Walid bin Yazid bin Abdul Malik dilahirkan pada 90 Hijriyah. Ketika ayahnya, Yazid bin Abdul Malik, diangkat sebagai khalifah, Walid baru berusia 11 tahun. Seperti dituturkan At-Tabari dalam Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk, ketika diangkat menjadi khalifah, Yazid bin Abdul Malik ingin mengangkat putranya, Walid sebagai putra mahkota. Namun saat itu Walid masih belum cukup usia. Yazid terpaksa mengangkat saudaranya, Hisyam bin Abdul Malik sebagai cikal penggantinya. Sedangkan Walid sebagai putra mahkota kedua.
Ternyata, Yazid masih hidup hingga putranya cukup usia. Yazid sangat menyesal karena terlanjur mendahulukan saudaranya daripada putranya sendiri. Menurut riwayat, ia pernah berkata, "Tuhanlah yang menjadi hakim antara aku dan orang-orang yang telah menjadikan Hisyam sebagai pemisah antara aku dan engkau."
Begitu Yazid meninggal, Hisyam naik tahta sebagai khalifah kesepuluh Daulah Umayyah. Sudah bisa ditebak, terjadi pertentangan antara Khalifah Hisyam dan keponakannya, Walid bin Yazid. Apalagi beberapa ahli sejarah menyebutkan, akhlak Walid tidak terlalu baik. Ia sering minum-minuman keras dan berfoya-foya.
Pada suatu hari hari dia mengambil Al-Qur’an dan membaca satu ayat Al-Qur’an secara acak yang dianggapnya sebagai tanda. Dan pandangannya tertuju pada surat Ibrahim ayat 15 Allah berfirman:
Subhanallah, ketika Allah ingin menghancurkan seseorang, maka Dia benar-benar menghancurkannya.
Referensi: republika.co.id
Ternyata, Yazid masih hidup hingga putranya cukup usia. Yazid sangat menyesal karena terlanjur mendahulukan saudaranya daripada putranya sendiri. Menurut riwayat, ia pernah berkata, "Tuhanlah yang menjadi hakim antara aku dan orang-orang yang telah menjadikan Hisyam sebagai pemisah antara aku dan engkau."
Begitu Yazid meninggal, Hisyam naik tahta sebagai khalifah kesepuluh Daulah Umayyah. Sudah bisa ditebak, terjadi pertentangan antara Khalifah Hisyam dan keponakannya, Walid bin Yazid. Apalagi beberapa ahli sejarah menyebutkan, akhlak Walid tidak terlalu baik. Ia sering minum-minuman keras dan berfoya-foya.
Pada suatu hari hari dia mengambil Al-Qur’an dan membaca satu ayat Al-Qur’an secara acak yang dianggapnya sebagai tanda. Dan pandangannya tertuju pada surat Ibrahim ayat 15 Allah berfirman:
"Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala."
Kemudian dia membaca sebuah puisi “Apa? Setiap orang yang keras kepala? Tapi disinilah aku! Akulah orang yang dzalim dan keras kepala itu!”
Kisah buruk tentang Khalifah Yazid ini tentu saja tidak bisa diterima begitu saja. Ketika terjadi pertentangan antara dua keluarga itu, tentu peluang menjelek-jelekkan nama baik musuh sangat besar.
Selama pemerintahan Hisyam, Walid lebih banyak menghabiskan waktunya di luar Damaskus. Ketika Khalifah Hisyam bin Abdul Malik meninggal dunia, Walid sedang berada di Azrak, utara Damaskus. Ia segera kembali ke Damaskus dan dibaiat menjadi khalifah kesebelas Khalifah Bani Umayyah. Saat itu usianya sekitar 39 tahun.
Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah melipat-gandakan bantuan kepada orang-orang buta dan tua yang tidak memiliki keluarga untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran tersendiri untuk membiayai masalah itu. Ia juga memerintahkan untuk memberikan pakaian kepada orang-orang miskin.
Pertentangan antara keluarga Yazid bin Abdul Malik dan Hisyam bin Abdul Malik agaknya tidak berhenti ketika keduanya meninggal. Ketika berkuasa, Yazid menangkapi orang-orang yang dianggap dapat membahayakan kekuasaannya, termasuk keluarga Hisyam. Ketika terjadi penangkapan besar-besaran itu, Yazid bin Walid bin Abdul Malik sempat melarikan diri. Secara diam-diam, Yazid berhasil menghimpun kekuatan. Ia pun dibaiat oleh keluarga Yamani di daerah Syria dan Palestina.
Mengetahui ada gerakan yang akan membahayakan kekuasaannya, Khalifah Walid bin Yazid segera mengerahkan pasukan untuk menghancurkan pasukan Yazid. Namun terlambat, pasukan Yazid lebih dahulu bergerak menuju istana. Khalifah Walid terkepung. Pada detik-detik menentukan itu, sebagian besar pasukan andalannya justru bersatu dengan musuh.
Khalifah Walid segera melarikan diri ke kediamannya. Namun sepuluh orang di antara pasukan musuh berhasil menemukan persembunyiannya. Ketika dikepung ia sempat berkata, "Bukankah aku telah memberikan hadiah kepada kalian? Bukankah aku telah meringankan beban kalian yang berat? Bukankah aku telah memberi makan orang-orang fakir di antara kalian?"
Mereka yang mengepungnya menjawab, "Kami tidak membencimu dari diri kami sendiri. Kami mengepungmu karena engkau terlalu banyak melanggar batasan-batasan aturan Allah. Engkau minum minuman keras, menikahi istri ayahmu dan melecehkan perintah Allah."
Ia meninggal pada usia 40 tahun, dan kepalanya dipancung. Ia memerintah selama satu tahun dua bulan 22 hari saja. Mereka menggantungnya di dalam istananya sendiri sehingga rakyatnya sendiri bisa melihat mayatnya.
Kisah buruk tentang Khalifah Yazid ini tentu saja tidak bisa diterima begitu saja. Ketika terjadi pertentangan antara dua keluarga itu, tentu peluang menjelek-jelekkan nama baik musuh sangat besar.
Selama pemerintahan Hisyam, Walid lebih banyak menghabiskan waktunya di luar Damaskus. Ketika Khalifah Hisyam bin Abdul Malik meninggal dunia, Walid sedang berada di Azrak, utara Damaskus. Ia segera kembali ke Damaskus dan dibaiat menjadi khalifah kesebelas Khalifah Bani Umayyah. Saat itu usianya sekitar 39 tahun.
Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah melipat-gandakan bantuan kepada orang-orang buta dan tua yang tidak memiliki keluarga untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran tersendiri untuk membiayai masalah itu. Ia juga memerintahkan untuk memberikan pakaian kepada orang-orang miskin.
Pertentangan antara keluarga Yazid bin Abdul Malik dan Hisyam bin Abdul Malik agaknya tidak berhenti ketika keduanya meninggal. Ketika berkuasa, Yazid menangkapi orang-orang yang dianggap dapat membahayakan kekuasaannya, termasuk keluarga Hisyam. Ketika terjadi penangkapan besar-besaran itu, Yazid bin Walid bin Abdul Malik sempat melarikan diri. Secara diam-diam, Yazid berhasil menghimpun kekuatan. Ia pun dibaiat oleh keluarga Yamani di daerah Syria dan Palestina.
Mengetahui ada gerakan yang akan membahayakan kekuasaannya, Khalifah Walid bin Yazid segera mengerahkan pasukan untuk menghancurkan pasukan Yazid. Namun terlambat, pasukan Yazid lebih dahulu bergerak menuju istana. Khalifah Walid terkepung. Pada detik-detik menentukan itu, sebagian besar pasukan andalannya justru bersatu dengan musuh.
Khalifah Walid segera melarikan diri ke kediamannya. Namun sepuluh orang di antara pasukan musuh berhasil menemukan persembunyiannya. Ketika dikepung ia sempat berkata, "Bukankah aku telah memberikan hadiah kepada kalian? Bukankah aku telah meringankan beban kalian yang berat? Bukankah aku telah memberi makan orang-orang fakir di antara kalian?"
Mereka yang mengepungnya menjawab, "Kami tidak membencimu dari diri kami sendiri. Kami mengepungmu karena engkau terlalu banyak melanggar batasan-batasan aturan Allah. Engkau minum minuman keras, menikahi istri ayahmu dan melecehkan perintah Allah."
Ia meninggal pada usia 40 tahun, dan kepalanya dipancung. Ia memerintah selama satu tahun dua bulan 22 hari saja. Mereka menggantungnya di dalam istananya sendiri sehingga rakyatnya sendiri bisa melihat mayatnya.
Subhanallah, ketika Allah ingin menghancurkan seseorang, maka Dia benar-benar menghancurkannya.
Referensi: republika.co.id
YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam
No comments:
Post a Comment