahui waktu-waktu shalat.

Dan juga berhaji ke Mekkah. Setiap Muslim harus berhaji ke Mekkah setidaknya sekali seumur hidup, dengan begitu semua ilmu-ilmu rumit dalam bidang geografi, misalnya peta jalan-jalan di dunia dikembangkan, sehingga umat Muslim dapat bepergian misalnya ke  Cina, India, Afrika Barat, Eropa Utara, dan ke Mekkah.


Kembali ke pembahasan mengenai Spanyol, pada Abad ke-7 itu, Andalusia telah memiliki sistem perairan dan irigasi yang baik, namun bangsa Eropa bahkan belum mengenal istilah mandi. Ketika Andalusia sudah memiliki dokter-dokter ahli, bangsa Eropa menilai sakit itu adalah kutukan. Andalusia telah menciptakan kamar mandi dan wc, Inggris malah masih 'BAB' di kantong plastik dan membuangnya dijalan. Mereka dapat mengambil air dari atas gunung dan membawanya turun dari gunung menggunakan pipa air, kanal, dan dikanalkan ke seluruh penjuru kota, sehingga setiap rumah dapat mengakses air. Dan mereka melakukan itu semua tanpa menghancurkan, membendung, atau menyumbat sesuatu, mereka mendesainnya dengan sangat lihai, mereka menggunakan gravitasi, ini cara yang alami untuk melakukan sesuatu.

Dan jika kalian pergi ke Granada sekarang, kalian akan melihat saluran airnya sudah digunakan sejak waktu umat Muslim, air mengalir ke segala penjuru dan inilah prestasi luar biasa yang mereka ciptakan! Matematika, astronomi, botani, sejarah, filosofi, dan yurisprudensi dikembangkan di Spanyol, dan hanya di Spanyol saja! Semua yang mendorong kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa, semua yang mendorong perkembangan dan peradaban, ditemukan di Muslim Spanyol.

Bagian Belakang Masjid Cordoba

Sekarang, mari kita lihat peninggalan-peninggalannya. Ini adalah peninggalan mereka berabad-abad yang lalu, beberapa diantaranya yaitu:
1. Al-Qashr al-Kabir, kota satelit yang didalamnya terdapat gedung-gedung istana megah.
2. Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat laut Cordoba.
3. Masjid jami’ Cordoba, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak.
4. Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir ditengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan.

Sumber:
  1. http://www.iberita.com/10868/mengenang-kejayaan-granada-kota-islam-di-andalusia-spanyol
  2. wikipedia.org
  3. http://lightbox165.blogspot.com/2013/03/peradaban-andalusia-masih-tak.html 

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Wednesday, August 14, 2013

Sejarah Islam di Inggris


Agama Islam di Inggris telah ada sejak beberapa abad silam. Karenanya, tak heran bila agama yang dibawa Rasulullah SAW mendapat tempat di hati warga Inggris. Sejumlah tempat ibadah pun akhirnya berhasil didirikan.

Namun, belakangan ini, seiring dengan gencarnya phobia terhadap umat Islam, agama yang mulia ini kerap dijadikan bahan ledekan oleh mereka yang tak memahami Islam. Walau begitu, hal tersebut tak menyurutkan niat seseorang yang diberi hidayah Allah untuk terus menyuarakan Islam.

Pada pertengahan abad ke-19, ada tiga orang pelopor yang berjasa menyebarkan Islam di Inggris. Mereka adalah Baron Headley, Marmaduke Pickthall, dan William Henry Quilliam. Meskipun hanya sedikit orang yang mengenal nama mereka di zaman sekarang, ketiga pria ini bertanggung jawab atas terjadinya revolusi agama yang mengguncang publik Inggris hingga ke akarnya.

Mereka adalah orang-orang Kristen aristokrat yang masuk Islam sehingga membuat masyarakat Victoria marah. Mereka mencoba mengubah image Islam di antara masyarakat Inggris yang pada saat itu berprasangka buruk terhadap Islam. Mereka adalah para pejuang yang berusaha untuk mengubah prasangka buruk terhadap Islam, pada saat masyarakat Inggris menganggap Islam sebagai agama yang menakutkan dan asing.

Untuk mengetahui kisah selengkapnya, silahkan simak video berikut yang merupakan dokumentasi BBC:



Monday, August 12, 2013

Pertempuran Karbala dalam Pandangan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

PENDAHULUAN

Pertempuran Karbala terjadi pada tanggal 10 Muharram, tahun ke-61 dari kalender Islam (9 atau 10 Oktober 680) di Karbala, yang sekarang terletak di Irak. Pertempuran terjadi antara pendukung dan keluarga dari cucu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Husain bin Ali dengan pasukan militer yang dikirim oleh Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah saat itu.

Pihak Husain terdiri dari anggota-anggota terhormat keluarga dekat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sekitar 128 orang. Husain dan beberapa anggota juga diikuti oleh beberapa wanita dan anak-anak dari keluarganya. Di pihak lain, pasukan bersenjata Yazid I yang dipimpin oleh Umar bin Sa'ad berjumlah 4.000-10.000.

Pertempuran ini kemudian diperingati setiap tahunnya selama 10 hari yang dilakukan pada bulan Muharram oleh Muslim Syi'ah seperti halnya segolongan Sunni, dimana puncaknya pada hari kesepuluh, Hari Asyura.

URGENSI SANAD

Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan dalam kitab Aqidah al-Wasithiyyah : “Ahlussunnah menahan lidah dari permasalahan atau pertikaian yang terjadi diantara para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Dan mereka juga mengatakan: “Sesungguhnya riwayat-riwayat yang dibawakan dan sampai kepada kita tentang keburukan-keburukan para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum (pertikaian atau peperangan) ada yang dusta dan ada juga yang ditambah, dikurangi dan dirubah dari aslinya (serta ada pula yang shahih-pen). Riwayat yang shahih. menyatakan, bahwa para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum ini ma’dzûrûn (orang-orang yang diberi udzur). Baik dikatakan karena mereka itu para mujtahid yang melakukan ijtihad dengan benar ataupun juga para mujtahid yang ijtihadnya keliru.”[1]

Ahlussunah wal Jama’ah memposisikan riwayat-riwayat ini. Ketiga riwayat ini bertebaran dalam kitab-kitab tarikh (sejarah). Dan ini mencakup semua kejadian dalam sejarah Islam, termasuk kisah pembunuhan Husain bin Ali Radhiyallahu ‘anhuma di Karbala. Sebagian besar riwayat tentang peristiwa menyedihkan ini adalah kebohongan belaka. Sebagian lagi dhaif dan ada juga yang shahih. Riwayat yang dinyatakan shahih oleh para ulama ahli hadits yang bersesuaian dengan kaidah ilmiah dalam ilmu hadits, inilah yang wajib dijadikan pedoman dalam mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Dari sini, kita dapat memahami betapa sanad itu sangat penting untuk membungkam para pendusta dan membongkar niat busuk mereka.

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengatakan, “Sanad itu senjata kaum muslimin, jika dia tidak memiliki senjata lalu apa yang dia pergunakan dalam berperang” Perkataan ini diriwayatkan oleh al-Hâkim dalam kitab al-Madkhal.

‘Abdullah bin Mubârak rahimahullah mengatakan, “Sanad ini termasuk bagian dari agama. kalau tidak ada isnad, maka siapapun bisa berbicara semaunya.” Perkataan ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqaddimah kitab Shahih beliau rahimahullah.

Di tempat yang sama, Imam Muslim raimahullah juga membawakan perkataan Ibnu Sîrin, “Dahulu, mereka tidak pernah bertanya tentang sanad. Ketika fitnah mulai banyak, mereka mengatakan, “Sebutkanlah nama orang-orangmu yang meriwayatkannya” !

KRONOLOGI TERBUNUHNYA HUSAIN RADHIYALLAHU ‘ANHUMA

Berkait dengan peristiwa Karbala, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “Orang-orang yang meriwayatkan pertikaian Husain Radhiyallahu ‘anhu telah memberikan tambahan dusta yang sangat banyak, sebagaimana juga mereka telah membubuhkan dusta pada peristiwa pembunuhan terhadap ‘Utsman Radhiyallahu ‘anhu, sebagaimana mereka juga memberikan tambahan cerita (dusta) pada peristiwa-peristiwa yang ingin mereka besar-besarkan, seperti dalam riwayat mengenai peperangan, kemenangan dan lain sebagainya. Para penulis tentang berita pembunuhan Husain Radhiyallahu ‘anhu, ada diantara mereka yang merupakan ahli ilmu (ulama) seperti al-Baghawi rahimahullah dan Ibnu Abi Dun-ya dan lain sebagainya. Namun demikian, diantara riwayat yang mereka bawakan ada yang terputus sanadnya. Sedangkan yang membawakan cerita tentang peristiwa ini dengan tanpa sanad, kedustaannya sangat banyak”[2]

Oleh karenanya, dalam pembahasan tentang peristiwa ini perlu diperhatikan sanadnya.

RIWAYAT SHAHIH TENTANG PERISTIWA KARBALA

Riwayat yang paling shahih ini dibawakan oleh Imam al-Bukhâri, no, 3748 :

“Aku diberitahu oleh Muhammad bin Husain bin Ibrâhîm, dia mengatakan : aku diberitahu oleh Husain bin Muhammad, kami diberitahu oleh Jarîr dari Muhammad dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan : Kepala Husain dibawa dan didatangkan kepada ‘Ubaidullah bin Ziyâd[3]. Kepala itu ditaruh di bejana. Lalu ‘Ubaidullah bin Ziyâd menusuk-nusuk (dengan pedangnya) seraya berkomentar sedikit tentang ketampanan Husain. Anas Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Diantara Ahlul bait, Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Saat itu, Husain Radhiyallahu ‘anhu disemir rambutnya dengan wasmah (tumbuhan, sejenis pacar yang condong ke warna hitam)”

Kisahnya, Husain bin Ali Radhiyallahu ‘anhuma tinggal di Mekah bersama beberapa Shahabat, seperti Ibnu ‘Abbâs dan Ibnu Zubair Radhiyallahu ‘anhuma. Ketika Muawiyah Radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia pada tahun 60 H, anak beliau Yazîd bin Muâwiyah menggantikannya sebagai imam kaum muslimin atau khalifah. Saat itu, penduduk Irak yang didominasi oleh pengikut ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu menulis surat kepada Husain Radhiyallahu ‘anhuma meminta beliau Radhiyallahu ‘anhuma pindah ke Irak. Mereka berjanji akan membai’at Husain Radhiyallahu ‘anhuma sebagai khalifah karena mereka tidak menginginkan Yazîd bin Muâwiyah menduduki jabatan Khalifah. Tidak cukup dengan surat, mereka terkadang mendatangi Husain Radhiyallahu ‘anhuma di Mekah mengajak beliau Radhiyallahu ‘anhu berangkat ke Kufah dan berjanji akan menyediakan pasukan. Para Sahabat seperti Ibnu Abbâs Radhiyallahu ‘anhuma kerap kali menasehati Husain Radhiyallahu ‘anhuma agar tidak memenuhi keinginan mereka, karena ayah Husain Radhiyallahu ‘anhuma, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, dibunuh di Kufah dan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu khawatir mereka membunuh Husain juga disana. Husain Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Saya sudah melakukan istikharah dan akan berangkat kesana”.

Sebagian riwayat menyatakan bahwa beliau Radhiyallahu ‘anhuma mengambil keputusan ini karena belum mendengar kabar tentang sepupunya Muslim bin ‘Aqil yang telah dibunuh di sana.

Akhirnya, berangkatlah Husain Radhiyallahu ‘anhuma bersama keluarga menuju Kufah.

Sementara di pihak yang lain, ‘Ubaidullah bin Ziyâd diutus oleh Yazid bin Muawiyah untuk mengatasi pergolakan di Irak. Akhirnya, ‘Ubaidullah dengan pasukannya berhadapan dengan Husain Radhiyallahu ‘anhuma bersama keluarganya yang sedang dalam perjalanan menuju Irak. Pergolakan ini sendiri dipicu oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan Husain Radhiyallahu ‘anhuma. Dua pasukan yang sangat tidak imbang ini bertemu, sementara orang-orang Irak yang membujuk Husain Radhiyallahu ‘anhuma, dan berjanji akan membantu dan menyiapkan pasukan justru melarikan diri meninggalkan Husain c dan keluarganya berhadapan dengan pasukan Ubaidullah. Sampai akhirnya, terbunuhlah Husain Radhiyallahu ‘anhuma sebagai orang yang terzhalimi dan sebagai syahid. Kepalanya dipenggal lalu dibawa kehadapan ‘Ubaidullah bin Ziyâd dan kepala itu diletakkan di bejana.

Lalu ‘Ubaidullah yang durhaka[4] ini kemudian menusuk-nusuk hidung, mulut dan gigi Husain, padahal di situ ada Anas bin Mâlik, Zaid bin Arqam dan Abu Barzah al-Aslami Radhiyallahu ‘anhum. Anas Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Singkirkan pedangmu dari mulut itu, karena aku pernah melihat mulut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium mulut itu!” Mendengarnya, orang durhaka ini mengatakan, “Seandainya saya tidak melihatmu sudah tua renta yang akalnya sudah sudah rusak, maka pasti kepalamu saya penggal.”

Dalam riwayat at- Tirmidzi dan Ibnu Hibbân dari Hafshah binti Sirîn dari Anas Radhiyallahu ‘anhu dinyatakan :

“Lalu ‘Ubaidullah mulai menusukkan pedangnya ke hidung Husain Radhiyallahu ‘anhu”.

Dalam riwayat ath-Thabrâni rahimahullah dari hadits Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘anhu :

“Lalu dia mulai menusukkan pedang yang di tangannya ke mata dan hidung Husain Radhiyallahu ‘anhu. Aku (Zaid bin Arqam) mengatakan, “Angkat pedangmu, sungguh aku pernah melihat mulut Rasulullah (mencium) tempat itu”.

Demkian juga riwayat yang disampaikan lewat jalur Anas bin Mâlik Radhiyallahu ‘anhu :

Aku (Anas bin Malik) mengatakan kepadanya, “Sungguh aku telah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium tempat dimana engkau menaruh pedangmu itu.” Lalu Ubaidullah mengangkat pedangnya.

Demikianlah kejadiannya, setelah Husain Radhiyallahu ‘anhuma terbunuh, kepala beliau Radhiyallahu ‘anha dipenggal dan ditaruh di bejana. Dan mata, hidung dan gigi beliau Radhiyallahu ‘anhu ditusuk-tusuk dengan pedang. Para Sahabat Radhiyallahu anhum yang menyaksikan hal ini meminta kepada ‘Ubaidullah orang durhaka ini, agar menyingkirkan pedang itu, karena mulut Rasulullah pernah menempel tempat itu. Alangkah tinggi rasa hormat mereka kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan alangkah sedih hati mereka menyaksikan cucu Rasulullah Shallallahu ‘aiahi wa sallam, orang kesayangan beliau n dihinakan di depan mata mereka.

Dari sini, kita mengetahui betapa banyak riwayat palsu tentang peristiwa ini yang menyatakan bahwa kepala Husain Radhiyallahu ‘anhuma diarak sampai diletakkan di depan Yazid rahimahullah. Para wanita dari keluarga Husain Radhiyallahu ‘anhuma dikelilingkan ke seluruh negeri dengan kendaaraan tanpa pelana, ditawan dan dirampas. Semua ini merupakan kepalsuan yang dibuat Rafidhah (Syiah). Karena Yazid saat itu sedang berada di Syam, sementara kejadian memilukan ini berlangsung di Irak.

Syaikhul Islam Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “Dalam riwayat dengan sanad yang majhul dinyatakan bahwa peristiwa penusukan ini terjadi di hadapan Yazid, kepala Husain Radhiyallahu ‘anhuma dibawa kehadapannya dan dialah yang menusuk-nusuknya gigi Husain Radhiyallahu ‘anhuma. Disamping dalam cerita (dusta) ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa cerita ini bohong, maka (untuk diketahui juga-red) para Sahabat yang menyaksikan peristiwa penusukan ini tidak berada di Syam, akan tetapi di negeri Irak. Justru sebaliknya, riwayat yang dibawakan oleh beberapa orang menyebutkan bahwa Yazid tidak memerintahkan ‘Ubaidullah untuk membunuh Husain.”[5]

Yazid rahimahullah sangat menyesalkan terjadinya peristiwa menyedihkan itu. Karena Mu’awiyah berpesan agar berbuat baik kepada kerabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka, saat mendengar kabar bahwa Husain dibunuh, mereka sekeluarga menangis dan melaknat ‘Ubaidullah. Hanya saja dia tidak menghukum dan mengqisas ‘Ubaidullah, sebagai wujud pembelaan terhadap Husain secara tegas.[6]

Jadi memang benar, Husain Radhiyallahu ‘anhuma dibunuh dan kepalanya dipotong, tapi cerita tentang kepalanya diarak, wanita-wanita dinaikkan kendaraan tanpa pelana dan dirampas, semuanya dhaif (lemah). Alangkah banyak riwayat dhaif serta dusta seputar kejadian menyedihkan ini sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di atas.

Kemudian juga, kisah pertumpahan darah yang terjadi di Karbala ditulis dan diberi tambahan-tambahan dusta. Tambahan-tambahan dusta ini bertujuan untuk menimbulkan dan memunculkan fitnah perpecahan di tengah kaum muslimin. Sebagian dari kisah-kisah dusta itu bisa kita dapatkan dalam kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam Minhâjus Sunnah IV/517 dan 554, 556 :

- Ketika Hari pembunuhan terhadap Husain, langit menurunkan hujan darah lalu menempel di pakaian dan tidak pernah hilang dan langit nampak berwarna merah yang tidak pernah terlihat sebelum itu.

- Tidak diangkat sebuah batu melainkan di bawahnya terdapat darah penyembelihan Husain Radhiyallahu ‘anhuma.

- Kemudian mereka juga menisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah perkataan yang berbunyi :

Mereka ini adalah titipanku pada kalian, kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat :

“Katakanlah:”Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan” [asy Syûrâ/42:23]

Riwayat ini dibantah oleh para ulama diantaranya Ibnu Taimiyyah rahimahullah dengan mengatakan, “Apa masuk di akal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menitipkan kepada makhluk padahal Allah Azza wa Jalla tempat penitip yang terbaik. Sedangkan ayat di atas yang mereka anggap diturunkan Allah Azza wa Jalla berkenaan dengan peristiwa pembunuhan Husain Radhiyallahu ‘anhuma, maka ini juga merupakan satu bentuk kebohongan. Karena ayat ini terdapat dalam surat as-Syûrâ dan surat ini Makkiyah. Allah Azza wa Jalla menurunkan surat ini sebelum Ali Radhiyallahu ‘anhu dan Fathimah Radhiyallahu anha menikah.

HUSAIN RADHIYALLAHU ‘ANHUMA TERBUNUH SEBAGAI ORANG YANG TERZHALIMI DAN MATI SYAHID

Ini merupakan keyakinan Ahlussunnah. Pendapat ini berada diantara dua pendapat yang saling berlawanan. Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Tidak disangsikan lagi bahwa Husain Radhiyallahu ‘anhuma terbunuh dalam keadaan terzhalimi dan syahid. Pembunuhan terhadap Husain Radhiyallahu ‘anhuma merupakan tindakan maksiat kepada Allah Azza wa Jalla dan rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari para pelaku pembunuhan dan orang-orang yang membantu pembunuhan ini. Di sisi lain, merupakan musibah yang menimpa kaum muslimin, keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya. Husain Radhiyallahu ‘anhuma berhak mendapatkan gelar syahid, kedudukan dan derajat ditinggikan”.[7]

Kemudian, di halaman yang sama, Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan bahwa pembunuhan terhadap Husain Radhiyallahu ‘anhuma tidak lebih besar daripada pembunuhan terhadap para rasul. Allah Azza wa Jalla telah memberitahukan bahwa bani Israil telah membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Pembunuhan terhadap para nabi itu lebih besar dosanya dan merupakan musibah yang lebih dahsyat. Begitu pula pembunuhan terhadap ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu (bapak Husain Radhiyallahu ‘anhuma) lebih besar dosa dan musibahnya, termasuk pembunuhan terhadap ‘Utsman juga Radhiyallahu ‘anhu.

Ini merupakan bantahan telak bagi kaum Syi’ah yang meratapi kematian Husain Radhiyallahu ‘anhuma, namun, tidak meratapi kematian para nabi . Padahal pembunuhan yang dilakukan oleh bani Israil terhadap para nabi tanpa alasan yang benar lebih besar dosa dan musibahnya. Ini juga menunjukkan bahwa mereka bersikap ghuluw (melampau batas) kepada Husain Radhiyallahu ‘anhu.
Sikap ghuluw ini mendorong mereka membuat berbagai hadits palsu. Misalnya, riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, pembunuh Husain Radhiyallahu ‘anhu akan berada di tabut (peti yang terbuat dari api), dia mendapatkan siksa setengah siksa penghuni neraka, kedua tangan dan kakinya diikat dengan rantai dari api neraka, ditelungkupkan sampai masuk ke dasar neraka dan dalam keadaan berbau busuk, penduduk neraka berlindung dari bau busuk yang keluar dari orang tersebut dan dia kekal di dalamnya.

Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah rahimahullah mengomentari riwayat ini dengan mengatakan, “Hadits ini termasuk di antara riwayat yang berasal dari para pendusta”.

MENYIKAPI PERISTIWA KARBALA

Menyikapi peristiwa wafatnya Husain Radhiyallahu ‘anhuma, umat manusia terbagi menjadi tiga golongan. Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Dalam menyikapi peristiwa pembunuhan Husain Radhiyallahu ‘anhuma, manusia terbagi menjadi tiga : dua golongan yang ekstrim dan satu berada di tengah-tengah.

Golongan Pertama : Mengatakan bahwa pembunuhan terhadap Husain Radhiyallahu ‘anhuma itu merupakan tindakan benar. Karena Husain Radhiyallahu ‘anhuma ingin memecah belah kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Jika ada orang yang mendatangi kalian dalam keadaan urusan kalian berada dalam satu pemimpin lalu pendatang hendak memecah belah jama’ah kalian, maka bunuhlah dia” [8]

Kelompok pertama ini mengatakan bahwa Husain Radhiyallahu ‘anhuma datang saat urusan kaum muslimin berada di bawah satu pemimpin (yaitu Yazid bin Muawiyah) dan Husain Radhiyallahu ‘anhuma hendak memecah belah umat.

Sebagian lagi mengatakan bahwa Husain Radhiyallahu ‘anhuma merupakan orang pertama yang memberontak kepada penguasa. Kelompok ini melampaui batas, sampai berani menghinakan Husain Radhiyallahu ‘anhuma. Inilah kelompok ‘Ubaidullah bin Ziyâd, Hajjâj bin Yusûf dan lain-lain. Sedangkan Yazid bin Muâwiyah rahimahullah tidak seperti itu. Meskipun tidak menghukum ‘Ubaidullah, namun ia tidak menghendaki pembunuhan ini.

Golongan Kedua : Mereka mengatakan Husain Radhiyallahu ‘anhu adalah imam yang wajib ditaati; tidak boleh menjalankan suatu perintah kecuali dengan perintahnya; tidak boleh melakukan shalat jama’ah kecuali di belakangnya atau orang yang ditunjuknya, baik shalat lima waktu ataupun shalat Jum’at dan tidak boleh berjihad melawan musuh kecuali dengan idzinnya dan lain sebagainya. [9]

Kelompok pertama dan kedua ini berkumpul di Irak. Hajjâj bin Yûsuf adalah pemimpin golongan pertama. Ia sangat benci kepada Husain Radhiyallahu ‘anhuma dan merupakan sosok yang zhalim. Sementara kelompok kedua dipimpin oleh Mukhtâr bin Abi ‘Ubaid yang mengaku mendapat wahyu dan sangat fanatik dengan Husain Radhiyallahu ‘anuhma. Orang inilah yang memerintahkan pasukannya agar menyerang dan membunuh ‘Ubaidullah bin Ziyad dan memenggal kepalanya.

Golongan Ketiga : Yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah yang tidak sejalan dengan pendapat golongan pertama, juga tidak dengan pendapat golongan kedua. Mereka mengatakan bahwa Husain Radhiyallahu ‘anhuma terbunuh dalam keadaan terzhalimi dan mati syahid. Inilah keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah, yang selalu berada di tengah antara dua kelompok.

Ahlussunnah mengatakan Husain Radhiyallahu ‘anhuma bukanlah pemberontak. Sebab, kedatangannya ke Irak bukan untuk memberontak. Seandainya mau memberontak, beliau Radhiyallahu ‘anhuma bisa mengerahkan penduduk Mekah dan sekitarnya yang sangat menghormati dan menghargai beliau Radhiyallahu ‘anhuma. Karena, saat beliau Radhiyallahu ‘anhuma di Mekah, kewibaannya mengalahkan wibawa para Sahabat lain yang masih hidup pada masa itu di Mekkah. Beliau Radhiyallahu ‘anhuma seorang alim dan ahli ibadah. Para Sahabat sangat mencintai dan menghormatinya. Karena beliaulah Ahli Bait yang paling besar.

Jadi Husain Radhiyallahu ‘anhuma sama sekali bukan pemberontak. Oleh karena itu, ketika dalam perjalanannya menuju Irak dan mendengar sepupunya Muslim bin ‘Aqîl dibunuh di Irak, beliau Radhiyallahu ‘anhuma berniat untuk kembali ke Mekkah. Akan tetapi, beliau Radhiyallahu ‘anhuma ditahan dan dipaksa oleh penduduk Irak untuk berhadapan dengan pasukan ‘Ubaidullah bin Ziyâd. Akhirnya, beliau Radhiyallahu ‘anhuma tewas terbunuh dalam keadaan terzhalimi dan mati syahid.

SETAN MENYEBARKAN BID’AH

Syaikhul Islam mengatakan[10], “Dengan sebab kematian Husain Radhiyallahu ‘anhuma, setan memunculkan dua bid’ah di tengah manusia.

Pertama : Bid’ah kesedihan dan ratapan para hari Asyûra (di negeri kita ini, acara bid’ah ini sudah mulai diadakan-pen) seperi menampar-nampar, berteriak, merobek-robek, sampai-sampai mencaci maki dan melaknat generasi Salaf, memasukkan orang-orang yang tidak berdosa ke dalam golongan orang yang berdosa. (Para Sahabat seperti Abu Bakar dan Umar dimasukkan, padahal mereka tidak tahu apa-apa dan tidak memiliki andil dosa sedikit pun. Pihak yang berdosa adalah yang terlibat langsung kala itu). Mereka sampai mereka berani mencaci Sâbiqûnal awwalûn. Kemudian riwayat-riwayat tentang Husain Radhiyallahu ‘anhuma dibacakan yang kebanyakan merupakan kebohongan. Karena tujuan mereka adalah membuka pintu fitnah (perpecahan) di tengah umat.

Kemudian Syaikhul Islam rahimahullah juga mengatakan , “Di Kufah, saat itu terdapat kaum yang senantiasa membela Husain Radhiyallahu ‘anhuma yang dipimpin oleh Mukhtâr bin Abi ‘Ubaid al-Kadzdzâb (karena dia mengaku mendapatkan wahyu-pen). Di Kufah juga terdapat satu kaum yang membenci ‘Ali dan keturunan beliau Radhiyallahu ‘anhum. Di antara kelompok ini adalah Hajjâj bin Yûsuf ats-Tsaqafi. Dalam sebuah hadits shahîh dijelaskan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Akan ada di suku Tsaqif seorang pendusta dan perusak”

Orang Syi’ah yang bernama Mukhtâr bin Abi ‘Ubaid itulah sang pendusta . Sedangkan sang perusak adalah al-Hajjaj. Yang pertama membuat bid’ah kesedihan, sementara yang kedua membuat bid’ah kesenangan. Kelompok kedua ini pun meriwayatkan hadits yang menyatakan bahwa barangsiapa melebihkan nafkah keluarganya pada hari ‘Asyûra, maka Allah Azza wa Jalla melonggarkan rezekinya selama setahun itu.”

Juga hadits, “barangsiapa memakai celak pada hari ‘Asyûra, maka tidak akan mengalami sakit mata pada tahun itu dan lain sebagainya.

Kedua : Bida’ah yang kedua adalah bid’ah kesenangan pada hari Asyura : Karena itu, para khatib yang sering membawakan riwayat ini – karena ketidaktahuannya tentang ilmu riwayat atau sejarah – , sebenarnya secara tidak langsung, masuk ke dalam kelompok al-Hajjâj, kelompok yang sangat membenci Husain Radhiyallahu ‘anhuma. Padahal wajib bagi kita meyakini bahwa Husain Radhiyallahu ‘anhuma terbunuh dalam keadaan terzhalimi dan mati syahid. Dan wajib bagi kita mencintai Sahabat yang mulia ini dengan tanpa melampaui batas dan tanpa mengurangi haknya, tidak mengatakan Husain Radhiyallahu anhuma seorang imam yang ma’sum (terbebas dari semua kesalahan), tidak pula mengatakan bahwa pembunuhan terhadap Husain Radhiyallahu anhuma itu adalah tindakan yang benar. Pembunuhan terhadap Husain Radhiyallahu ‘anhuma adalah tindakan maksiat kepada Allah dan RasulNya.

Itulah sekilas mengenai beberapa permasalahan yang berhubungan dengan peristiwa pembunuhan Husain Radhiyallahu ‘anhuma. Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan. Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menghindarkan kita semua dari berbagai fitnah yang disebarkan oleh setan dan para tentaranya.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

Sumber : almanhaj.or.id dan wikipedia.org
________
Footnote
[1]. Syarhu al’Aqidah al-Wâsithiyyah Syaikh Sholeh al-Fauzan hal.198,
[2]. Minhâjus Sunnah (IV/556)
[3]. Komandan pasukan yang memerangi Husain, pada tahun 60-61 H di Irak di sebuah daerah yang bernama Karbala
[4]. Ia disebut orang durhaka, karena dia tidak diperintah untuk membunuh Husain Radhiyallahu ‘anhuma, namun melakukannya.
[5]. Minhâjus Sunnah (IV/557)
[6]. Lihat Minhâjus Sunnah (V/557-558)
[7]. Minhâjus Sunnah (IV/550)
[8]. HR. Muslim, kitabul Imârah
[9]. Minhâjus Sunnah (IV/553)
[10]. IV/554

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam