Showing posts with label Al Kisah. Show all posts
Showing posts with label Al Kisah. Show all posts

Sunday, September 15, 2013

Orang Beriman Tidak Boleh Mengonsumsi Makanan yang Haram

Salah satu ciri dari orang yang beriman adalah orang tersebut tidak makan dari sumber yang haram. Orang yang beriman harus menjaga tubuhnya tetap kuat, dengan tujuan untuk beribadah, hanya dengan makanan yang halal. 

Contohnya seperti ini: Misalnya kita bepergian ke suatu tempat yang jauh dengan mobil. Kemudian kita berhenti di pom bensin untuk mengisi bahan bakar. Tapi, secara tidak sengaja, petugas pom bensin malah mengisi kendaraan kita dengan solar, bukannya bensin, sehingga mobilnya tidak mau jalan karena salah bahan bakar. Kita terus mencoba untuk menghidupkan mobil itu, tapi mobilnya tetap tidak mau menyala. Akhirnya kita tahu bahwa mobilnya tidak mau menyala karena salah bahan bakar. 

Dari contoh ini dapat kita pahami bahwa jika sebuah mobil yang diciptakan oleh manusia diberikan bahan bakar yang salah, maka mobil itu tidak bisa jalan, bahkan untuk satu kilometer saja. Jadi bagaimana mungkin orang yang beriman mencapai surga dengan makanan yang haram? Itulah mengapa saudara/saudariku, salah satu tanda ketaqwaan adalah kita tidak boleh makan yang haram.

Abu Bakar R.A. pada suatu ketika merasa sangat kelaparan. Kemudian seseorang menyuguhkan sebuah daging yang didapat dari hasil meramal. Ketika dia mengunyahnya, dia bertanya kepada orang yang memberikan daging itu "Darimana kau mendapatkan daging ini?"

"Ini dari pendapatan hasil meramal. Dulu aku sering melakukannya, tapi sekarang sudah taubat. Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan orang-orang yang dulu sering kuramal, dan mereka memberikan gajiku yang dulu belum dibayar", kata orang itu.

Dia memang sudah bertaubat, tapi uang yang didapat berasal dari sumber yang haram. Akhirnya Abu Bakar R.A memutuskan untuk memuntahkan daging itu. Dia berpikir bagaimana caranya memuntahkan daging haram yang masuk ke perutnya. Orang-orang memberikan saran kepadanya "Wahai Amirul Mukminin, minumlah air yang banyak sampai kau memuntahkannya." 

Jadi Abu Bakar R.A terus meminum bermangkuk-mangkuk air sampai daging itu dimuntahkan. Ketika daging itu berhasil dimuntahkan, Abu Bakar R.A berkata "Jika dengan tidak memakan daging ini dapat merenggut nyawaku, aku masih tetap akan memuntahkannya."

Itulah mengapa Hazrat Maulana Yusuf R.A sering berkata "Daging itu bagaikan samudra, dan pemikiran seseorang bagaikan permata di dalam samudra." Arti dari peribahasa ini adalah perbuatan dan pemikiran seseorang ditentukan oleh makanan apa yang masuk ke dalam tubuhnya.

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Kekejaman Tentara Salib kepada Umat Muslim



Ketika orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim hidup bersama dalam damai, sang Paus memutuskan untuk mempersiapkan perang Salib. Mengikuti seruan Paus Urbanus II pada 27 November 1095 di Dewan Clermont, lebih dari 100.000 orang Eropa bergerak ke Palestina untuk "membebaskan" tanah suci dari orang Islam dan mencari kekayaan di Timur. Pada 50 tahun pertama, Pasukan Salib berhasil mendominasi peperangan. Kekuatan kaum Muslim porak-poranda. Sebagian jantung negeri Islam, seperti Syria dan Palestina ditaklukkan. Ratusan ribu kaum Muslim dibantai.

Pada tahun 1098, tentara Salib itu juga telah membunuh ratusan ribu kaum Muslim di Marra’tun Noman, salah satu kota terpadat di Syria. Paus Urbanus II menyebut musuh kaum Kristen sebagai “The Seljuq Turks”. “Seljuk Turks”, kata Paus, adalah bangsa bar-bar dari Asia Tengah yang baru saja menjadi muslim. Bangsa ini telah menaklukkan sebagian wilayah kekaisaran imperium Kristen Bizantium.

Paus mendesak agar para ksatria Eropa menghentikan pertikaian antara mereka dan memusatkan perhatian bersama, untuk memerangi musuh Tuhan. Bahkan, kata Paus, bangsa Turki itu adalah bangsa terkutuk dan jauh dari Tuhan. Maka, Paus menyerukan, “Membunuh monster tak ber-Tuhan seperti itu adalah suatu tindakan suci; adalah suatu kewajiban Kristiani untuk memusnahkan bangsa jahat itu dari wilayah kita.”

Mereka mencapai Yerusalem pada tahun 1099. Kota ini jatuh setelah pengepungan hampir 5 minggu. Ketika Tentara Perang Salib masuk ke dalam, mereka melakukan pembantaian kejam. Seluruh orang Islam dan Yahudi dibabat dengan pedang.

Dalam perkataan seorang sejarawan: "Mereka membunuh semua orang Saracen dan Turki yang mereka temui. pria maupun wanita."

Di Masjid al-Aqsha terdapat genangan darah setinggi mata kaki, karena banyaknya kaum Muslim yang dibantai. Fulcher of Chartress menyatakan, bahwa darah begitu banyak tertumpah, sehingga membanjir setinggi mata kaki:

“If you had been there your feet would have been stained to the ankles in the blood of the slain.”

Seorang tentara Salib menulis dalam Gesta Francorum, bagaimana perlakuan tentara Salib terhadap kaum Muslim dan penduduk Yerusalem lainnya, dengan menyatakan, bahwa belum pernah seorang menyaksikan atau mendengar pembantaian terhadap ‘kaum pagan’ yang dibakar dalam tumpukan manusia seperti piramid dan hanya Tuhan yang tahu berapa jumlah mereka yang dibantai:

“No one has ever seen or heard of such a slaughter of pagans, for they were burned on pyres like pyramid, and no one save God alone knows how many there were.” 

Salah satu tentara Perang Salib, Raymond dari Aguiles, membanggakan kekejian ini:

Pemandangan mengagumkan terlihat. Sebagian orang kami (dan ini lebih belas kasih) memenggal kepala musuh-musuh mereka; lainnya membidik mereka dengan panah, sehingga mereka berjatuhan dari menara-menara; lainnya menyiksa mereka lebih lama dengan memasukkan mereka ke dalam nyala api. Tumpukan kepala, tangan, dan kaki terlihat di jalan-jalan kota. Kami perlu berjalan di atas mayat-mayat manusia dan kuda. Tapi ini hanya masalah kecil dibandingkan dengan apa yang terjadi di Kuil Sulaiman, tempat di mana ibadah keagamaan biasanya disenandungkan. di kuil dan serambi Sulaiman, para pria bergerak dalam [kubangan] darah hingga lutut dan tali kekang mereka.

Dalam dua hari, tentara Perang Salib membunuh sekitar 40.000 orang Islam secara biadab seperti yang digambarkan. Kedamaian dan kerukunan di Palestina, yang telah berlangsung semenjak Umar, berakhir dengan sebuah pembantaian mengerikan.

Tentara Perang Salib menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota mereka, dan mendirikan Kerajaan Katolik yang terbentang dari Palestina hingga Antakiyah. Namun pemerintahan mereka berumur pendek, karena Salahuddin mengumpulkan seluruh kerajaan Islam di bawah benderanya dalam suatu perang suci dan mengalahkan tentara Perang Salib dalam pertempuran Hattin pada tahun 1187. Setelah pertempuran ini, dua pemimpin tentara Perang Salib, Reynald dari Chatillon dan Raja Guy, dibawa ke hadapan Salahuddin. Beliau menghukum mati Reynald dari Chatillon, yang terkenal keji karena kekejamannya yang mengerikan yang ia lakukan kepada orang-orang Islam, namun membiarkan Raya Guy pergi, karena ia tidak melakukan kejahatan serupa. Palestina sekali lagi menyaksikan arti keadilan yang sebenarnya.

