Wednesday, September 25, 2013
Aku Mencintai Ibunya
CINTA YANG NAIF Sarimin merasakan lelah setelah keliling jualan es lilin. Dia pun duduk di lapak rokok Jumini. Merokok dan mengobrol. Jualan es keliling sungguh menyedihkan, apalagi sekarang sudah banyak toko menjual es krim yang lebih lezat dan kemasannya bagus. "Laris Min?" tanya Jumini, janda berusia 40 tahun pemilik lapak itu. "Belum laku satupun," jawab pemuda itu sedih. "Sabar Min." Waktu terus bergulir. Sarimin pemuda berwajah ganteng itu masih berdagang es lilin, berjalan ke kampung-kampung dan perumahan. Dan setiap hari pula dia mampir di lapak rokok Jumini. Saling mengobrol dan mencurahkan isi perasaan. Saampai kemudian cinta bersemi diantara mereka. Singkat cerita mereka akan menikah. Namun ketika menjelang hari H, Jumini menjadi ragu. Dia memiliki seorang anak gadis seusia Sarimin yang belum menikah. Ada rasa sungkan dengan orang sekitar kalau dia menikahi seorang pemuda seusia anaknya. Keputusan diambil, dia meminta Sarimin menikahi Tutik, puteri satu-satunya. Pembicaraan alot. Karena Sarimin sebetulnya tak mencintai Tutik, tetapi mencintai Jumini. Namun Jumini tidak mau, dia ingin Sarimin menerima puterinya. Sementara Tutik sendiri sudah bersedia menikah dengan Sarimin. "Jangan paksa aku," kata Sarimin. "Kalian lebih cocok, karena seusia, aku terlalu tua untukmu," ujar Jumini. Setelah dibujuk dan dirayu terus menerus, akhirnya Sarimin mengalah. Dia bersedia menikahi Tutik dengan upacara pernikahan sederhana. Pasangan yang serasi, si tampan dan si cantik. Jumini bahagia karena sudah menemukan jodoh untuk anak perempuannya. Namun perkawinan itu hanya berumur seminggu. Pasangan itu bertengkar hebat. Dan akhirnya Tutik meminta cerai. Sarimin pun malah menantangnya, dia berkata akan segera menceraikan Tutik dan menikahi ibunya. "Kamu tak mencintaiku, kamu mencintai ibuku." "Kalau iya kenapa?" Seminggu setelah menikah, pasangan muda itu bercerai. Sarimin frustrasi, karena cintanya telah ditolak oleh Jumini. Namun hatinya terus mendesak untuk mendekati lagi janda itu. Sepulang kerja dia kembali nongkrong di lapak mantan mertuanya tersebut. Dasar memang cinta, Jumini pun bisa memaklumi keadaan itu. Karena dia sebetulnya juga mencintai pemuda yang usianya separo umurnya itu. Sekali lagi Sarimin melamar Jumini. Dan lamaran itu diterima. Sarimin ingin menikahi Jumini dan memintanya untuk tidak memaksa dia menikahi puterinya. Jumini setuju. Dalam hitungan bulan rumah Jumini mantu lagi. Tetapi kali ini yang menikah ibu dan pemuda bekas mantunya sendiri. Dan setelah itu mereka bertiga tinggal bersama di rumah petak kecil itu. Jakarta, 26 September 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment