Mujadid Alfi Thani menulis: Seseorang yang ingin menghapus kesombongan dan keangkuhan harus menganggap dirinya lebih rendah daripada orang lain, baik dari mereka yang muda, tua, saleh, berdosa, non-Muslim, sampai-sampai binatang.
Pernyataan ini terlihat keras, tapi mari kita analisis.
Untuk menganggap diri kita lebih rendah daripada yang lebih muda bisa dilakukan dengan berpikir “Dia masih muda dan masih belum banyak berbuat dosa besar seperti yang kulakukan, dengan demikian dia lebih baik.”
Kepada orang yang lebih tua dari kita, bisa dilakukan dengan berpikir “Umurku masih muda, jadi amalku belum sebanyak amal yang dia kumpulkan semasa hidupnya.” Jadi menganggap yang tua dan muda lebih baik dari kita, mudah dilakukan.
Menganggap orang saleh lebih baik dari kita juga mudah dilakukan.
Tapi menganggap seorang pendosa lebih baik dari kita? Ini bisa dilakukan dengan berpikir, meskipun dia berdosa sekarang, tapi ketika seseorang melakukan taubat dengan tulus maka Allah mengubah dosanya menjadi amal baik. Jadi jika orang yang berdosa tersebut bertaubat, segala amal buruknya akan berubah menjadi amal baik, dengan demikian amal baiknya akan melampaui kita.
Pahamilah ini: Seseorang harus membenci dosanya, bukan si pendosa. Contohnya adalah seorang dokter mengkarantina penyakit, memakai sarung tangan, agar tidak tertular penyakit dari pasien, tapi mereka tidak membenci si pasien. Bahkan dokter selalu menjaganya, melakukan operasi padanya, dan tetap terbangun di malam hari untuk merawatnya.
Jadi layaknya dokter tidak membenci orang yang sakit, melainkan membenci penyakitnya, begitu juga kita tidak membenci seorang pendosa, melainkan dosanya.
Lebih jauh, bagaimana caranya menganggap seorang kafir lebih baik dari kita? Dalam hadist disebutkan “Barangsiapa yang mengucapkan dua kalimat syahadat, maka dosa-dosa masa lalunya dihapuskan.” Jadi di dalam dirinya juga ada potensi. Jika dia masuk Islam sekarang, maka dosanya menjadi nol sedangkan dosa kita masih banyak.
Tapi bagaimana mungkin binatang lebih baik dari manusia? Manusia adalah makhluk yang paling mulia, bagaimana mungkin binatang lebih baik? Tapi seperti yang ditulis Mujadid Alfi Thani bahwa Allah berfirman: Barangsiapa yang tidak peduli dan menghabiskan hidupnya bergelimang dosa, mereka bagaikan binatang. Mereka jauh lebih tersesat. Jadi lebih buruk daripada binatang juga disebutkan, bukankah begitu?
YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/arceuszeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam
No comments:
Post a Comment