Tiga bulan setelah pertempuran Hattin, dan pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Mekah ke Yerusalem untuk perjalanan mikrajnya ke langit, Salahuddin memasuki Yerusalem dan membebaskannya dari 88 tahun pendudukan tentara Perang Salib. Bertolak belakang dengan "pembebasan" oleh tentara Perang Salib, Salahuddin tidak mendzalimi seorang Nasrani pun di kota tersebut, sehingga menyingkirkan rasa takut mereka bahwa mereka semua akan dibantai. Ia hanya memerintahkan semua umat Nasrani Latin (Katolik) untuk meninggalkan Yerusalem. Umat Nasrani Ortodoks, yang bukan tentara Perang Salib, dibiarkan tinggal dan beribadah menurut yang mereka pilih.

Karen Armstrong menggambarkan penaklukan kedua atas Yerusalem ini dengan kata-kata berikut ini:

Pada tanggal 2 Oktober 1187, Salahuddin dan tentaranya memasuki Yerusalem sebagai penakluk dan selama 800 tahun berikutnya Yerusalem tetap menjadi kota Muslim. Salahuddin menepati janjinya, dan menaklukkan kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Dia tidak membalas dendam pembantaian tahun 1099, seperti yang Al Qur'an anjurkan (Q.S. 16:127), dan sekarang, permusuhan telah berakhir, ia menghentikan pembunuhan (Q.S. 2:193-194). Tak ada satu orang Kristen pun dibunuh dan tidak ada perampasan. Jumlah tebusan pun disengaja sangat rendah. Salahuddin menangis terharu karena kesedihan keluarga-keluarga yang terpecah-belah dan ia membebaskan banyak dari mereka tanpa tebusan, sesuai himbauan Al Qur'an, meskipun menyebabkan keputusasaan bendaharawannya yang telah lama menderita. Saudara lelakinya, Al Adil, begitu tertekan karena penderitaan para tawanan sehingga dia meminta Salahuddin seribu orang dari mereka untuk dibebaskan di tempat itu juga. Semua pemimpin Muslim dibuat geram melihat orang-orang Kristen kaya melarikan diri dengan kekayaan mereka, yang semestinya dapat digunakan untuk menebus semua tawanan. [Uskup] Heraclius membayar tebusan dirinya sepuluh dinar seperti halnya tawanan lain dan bahkan diberi pengawalan khusus untuk menjaga keamanan harta bendanya selama perjalanan ke Tyre.

Pendeknya, Salahuddin dan tentaranya memperlakukan orang-orang Nasrani dengan kasih sayang dan keadilan yang agung, dan menunjukkan kepada mereka kasih sayang yang lebih dibanding yang telah diperlihatkan oleh pemimpin mereka.

Setelah Yerusalem, tentara Perang Salib melanjutkan kebiadaban mereka dan orang-orang Islam meneruskan keadilannya di kota-kota Palestina lainnya. Pada tahun 1194, Richard Si Hati Singa, yang digambarkan sebagai seorang pahlawan dalam sejarah Inggris, memerintahkan menghukum mati 3.000 orang Islam, di antaranya banyak wanita dan anak-anak, secara tak berkeadilan di Kastil Acre. Meskipun orang-orang Islam menyaksikan kekejaman ini, mereka tidak pernah memilih cara yang sama. Mereka malah tunduk kepada perintah Allah:

"Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka)." (Q.S. 5:2)

Orang-orang Islam juga tidak pernah melakukan kekejaman kepada orang-orang sipil tak bersalah. Di samping itu, mereka tidak pernah menggunakan kekerasan yang tidak perlu, bahkan kepada tentara Perang Salib yang terkalahkan sekalipun.

Kekejaman tentara Perang Salib dan keadilan orang-orang Islam sekali lagi mengungkapkan kebenaran sejarah: Sebuah pemerintahan yang dibangun di atas dasar-dasar Islam memungkinkan orang-orang dari keyakinan berbeda untuk hidup bersama. Kenyataan ini terus diperlihatkan selama 800 tahun setelah Salahuddin, khususnya selama masa Khalifah Utsmaniyyah.
----------------------------------

Pustaka
  1. "Gesta Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem," trans. Rosalind Hill, (London: 1962), hlm. 91. tanda penegasan ditambahkan
  2. August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants (Princeton & London: 1921), hlm. 261. tanda penegasan ditambahkan
  3. Krey, The First Crusade, hlm. 262.
  4. Armstrong, Holy War, hlm. 185. tanda penegasan ditambahkan.
  5. David R. Blanks and Michael Frassetto (ed) Western Views of Islam in Medieval and Eearly Modern Europe, (New York, St. Martin’s Press, 1999), hal. 62-63.]
  6. Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi, Adian Husaini (GIP, Jakarta : 2006), hal. 4
YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Kecanggihan Teknologi Bisa Jadi Penyebab Kemalasan Kita Sebagai Muslim

Berikut ini adalah ksiah yang diceritakan oleh Mufti Hussain Kamani, seorang syekh terkenal asal Amerika. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini.

Kita semua punya handphone dalam saku, dan kita semua dapat mengakses Al-Qur’an dengan mudah. Tapi masalahnya ketika hidup menjadi serba mudah, maka timbullah sifat malas dalam diri kita. Sebaliknya ketika hidup serba susah dan kita harus berusaha keras untuk meraih sesuatu, barulah timbul semangat dalam diri kita.

Aku ingin menceritakan sebuah kisah ketika aku berhaji beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu aku berada di Madinah, tepatnya di makam Nabi Muhammad S.A.W. Saat itu aku sedang menunggu shalat dengan membaca Al-Qur’an. Aku telah menghafalkan Al-Qur’an, jadi aku membacanya dari hafalan. 
Dan di sebelahku duduk seorang pria. 

Orang ini melihatku dan berkata “Assalammu ‘alaikum”, jadi aku menjawab “Wa ‘alaikumsalam.” 

Dia berkata “Darimana asalmu?” Aku berkata “Dari Amerika.” 

Dia berkata “Kau membaca Al-Qur’an dari hafalanmu?” Aku berkata “Alhamdulillah, aku telah menghafalkan Al-Qur’an.” Dia melihatku dengan pandangan benar-benar terkejut. 

Dia berkata “Seorang muslim dari Amerika? Ternyata ada umat Muslim di Amerika?” 

“Ya, sebenarnya ada banyak umat Muslim disana. Bahkan kami punya institusi-institusi Muslim di sana.”

Jadi kami berbincang-bincang dan aku bertanya padanya, “Darimana asalmu?” Dia berkata “Aku dari Ortania di Afrika.” 


“Wow, kau dari Ortania. Apakah kau telah hafal Al-Qur’an?” Dia memandangku dengan terkejut lagi sambil berkata “Apa?” 

Aku berkata “Apakah kau telah hafal Al-Qur’an?” Dia berkata “Setiap orang yang berhubungan darah denganku telah hafal Al-Qur’an.” 

“Wow, itu keren! Semua orang hafal Al-Qur’an!” 

“Ibuku, ayahku, saudariku, pamanku, bibiku, istriku, anak-anakku, sepupuku, semua orang dalam keluargaku telah hafal Al-Qur’an.” 

“Wow!” 

Tapi kemudian dia menatapku dan berkata “Aku ingin memberitahumu sebuah rahasia kecil.” 

“Ya?” 

“Kami tidak menghafalkan Al-Qur’an dengan mudah seperti kalian.” 

“Oh begitu? Katakan apa tantangan besarmu, dan aku juga kan menunjukkan tantanganku.”
 

“Ketika kami datang ke madrasah di pagi hari, para guru mempunyai papan tulis hitam yang besar dan sebatang kapur. Ketika kau baru mengambil program Hifz di Madrasah kami, maka para guru akan memberikan kepadamu sebuah papan tulis kecil dan sebuah kapur. Ketika kau sampai ke sekolah, para guru akan menuliskan ayat pada hari itu di papan tulis, dan kau harus menuliskannya pada papan tulis kecilmu. Kemudian kau punya kesempatan untuk melihat ayat itu selama 24 jam. Dan keesokan paginya, mereka menghapusnya untuk menuliskan ayat lainnya, dan kau takkan pernah melihat ayat itu lagi. Kami tidak mampu membeli hardcopy Al-Qur’an, jadi beginilah cara kami menghafal.”

Aku berpikir “La ilaha ilallah. Orang-orang yang tidak punya hard copy Al-Qur’an malah lebih menghargainya, dan mereka yang punya Al-Qur’an di rumah malah membiarkannya berdebu. Kalau begini caranya, siapa yang benar-benar menghargai Al-Qur’an? Kita yang dapat mengakses Al-Qur'an dengan mudah atau mereka yang bahkan tak punya uang untuk membeli Al-Qur'an?”


YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Pentingnya Shalat Bagi Umat Muslim

Rasulullah S.A.W. bersabda “Ajarkan anak-anakmu shalat di umur 7 tahun, dan hukum mereka (jika tidak mau shalat) di umur 10 tahun.” Shalat adalah ibadah yang paling utama bagi umat Muslim. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman agar kita selalu memelihara shalat kita dalam surat Al-Baqarah ayat 238 yang berbunyi:

"Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'." (Q.S. Al-Baqarah:238)

Dan berikut ini adalah penjelasan mengenai pentingnya kedudukan shalat bagi kita:

1. Shalat adalah Tiang Agama

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kepala segala urusan adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, sementara puncaknya adalah jihad.” (HR At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, shahih)

2. Shalat adalah Amal yang Pertama Kali Dihitung di Akhirat

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah perhatian kepada shalatnyaa. Jika shalatnya baik, dia akan beruntung (dalam sebuah riwayat disebutkan: dia akan berhasil). Dan jika shalatnya rusak, dia akan gagal dan merugi.” (HR Ath Thabrani, shahih)

3. Shalat adalah Ibadah yang Terakhir Hilang dari Agama

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tali-tali Islam akan lepas sehelai demi sehelai. Setiap kali sehelai tapi itu lepas, umat manusia akan berpegangan pada tali berikutnya. Yang pertama kali terlepas adalah hukum, dan yang paling terakhir adalah shalat.” (HR Ahmad, shahih)

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Yang pertama kali dihilangkan dari umat manusia adalah amanat, dan yang tersisa paling akhir adalah shalat. Berapa banyak orang yang mengerjakan shalat tanpa ada kebaikan di dalamnya sama sekali di dalam dirinya.” (HR Ath Thabrani, hasan)

4. Shalat adalah Wasiat Terakhir Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Ummul Mu’minin Ummu Salamah, berkata, “Wasiat yang terakhir kali disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah shalat, shalat, dan budak-budak yang kalian miliki.” Sehingga Nabiyullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyembunyikannya di dalam dada dan tidak beliau sebarluaskan melaluinya. (HR Ahmad, shahih)

5. Allah Memuji Orang yang Mengerjakan dan Mengajak Keluarganya Shalat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Quran Surat Maryam ayat 54-55:

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya.” 
(Q.S. Maryam:54-55)

6. Allah Mencela Orang yang Malas Shalat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Quran Surat Maryam ayat 59:

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”

Juga di dalam Surat An Nisa’ ayat 142:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. An-Nisa':142)

7. Shalat adalah Rukun Islam Kedua

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada Rabb selain Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji, serta berpuasa pada bulan Ramadhan.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

8. Allah Mewajibkan Shalat Tanpa Perantaraan Jibril

Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan ibadah shalat tidak seperti ibadah yang lain. Ibadah-ibadah lain, seperti puasa, zakat, haji dan sebagainya diwajibkan kepada umat Islam melalui perantaraan Jibril ‘Alaihis Salam di bumi. Terkhusus untuk ibadah shalat, Allah sendiri yang memerintahkan ibadah ini dengan mengangkat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke langit ke tujuh dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, di Sidratul Muntaha.

Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Kemudian ia membawaku ke Sidratul Muntaha. Tiba-tiba aku melihat dedaunnya yang laksana telinga gajah dan buah-buahnya seperti mutiara.”

Beliau melanjutkan, “Maka tatkala ia tertutup berkat perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia (Sidratul Muntaha) pun berubah dan tidak satu pun makhluk Allah yang dapat menggambarkan keindahannya. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadaku dan Dia mewajibkan lima puluh shalat dalam sehari semalam kepadaku…. (HR Bukhari dan Muslim)

9. Awalnya, Allah Memerintahkan Shalat 50 Shalat Sehari

Dalam lanjutan hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu tersebut:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Aku lalu kembali dengan membawa kewajiban itu hingga kulewati Nabi Musa ‘Alaihis Salam, kemudian ia (Musa ‘Alaihis Salam) berkata kepadaku, ‘Apa yang diwajibkan Allah atas umatmu?’

Aku menjawab, ‘Dia mewajibkan lima puluh kali shalat (dalam sehari semalam).’

Musa ‘Alaihis Salam berkata, ‘Kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan kepada-Nya, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakan hal yang demikian itu.’

Maka aku pun kembali menghadap Allah, lalu Dia memberi keringanan kepadaku dengan menghapuskan lima kali shalat…’

Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘dan aku terus kembali menghadap Allah dan turun kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam hingga Allah berfirman, ‘Wahai Muhammad, itulah shalat lima waktu sehari semalam. Setiap satu shalat bernilai sepuluh kali shalat. Dengan demikian, pahalanya sama dengan lima puluh kali shalat.’” (HR Al Bukhari dan Muslim)

10. Allah Membuka dan Menutup Amal Orang Beriman yang Beruntung dengan Menyebutkan Shalat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Quran Surat Al Mu’minun ayat 1-9:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.” 
(Q.S. Al-Mu'minun:1-9)

11. Allah Menyuruh Muhammad, dan Pengikutnya Agar Menyruh Keluarganya Shalat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Quran Surat Thaha 132:

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
(Q.S. Thaha:132)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Suruh anak-anak kalian mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena tidak mengerjakannya pada saat mereka berusia 10 tahun. Serta pisahkanlah mereka di tempat tidur.” (HR Abu Dawud dan Ahmad, shahih)

12. Orang yang Tidur dan Lupa Diperintahkan Mengganti Shalatnya

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang lupa mengerjakan shalat, hendaknya dia mengerjakannya pada saat teringat. Tidak ada kafarat baginya, kecuali hanya itu saja.” (HR Al Bukhari)

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa lupa mengerjakan shalat atau tertidur sehingga tidak mengerjakannya, maka kafaratnya adalah mengerjakannya ketika ia mengingatnya.” (Muttafaqun ‘Alaih)

referensi: firmadani

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Saturday, September 14, 2013

Musik dan Nyanyian di Surga

Untuk menciptakan sebuah lagu, seorang pemusik biasanya butuh waktu berhari-hari atau bahkan sampai berbulan-bulan. Lagunya berdurasi sekitar 3-6 menit, dan tidak lebih daripada itu, karena kalau durasinya terlalu panjang maka lagunya akan membosankan.

Dan faktanya musik di dunia ini sangat tidak berharga dibandingkan musik yang akan didengarkan oleh penduduk surga. Musik pertama yang akan didengarkan kepada penduduk surga akan berlangsung selama 70 tahun. Kita tidak akan pernah merasa bosan mendengarkannya, karena di surga terdapat begitu banyak kesenangan. Tapi lagu ini hanya akan didengarkan oleh orang-orang yang tidak mendengarkan musik di dunia ini. Jika kita mendengarkan musik di dunia, maka kita tidak akan mendapatkan kesempatan mendengarkan musik surga.

Allah akan berfirman kepada wanita-wanita surga “Datanglah barangsiapa yang tak pernah mendengarkan musik di dunia. Datanglah karena Tuhanmu akan memainkan musik dari surga untuk kalian!” 

Kemudian para wanita-wanita surga akan bernyanyi. Andaikan wanita surga meludah di samudra, maka ketujuh samudra akan menjadi tawar. Tapi mereka tidak meludah karena meludah adalah cela. Jika ludah mereka begitu manis, bayangkanlah betapa merdunya suara mereka.

Ketika mereka bernyanyi, penduduk surga akan sangat senang dengan musik mereka. Kemudian Allah berfirman “Apakah musiknya bagus?” 

Penduduk surga akan menjawab “Sangat bagus.” 

Kemudian Allah berfirman “Maukah kalian mendengarkan sesuatu yang lebih baik daripada ini?” 

Penduduk surga menjawab “Apakah ada yang lebih baik lagi?” 

Allah akan berfirman “Ya."

Kemudian Allah berfirman kepada Nabi Daud A.S. "Wahai Daud, datanglah dan bacakanlah ayat-ayat Al-Qur'an untuk mereka.”
Daud A.S. mempunyai suara yang sangat indah sampai-sampai gunung-gunung gemetar ketika mendengarnya membaca kitab Zabur. 

Daud A.S. berkata “Tapi bagaimana dengan suaraku?” 

Allah berfirman “Aku telah mengembalikannya padamu.”
 
Ketika Daud A.S. memulainya, penduduk surga begitu terpesona sehingga mereka lupa diri. 

Kemudian Allah berfirman “Bagaimana suaranya?” 

Penduduk surga berkata “Sangat menyenangkan.”

Kemudian Allah berfirman “Apakah kalian mau mendengar yang lebih baik lagi?” 

Penduduk surga berkata “Apakah ada yang lebih baik lagi?” 

Allah berfirman “Ya.” 

Sekarang Allah berfirman kepada Nabi Muhammad “Ya Muhammad, datanglah kepada mereka karena sekarang giliranmu.” 

Dan suara Nabi Muhammad S.A.W. menyenangkan orang-orang, bahkan surga sangat gembira mendengarnya. 

 Kemudian Allah bertanya “Bagaimana suaranya?”

 Penduduk surga berkata “Indah sekali.”

Sekali lagi Allah berfirman “Apakah kalian mau mendengar yang lebih baik lagi?” 

Penduduk surga berkata “Apakah ada yang lebih baik lagi?” 

Allah berfirman “Ya, karena Tuhan kalian yang akan membacakan untuk kalian. Ya Ridhwan, bukalah tabirnya! Hari ini, biarkanlah orang-orang melihat-Ku dengan mata mereka, mendengar-Ku dengan telinga mereka. Biarkanlah pandangan mereka sejuk karena melihat-Ku dan pendengaran mereka sejuk karena firman-Ku.”

Jadi ketika tirainya dibuka, menurut kalian, bagaimana rupa Allah yang menciptakan Yusuf A.S.? Bagaimana rupanya Allah yang menciptakan Muhammad S.A.W.? Tabirnya akan dibuka, Allah akan ada di hadapan kita dan Allah yang akan membacakan Al-Qur’an.

Suara Allah adalah suara yang paling merdu yang pernah kita dengar. Subhanallah! Semoga kita bisa menahan diri dari mendengarkan musik di dunia dan meraih keberhasilan dengan mendengarkan musik di surga. Aamiin!

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Do'a Umar bin Khatab


Pada suatu ketika Umar bin Khatab R.A berkumpul bersama para sahabat. Kemudian dia berkata “Berdo'alah tentang satu keinginan kalian kepada Allah.” Dia meminta para sahabat untuk mengharapkan sebuah permintaan kepada Allah S.W.T. Jadi seorang sahabat mengangkat tangannya dan berdo'a “Ya Allah, kuharap ruangan ini dipenuhi dengan emas dan perhiasan, jadi aku dapat langsung memberikannya di jalan Allah S.W.T.”

Setelah sahabat tadi selesai berdo'a, seorang sahabat yang lain langsung berdo’a “Kuharap aku mempunyai emas dan perhiasan sebesar gunung Uhud sehingga aku dapat langsung memberikannya di jalan Allah S.W.T.”

Tapi Umar R.A. tetap diam. Karena menyadari bahwa Umar diam saja, para sahabat bertanya “Wahai Umar, apa keinginanmu kepada Allah? Dan Allah S.W.T. menganugerahkan kepadamu satu do’a hari ini yang akan dikabulkan Allah Azza wa Jalla. Jadi do’a apa yang akan kau panjatkan?” 

Umar R.A. menjawab “Aku harap ruangan ini dipenuhi dengan orang-orang seperti para sahabat Rasulullah S.A.W sehingga aku dapat menyebarkan Islam ke seluruh dunia.”

Saudara dan saudariku, kesimpulan dari kisah ini adalah: Islam tidak membutuhkan terlalu banyak orang, yang dibutuhkan Islam adalah satu ruangan penuh dengan pria dan wanita sejati untuk mengubah dunia Hanya butuh satu orang untuk mengubah dunia! Ketika masyarakat Arab berada pada masa jahiliyah, Allah mengutus satu orang untuk mengubah keadaan dunia. Orang itu adalah Muhammad S.A.W.

Lihatlah bagaimana Allah hanya mengirimkan satu orang yang spesial untuk mengubah setiap umat pada masanya. Rasulullah S.A.W. bersabda “Di setiap abad, Allah S.W.T. akan mengirimkan satu orang yang akan mengubah umat dan situasinya, dan memperbaharui keimanan agama dalam umat itu.”

Saudara/saudariku, Islam mengajarkan agar kita untuk menjadi satu orang itu. Rasulullah S.A.W. fokus dalam menciptakan pria dan wanita yang dapat mengubah dunia. Dan misi Rasulullah berhasil. Rasulullah S.A.W. menciptakan ribuan pria dan wanita yang dapat mengubah dunia. Sayangnya mereka hanya hidup selama 70-90 tahun. Tapi dengan harapan bahwa anak-anak mereka, yaitu kita, dapat melanjutkan perjuangan mereka.

Semoga Allah memberikan kita kemampuan dan semangat untuk meneruskan bendera Islam yang telah dikibarkan sejak zaman Rasulullah S.A.W. Semoga kita menjadi orang-orang beriman yang mempunyai bagian dalam mengubah keadaan umat ini. Aamiin.

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Jalan-jalan Malam Bersama Umar bin Khatab

Kisah Teladan Khalifah Umar Bin Khattab dan Ibu Pemasak BatuPada suatu masa dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.

Putus asa mendera di mana-mana. Saat itu Umar sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikannya saksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari ia menginstruksikan aparatnya menyembelih onta-onta potong dan menyebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong rakyat datang untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ini.”

Umar menabukan makan daging, minyak samin, dan susu untuk perutnya sendiri. Bukan apa-apa, ia khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu, hanya menyantap sedikit roti dengan minyak zaitun. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.”

Hampir setiap malam Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya.

Malam itu pun, bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar bin Khattab dan Aslam bergegas mendekati kemah itu, siapa tahu penghuninya membutuhkan pertolongan mendesak.

Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.

“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.

Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab "Wa'alaikum salam." Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci.

Umar berkata “Bolehkah aku mendekat?”

Ibu itu berkata “Apabila untuk tujuan baik maka tidak mengapa, apabila tidak maka menjauhlah.”

“Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?” tanya Umar.

Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, “Anakku….”

Umar berkata “Mengapa mereka menangis?”

Ibu itu berkata “Kami disini karena cuaca sangat dingin dan kelaparan.”

Umar dan Aslam tertegun. Mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam. Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya.

Umar tidak habis pikir, apa yang sedang dimasak oleh ibu tua itu? Sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Umar berkata, “Apa yang sedang kau masak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?”

Ibu itu menoleh dan menjawab, “Silahkan kau lihat sendiri!”

Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih terbelalak tak percaya, Umar berteriak, “Apakah kau memasak batu?”

Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala.

“Buat apa?”

Dengan suara lirih, perempuan itu kembali bersuara menjawab pertanyaan Umar, “Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan.”

Ibu itu diam sejenak. Kemudian ia melanjutkan, “Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”

Mendengar penuturan si Ibu seperti itu, Aslam akan menegur perempuan itu. Namun Umar sempat mencegah. Umar berkata “Bagaimana mungkin dia bertanggung jawab atas urusan kita tapi malah menelantarkan kita? Dia adalah pemimpin kita, dia bertanggung jawab atas urusan kita, seharusnya dia tahu.”

Dengan air mata berlinang ia bangkit dan mengajak Aslam cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda tua yang sengsara itu.

Karena Umar bin Khattab terlihat keletihan, Aslam berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku saja yang memikul karung itu.”

Dengan wajah merah padam, Umar menjawab, “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”

Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika terseok-seok Khalifah Umar bin Khattab berjuang memikul karung gandum menuju ke tempat wanita dan anak-anaknya yang sedang kelaparan. Ketika sampai di tempat wanita tersebut kemudian khalifah Umar meletakkan karung berisi gandum dan beberapa liter minyak samin ke tanah, kemudian memasaknya.

Aslam yang meriwayatkan kisah ini berkata "Aku melihat Umar bin Khatab membungkuk untuk meniup api di bawah pancinya, dan aku melihat asap menerpa jenggotnya.”

Tatkala gandum tersebut sudah masak Khalifah Umar meminta sang ibu membangunkan anaknya.
“Bangunkanlah anakmu untuk makan.”

Anak yang kelaparan tersebut bangun dan makan dengan lahapnya. Umar bin Khatab dan Aslam pun tetap disana sampai anak tersebut kembali tertidur dengan perut yang telah kenyang.

Ibu itu berkata, “Terimakasih, semoga Allah membalas perbuatanmu dengan pahala yang berlipat. Kau lebih berhak menjadi khalifah daripada Umar bin Khatab!"

“Jangan berkata kecuali yang baik, dan jika pada suatu hari kau menemui khalifah, maka kau akan menemukanku disana.", jawab Umar.

Sebelum pergi, khalifah Umar berkata kepada wanita tersebut untuk datang menemui khalifah Umar bin Khattab ra, karena khalifah akan memberikan haknya sebagai penerima santunan negara.

Esok harinya pergilah wanita tersebut ke tengah kota Madinah untuk menemui khalifah Umar bin Khattab ra, dan tatkala wanita tersebut bertemu dengan khalifah Umar, betapa terkejutnya wanita tersebut bahwa khalifah Umar adalah orang yang memanggulkan dan memasakkan gandum tadi malam.

Sumber: kidungkawan

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Kisah Nuaym bin Mas'ud


Rasulullah S.A.W. bersabda agar kita jangan jadi pengikut buta, ketika orang berlaku baik, kita juga berlaku baik, tapi ketika orang berlaku buruk, maka kita juga. Rasulullah S.A.W. bersabda agar kita tetap kuat dan teguh. Ketika orang berlaku buruk, maka kita tidak ikut-ikutan karena itu salah. Sebaliknya kita melakukan perbuatan yang menyenangkan Allah Azza wa Jalla dan mengikuti jalan Muhammad S.A.W. Kita berpikir menggunakan akal yang diberikan Allah sebagai rahmat pada kita.

Duduk, berpikir, dan memahami, introspeksi apa saja yang telah kita lakukan, maka itu dapat mengubah hidup kita! Aku akan menceritakan sebuah kisah.

Nuaym ibn Mas’ud adalah salah satu pemimpin suku Ghatafan. Dia berpartisipasi dalam perang Ahzab untuk melawan Nabi Muhammad S.A.W. Dia turut serta bersama orang-orang Quraisy menuju Madinah untuk berperang melawan Nabi Muhammad S.A.W. Orang-orang kafir Quraisy menghasutnya dengan berbagai macam berita bohong: “Muhammad adalah ini dan itu, dia seorang pembohong, penipu, dan tukang sihir. Kita harus memeranginya.” Itulah yang fitnah yang dibuat-buat oleh orang-orang Quraisy.

Karena terhasut bualan ini, maka Nuaym mengerahkan semua pasukannya menuju ke Madinah. Pasukannya berjumlah ratusan orang dan masing-masing berbekal tameng serta pedang. Mereka berjalan kompak menuju Madinah. Setelah beberapa minggu perjalanan, akhirnya mereka sampai ke Madinah.

Pada suatu malam, Nuaym merenung selama beberapa menit dan berkata pada dirinya “Oh Nuaym, apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau melawan Muhammad? Semua hal buruk yang mereka katakan tentangnya hanyalah kabar burung.” Jadi Nuaym hanya dalam satu malam mengubah posisinya, dari melawan Rasulullah S.A.W. menjadi melindungi Rasulullah S.A.W. Akhirnya Nuaym bersama pasukannya pun berangkat untuk menemui Rasulullah S.A.W.

Ketika Nuaym sampai, Rasulullah S.A.W. melihat kedatangannya. Rasulullah pun bertanya padanya “Apa yang kau lakukan Nuaym?”

Dia berkata “Wahai Rasulullah, aku datang untuk menjadi pengikutmu. Ashyadu ala ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.”

Allahu Akbar. Benar-benar perubahan yang luar biasa. Nuaym berubah begitu dramatis dari musuh Rasulullah S.A.W., menjadi pengikut Rasulullah S.A.W. hanya karena merenung selama beberapa menit. Karena menggunakan akalnya, akhirnya dia diberikan hidayah!
YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Bidadari dan Wanita Surga


Bayangkan kita berada di surga. Kemudian kita melihat sebuah cahaya yang sangat benderang di langit.

Jadi kita bertanya pada malaikat “Cahaya apa itu di langit?”

Para malaikat menjawab “Tidakkah kau tahu?”

“Aku tidak tahu. Memangnya apa itu?”

“Itu adalah istri-istrimu di surga yang tersenyum. Dan ketika mereka tersenyum, maka ada kilat di langit.”

Kecantikan Fisik

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Rombongan yang pertama masuk surga adalah dengan wajah bercahaya bak rembulan di malam purnama. Rombongan berikutnya adalah dengan wajah bercahaya seperti bintang-bintang yang berkemilau di langit. Masing-masing orang di antara mereka mempunyai dua istri, dimana sumsum tulang betisnya kelihatan dari balik dagingnya. Di dalam surga nanti tidak ada bujangan.” 
(HR. Bukhari dan Muslim)

كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُم بِحُورٍ عِينٍ

“Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (Qs. Ad-Dukhan: 54)

Abu Shuhaib al-Karami mengatakan, “Yang dimaksud dengan hur adalah bentuk jamak dari  haura, yaitu wanita muda yang cantik jelita dengan kulit yang putih dan dengan mata yang sangat hitam. Sedangkan arti ‘ain adalah wanita yang memiliki mata yang indah.

Al-Hasan berpendapat bahwa haura adalah wanita yang memiliki mata dengan putih mata yang sangat putih dan hitam mata yang sangat hitam.

Tercatat dalam Hadist sahih Musnad Imam Ahmad, bahwa ketika wanita-wanita surga tersenyum, maka timbullah kilat di langit. Ibn Qayyim R.H. juga membicarakan tentang Hur ‘ain (bidadari) dan para wanita surga. Dia berkata “Jika wanita dunia diciptakan dari tanah dan dapat dibuat menjadi demikian cantiknya, apalagi Hur ‘ain (bidadari), karena bahan dasar mereka adalah zafaron.”

Ibn Qayyim R.H. menyebutkan bahwa kalian bisa melihat sum-sum tulang betis mereka karena begitu indahnya mereka. Dia memberitahu tubuh mereka, kecantikan mereka, tentang mereka bernyanyi kepada suami mereka, dan harumnya mereka. Dia memberitahu energi yang diberikan Allah padamu untuk meniduri istri-istrimu, bahwa penghuni surga tak pernah tidur, bahwa penghuni surga tak berjenggot, dan wanita-wanita surga tidak berjilbab. Jadi jilbab hanya diperuntukkan untuk wanita di dunia.

Sopan dan Pemalu

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati bidadari dengan “menundukkan pandangan” pada tiga tempat di Al-Qur’an, yaitu:

“Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan biadadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahman: 56-58)

“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.” 
(Qs. Ash-Shaffat: 48)

“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.”

Seluruh ahli tafsir sepakat bahwa pandangan para bidadari surgawi hanya tertuju untuk suami mereka, sehingga mereka tidak pernah melirik lelaki lain.

Putihnya Bidadari

Allah Ta’ala berfirman, 

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. ar-Rahman: 58)

al-Hasan dan mayoritas ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan.

Allah juga menyatakan, 

“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)

Maksudnya mereka itu dipingit hanya diperuntukkan bagi para suami mereka, sedangkan orang lain tidak ada yang melihat dan tidak ada yang tahu. Mereka berada di dalam kemah.

Baiklah…ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di surga. Karena bagaimanapun gambaran itu, maka manusia tidak akan bisa membayangkan sesuai rupa aslinya, karena sesuatu yang berada di surga adalah sesuatu yang tidak/belum pernah kita lihat di dunia ini.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  

“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh pikiran.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan Wanita Dunia dibanding Bidadari

Setelah mengetahui sifat fisik dan akhlak bidadari, maka bukan berarti bidadari lebih baik daripada wanita surga. Sesungguhnya wanita-wanita surga memiliki keutamaan yang sedemikian besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan lagi, seorang manusia telah Allah ciptakan dengan sebaik-baik rupa,

“Dan manusia telah diciptakan dengan sebaik-baik rupa.” (Qs. At-Tiin: 4)

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, 

“Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” (HR. Ath Thabrani)
Dalam hadist sahih, Aisyah R.A. melihat sekumpulan wanita yang berdandan dengan berlebihan lewat, sedangkan Aisyah sepenuhnya ditutupi pakaian hitam. Aisyah melihat mereka dan berkata “Nikmatilah dunia ini! Untuk kalian di dunia ini, untuk kami di akhirat.” Allahuakbar! Lihatlah keteguhan seorang wanita yang saleh. Jadi bagi para saudari yang harus menutupi dirinya (dengan hijab) di dunia ini, maka tutupilah diri kalian, untuk kalian adalah kecantikan di akhirat!

Jadi ketika seorang suami beristrikan Hur ‘ain, Ibnu Qayyim R.H. menyebutkan dalam hadist sahih dalam Musnad Imam Ahmad, bahwa pada saat itu akan datang seorang wanita lain. Seorang wanita yang kecantikan dan keelokannya akan membuat seorang raja melupakan wanita-wanita lainnya. Siapa wanita ini? Wanita ini adalah istrinya di dunia ini. Jadi istrinya di dunia ini akan menjadi ratu dari para Hur ‘ain (bidadari). Dan Ibnu Qayyim menyebutkan “Apakah seorang raja pernah memikirkan para pelayan-pelayannya di hadapan seorang ratu?” Tentu tidak! Jadi istrinya di dunia akan diberikan kecantikan jauh melebihi para bidadari. Mengapa begitu?

Ibnu Qayyim berkata “Karena Hur ‘ain (bidadari) tidak pernah menghadapi kesulitan yang dirasakan wanita dunia. Mereka tidak pernah berjuang di jalan Allah, tidak pernah dicemooh orang karena mengenakan hijab, tidak pernah merasakan sulitnya patuh pada suami.” 

Subhanallah. Betapa indahnya kecantikan bidadari di surga. Bagi para saudari Muslimku, semoga kalian menjadi lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah. Berusaha untuk menjadi sebaik-baik perhiasan. Berusaha dengan lebih keras untuk bisa menjadi wanita penghuni surga.. Nah, tinggal lagi, apakah kalian mau berusaha menjadi salah satu dari wanita penghuni surga?

Referensi: muslimah.or.id

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Mukjizat Al-Qur'an | Ayat-ayat Tentang Embrio Manusia

Al-Qur’an adalah firman Tuhan yang tak pernah berubah semenjak kitab ini diwahyukan 1.400 tahun yang lalu. Ketika kita mengklaim bahwa Al-Qur'an adalah firman Tuhan, tentu kita harus bisa membuktikannya.  Jadi mari kita buktikan bahwa Al-Qur'an memang merupakan firman Tuhan. Pada surat Al-Mu'minuun, ayat 12-14, Tuhan berfirman dengan detil tentang proses penciptaan manusia. Dimulai dengan ayat:

“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).  Kemudian air mani itu Kami jadikan "alaqah.” Lalu "alaqah" itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain."

Berabad-abad kemudian setelah diwahyukan, yakni di abad ke-21, baru diketahui bahwa ayat ini dengan jelas menjabarkan proses penciptaan manusia dengan benar dalam urutan yang kronologis. Meski begitu, apa yang harus kita perhatikan adalah tahap kedua, yang merupakan perkembangan embrio. Kata spesifik yang digunakan untuk mendeskripsikan embrio dalam ayat ini adalah kata “alaqah.” Kata alaqah ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti 3 hal:
1. gumpalan darah,
2. yang menggantung (bergantung pada sesuatu),
3. lintah.

Kenapa kata ini yang digunakan dan apa hubungannya dengan perkembangan embrio manusia?

Dapatkah embrio dideskripsikan sebagai gumpalan darah? Nah, bagaimana menurut anda setelah melihat gambar 1 di bawah ini?

Gambar 1
Pada perkembangan embrio minggu ketiga, jantung yang bersekat terhubung dengan pembuluh darah untuk membentuk sebuah sistem kardiovaskular utama. Pada hari ke-21, darah mengalir dan jantung mulai berdetak.

Hal pertama yang kita pikirkan ketika mendengar kata “yang menggantung” adalah tali pusar. Tapi tali pusar terasa tidak tepat karena embrio belum terbentuk secara sempurna dalam fase ini. Baru pada zaman sekarang kita tahu bahwa tali pusar dibentuk dari batang penghubung, dan batang penghubung telah terbentuk pada saat embrio mulai terbentuk. 


Gambar 1.1: Sebuah embrio yang terhubung dengan "batang penghubung"

Batang penghubung embrio dijelaskan oleh John Allan sebagai objek “untuk menggantungkan embrio yang berkembang dalam extra embryonic coelom.” Jadi sebuah embrio menggantung dan menyerupai gumpalan darah.

Tapi apa hubungannya sebuah embrio dengan lintah?

Gambar 1.2
Kita bisa melihat dari gambar 1.2 di samping bahwa embrio sangat mirip dengan lintah.

Figur A. menunjukkan struktur embrio pada umur 24-25 hari.

Figur B. adalah gambar seekor lintah.







Gambar 1.3
Dari gambar1.3 pada figur A. kita dapat melihat anatomi dalam seekor lintah. Sedangkan pada figur B. kita dapat melihat hasil x-ray dari embrio pada umur 24-25 hari.












Gambar 1.4
Pada gambar 1.4 di bagan kiri adalah gambar kepala embrio pada umur 22 hari. Gambar ini tidak mungkin terlihat dengan mata telanjang, dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop.

Di bagan kanan adalah bagian belakang dari seekor lintah.





Tak ada kata lain yang dapat menjelaskan semua ini, kecuali “LUAR BIASA.”

Gambar yang kami tunjukkan kepada anda tidak mungkin terlihat dengan mata telanjang atau bahkan diprediksikan oleh pikiran manusia. Sekali lagi, ayat yang kami tunjukkan diwahyukan lebih dari 1.400 tahun yang lalu kepada Muhammad yang bahkan tidak dapat membaca atau menulis.

Gambaran embrio manusia di dalam Al-Qur’an tidak dapat diketahui berdasarkan ilmu pengetahuan pada abad ke-7. Satu-satunya kesimpulan yang masuk akal adalah penjelasan ini diwahyukan dari Tuhan kepada Muhammad.

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu adalah benar."
(Quran 41:53)

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad S.A.W.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah menjawab:

Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diketahui secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi’ul Awwal dan bukan malam 12 Robi’ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan pada malam 12 Robi’ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis.

Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya. Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus terjaga, sebab Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang terbukti maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara seperti itu. Apabila Allah ta’ala telah menetapkan jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka bagaimana mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa-biasa saja kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri demi mengantarkan kita menuju Allah? Hal ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan terhadap hak Allah ‘azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini tergolong pendustaan terhadap firman Allah ‘azza wa jalla yang artinya,

 الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kalian.” (QS. Al-Maa’idah: 3)

Oleh sebab itu kami katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk dari kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum wafatnya Rasul ‘alaihish shalatu wa salam. Dan jika dia bukan bagian dari kesempurnaan agama ini maka tentunya dia bukan termasuk ajaran agama karena Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian.” Barang siapa yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata ia terjadi setelah wafatnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sesungguhnya ucapannya itu mengandung pendustaan terhadap ayat yang mulia ini. Dan tidaklah diragukan lagi kalau orang-orang yang merayakan kelahiran Rasul ‘alaihis shalatu was salam hanya bermaksud mengagungkan Rasul ‘alaihis shalaatu was salaam. Mereka ingin menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar tumbuh perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui diadakannya perayaan ini. Dan itu semua termasuk perkara ibadah. Kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia menjadikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan bahkan seluruh umat manusia. Demikian pula pengagungan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk perkara ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga termasuk bagian dari agama karena di dalamnya terkandung kecenderungan kepada syariatnya. Apabila demikian maka merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu termasuk perkara ibadah maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun menciptakan ajaran baru yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu merayakan maulid Nabi adalah bid’ah dan diharamkan.

Kemudian kami juga pernah mendengar bahwa di dalam perayaan ini ada kemungkaran-kemungkaran yang parah dan tidak dilegalkan oleh syariat, tidak juga oleh indera maupun akal sehat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan mendendangkan qasidah-qasidah yang di dalamnya terdapat ungkapan yang berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Rasul ‘alaihish sholaatu was salaam sampai-sampai mereka mengangkat beliau lebih agung daripada Allah -wal ‘iyaadzu billaah-. Dan kami juga pernah mendengar kebodohan sebagian orang yang ikut serta merayakan maulid ini yang apabila si pembaca kisah Nabi sudah mencapai kata-kata “telah lahir Al-Mushthafa” maka mereka pun serentak berdiri dan mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ruh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir ketika itu maka kita berdiri demi mengagungkan ruh beliau. Ini adalah tindakan yang bodoh. Dan juga bukanlah termasuk tata krama yang baik berdiri ketika menyambut orang karena beliau tidak senang ada orang yang berdiri demi menyambutnya. Dan para sahabat beliau pun adalah orang-orang yang paling dalam cintanya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta kaum yang lebih hebat dalam mengagungkan beliau daripada kita. Mereka itu tidaklah berdiri tatkala menyambut beliau karena mereka tahu beliau membenci hal itu sementara beliau dalam keadaan benar-benar hidup. Lantas bagaimanakah lagi dengan sesuatu yang hanya sekedar khayalan semacam ini?

Bid’ah ini -yaitu bid’ah Maulid- baru terjadi setelah berlalunya tiga kurun utama. Selain itu di dalamnya muncul berbagai kemungkaran ini yang merusak fondasi agama seseorang. Apalagi jika di dalam acara itu juga terjadi campur baur lelaki dan perempuan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. (Diterjemahkan Abu Muslih dari Fatawa Arkanil Islam, hal. 172-174).

Jika kita melihat sejarahnya, Rasulullah S.A.W. dan para sahabat tidak merayakannya, keempat mazhab juga tidak merayakan. Beberapa orang yang merayakan berkata bahwa mereka mengikuti Imam Abu Hanifa.Tapi sebenarnya Imam Abu Hanifa tidak pernah merayakannya.

Para Salafus As-shalih (orang-orang saleh terdahulu) tidak pernah merayakan ini.

Perayaan ini sebenarnya datang dari para Fatimiyyun, tapi saat itu perayaan Maulid tidak terlalu populer. Maulid dipopulerkan oleh Raja Al-Muthafar Kawkaburi di akhir abad keenam atau awal abad ketujuh, sekitar 600-700 tahun setelah Nabi Muhammad S.A.W. berpulang ke rahmatullah.

Dan sebenarnya mereka mengambilnya dari umat non-Muslim. Mereka beranggapan bahwa karena orang-orang Kristen merayakan Natal, maka hari kelahiran Rasulullah juga harus dirayakan karena Rasulullah S.A.W. lebih punya hak untuk dirayakan daripada Yesus (Isa ibn Maryam A.S.). Namun tidak dibenarkan kita merayakannya karena orang-orang yang lebih mengerti agama daripada kita tidak merayakannya.

Orang-orang yang merayakan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. juga berargumen bahwa perayaan ini adalah amalan yang baik, karena dalam perayaan ini kita bisa mengingat Rasulullah S.A.W. dan meminta Allah agar merahmatinya. Ini memang hal yang baik, tapi ketika suatu kaum melakukannya tepat pada tanggal yang sama dan setiap tahun, maka ini sama saja mereka telah menciptakan sesuatu yang baru dalam agama.

Kita mengikuti sunnah Rasulullah S.A.W. bukan hanya apa yang dia lakukan, tapi juga apa yang tidak dilakukannya. Ada sunnah fi’liyah (perbuatan yang Rasulullah lakukan) dan sunnah tarkiyah (menghindari perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah). Ini sangat penting. Karena jika seseorang berkata “Kita bisa menyatukannya dan melakukan sesuatu yang tidak Rasulullah lakukan”, maka agama ini akan ternoda dengan bid’ah. Ini berarti siapapun bisa mengubah Islam semau mereka.

Contohnya begini: Anggaplah seseorang berkata: “Rasulullah S.A.W. berdabda: “shalat berjamaah 27 kali lipat lebih baik daripada shalat sendiri.”

Dia juga bersabda: “Kapanpun kalian memasuki masjid, kalian sebaiknya shalat dua raka’at sebelum duduk.”

Sekarang mari kita satukan keduanya. Kita datang ke masjid, dan seseorang menyarankan “Mari kita laksanakan Tahiyatul Masjid 2 raka’at secara berjama’ah.”

Jika seseorang menyarankan itu, apa yang akan terjadi? Tentu saja kita menolaknya karena Rasulullah S.A.W. tidak pernah melakukannya. Karena Rasulullah tidak melakukannya, maka kita juga tidak bisa melakukannya. Dan hal ini diperkuat oleh sabdanya “Aku tidak meninggalkan apapun yang akan mendekatkan kalian kepada Allah tanpa menyuruh kalian untuk melakukannya.” Titik.

Kesimpulannya, takutlah kepada Allah. Jangan mengikuti perayaan Maulid. Ini jelas-jelas bid'ah. Rasulullah S.A.W. bersabda “Setiap hal baru yang dibuat-buat adalah bid’ah, setiap bid’ah tersesat, dan siapapun yang tersesat berada di dalam api (neraka).”

Referensi: muslim.or.id

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam

Apakah Dosa Syirik Bisa Diampuni Allah?

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semsta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada bagidan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Syirik merupakan kezaliman terberat dan dosa terbesar terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berbuat syirik juga berarti berbuat kurang ajar terhadap Allah 'Azza wa Jalla. Bagaimana tidak, makhluk yang lemah, senantiasa butuh kepada rizki Allah, tidak kuasa atas hidup dan matinya sendiri disamakan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala sang pencipta semua makhluk, pemberi rizki, menghidupkan dan mematikan mereka, dan Maha kuasa atas segala sesuatu.

Seorang musyrik menyamakan sesuatu yang tidak memiliki kekuasaan atas apapun jua dengan Dzat yang semua urusan berada ditangan-Nya. Menyamakan orang fakir dari segala sisi dengan Zat yang Mahakaya dari berbagai sisi. Menyamakan yang tidak memberikan rizki sedikitpun dengan Zat yang telah menciptakan apa yang menjadi rizki bagi manusia dan menganugerahkan semua itu kepadanya. Maka adakah kezaliman yang lebih dahsyat dari ini?

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang nasihat Luqman kepada putranya agar tidak berbuat syirik,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)

Allah Ta'ala berfirman,

الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-An'am: 82)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan maksud zulm (kezaliman) pada ayat di atas adalah syirik. Turunnya ayat ini membuat gundah para sahabat beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Mereka berkata, "Siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya?" Nabi menjawab, "Maksudnya tidak seperti yang kalian kira. Tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada putranya, 'Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar'." (HR. Bukhari)

Begitu kurang ajarnya tindakan syirik, maka sangat wajar jika Allah ancam keras pelaku kemusyrikan dengan terhapus semua amal shalihnya, tidak diberi ampunan, haram masuk surga, dan pasti kekal di neraka.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

 "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-Zumar: 65)

Khitab ayat ini ditujukan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, hamba pilihan Allah yang paling dicintai oleh-Nya. Jika beliau sampai berbuat syirik, maka tidak ada ampun bagi beliau. Semua amal-amal shalih yang sudah dikerjakannya akan terhapus dan harus merasakan azab dahsyat di akhirat. Lalu bagaimana kalau yang berbuat syirik adalah orang yang derajatnya di bawah beliau?
Tentang haramnya seorang musyrik masuk surga dijelaskan oleh firman Allah,

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72)

Imam Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat, "(maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka), maksudnya: sungguh Allah mengharuskan neraka baginya dan mengharamkan surga atasnya."

Tentang dalil tidak adanya ampunan untuk orang musyrik di akhirat ditunjukkan firman Allah Ta'ala,

 إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.  Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. Al-Nisa': 48)

Perlu dipahami, ayat-ayat di atas yang menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku di akhriat. Yakni orang yang bertemu Allah Ta'ala dengan membawa dosa syirik dan belum bertaubat darinya, maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa dan kesalahannya, dan diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di neraka.

Maka siapa yang saat ia mati masih membawa dosa syirik dan tidak bertaubat darinya sebelum wafatnya, maka ia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah telah haramkan ampunan bagi dosa syirik yang pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggalnya. Hal ini berbeda, -sebagaimana disebutkan pada QS. Al-Nisa': 48- dengan dosa selain syirik yang dibawa mati pelakunya, ia berada di bawah Masyi-Ah (kehendak) Allah. Artinya, jika Allah berkenan maka akan mengampuninya, dan jika berkehendak lain akan menyiksanya sesuai dengan kadar dosanya lalu akan mengelurkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga. Sehingga tempat singgah terakhirnya adalah di surga. Ini berlaku bagi seorang Muwahhid yang mati membawa dosa yang tingkatannya di bawah syirik.

Adakah Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan?

Seseorang yang telah terjerumus ke dalam kesyirikan lalu sadar akan kesalahannya dan besarnya dosa yang telah diperbuat, ia tidak boleh berputus asa dari ampunan dan taubat Allah Ta'ala, "Karena sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.  Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.  Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)

Ayat ini berbicara tentang pelaku dosa dalam hukum dunia, sebagai kabar gembira bagi pelaku maksiat bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk diampuni dosa jika bertaubat sebelum wafat. Bukan hanya dosa yang kategorinya maksiat saja, bahkan syirik pun masih ada kesempatan mendapat ampunan jika bertaubat sebelum wafat. Karena Allah menyebutkan, "Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."

Perlu dicamkan, ayat ini tidak berlaku di akhirat. Karena jika diterapkan demikian pastinya akan membatalkan sejumlah nash Al-Qur'an dan sunnah yang berisi ancaman terhadap dosa syirik yang dibawa mati. Ia juga akan menggugat kesepakatan umat, tidak ada ampunan bagi pelaku dosa syirik pada hari kiamat di mana ia belum bertaubat darinya saat masih di dunia. Jika ayat ini dibawa kepada hukum akhirat, maka batallah keyakinan kaum muslimin bahwa surga tidak dimasuki kecuali oleh jiwa muslimah atau mukminah. Maka sesatlah pemahaman orang yang membawa QS. Al-Zumar: 53 ini kepada hukum di akhirat.

Dalil Adanya Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan   

Pelaku kesyirikan masih memiliki kesempatan untuk dihapuskan dosanya selama ia masih hidup, yakni dengan bertaubat darinya sebelum wafat. Hal ini dikuatkan oleh beberapa nash Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah, antara lain:

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً . يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً . إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَحِيماً

"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan: 68-70)

Ayat di atas sangat jelas menunjukkan adanya ampunan Allah Ta'ala bagi semua dosa, sampai syirik, selama ia bertaubat sebelum wafat. Bahkan ayat menerangkan keutamaan besar bagi mereka yang bertaubat, yakni diganti keburukannya dengan kebaikan.

Dari Abu Farwah rahimahullah, dia mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan berkata: "(Ya Rasulullah!) bagaimana menurutmu, jika ada seseorang yang mengerjakan semua perbuatan dosa dan tidak meninggalkan satu perbuatan dosa pun serta tiada keinginan untuk berbuat dosa kecuali ia lakukan. Apakah ada taubat baginya  untuk semua itu?"

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya: "Apakah kamu sudah masuk Islam?"

Ia menjawab, "Adapun saya bersaksi tiada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah."

Beliau bersabda: "Berbuat baiklah dan tinggalkan perbuatan buruk, maka Allah akan menjadikan semua perbuatan buruk itu sebagai kebaikan bagimu." Ia berkata: "penghianatan dan kejahatanku?" Beliau menjawab: "ya." Ia terus menerus bertakbir hingga tidak terlihat lagi."  (HR. Thabrani)

Hal ini berbeda dengan orang yang memberikan sesembahan kepada selain Allah dan tidak bertaubat darinya hingga wafat. Ia berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa syirik tersebut, maka bagiannya adalah, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik." (QS. Al-Nisa': 48)

Adapun Hadits, sangat banyak sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menjelaskan adanya harapan ampunan bagi pelaku kesyirikan yang bertaubat sebelum wafat. Di antaranya, hadits Qudsi yang dikeluarkan Imam al-Tirmidzi,

يا ابنَ آدم إنَّك لو أَتَيتَني بِقُرابِ الأرضِ خَطايا ، ثمَّ لَقِيتَني لا تُشركُ بي شَيئاً ، لأتيتُكَ بِقُرابها مغفرةً

"Wahai Anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan sesuatu dengan-Ku, pasti Aku akan datangkan kepadamu ampunan sebanyak itu."

Sahabat Jabir Radhiyallahu 'Anhu menuturkan, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu bertanya, "Ya Rasulallah, apa dua hal yang paling menentukan?" Beliau menjawab,

مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

"Siapa yang mati sedangkan ia tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga, pasti ia masuk surga. Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka." (HR. Muslim)

Sedangkan diketahui, seseorang yang bertaubat dari dosa, ia laksana orang yang tidak melakukan dosa tersebut,

اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ

"Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Penutup

Setelah mengetahui bahaya Syirik yang luar biasa, pastinya setiap kita berusaha keras menjauhinya. Hanya saja syirik banyak macamnya, sebagiannya samar sehingga terjadi tanpa disadari. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberikan petunjuk solusi dalam rupa doa, silahkah baca: Doa Berlindung dari Kesyirikan.

Tekad untuk meninggalkan segala macam syirik haruslah diikuti dengan mengenal bentuk dan macamnya. Karena siapa tak kenal keburukan, dipastikan ia akan terjerumus ke dalamnya tanpa merasa. Dan jika sesudah mempelajarinya lalu tersadar pernah melakukan dosa syirik, maka tak boleh putus asa dan merasa pasti binasa. Karena selama hayat masih di kandung badan, pintu taubat masih terbuka. Dan siapa yang bertaubat kepada Allah dari dosa maka ia seperti orang yang tak berbuat dosa, dan syirik masuk di dalamnya. Sementara makna syirik yang tak terampuni adalah dosa syirik yang dibawa mati. Ia tak mau bertaubat sebelum wafat. Wallahu Ta'ala a'lam.
Sumber: voa-islam

YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam