Wednesday, November 2, 2011

penipuan di balik New7Wonders


Catatan: Tulisan ini dibuat pada bulan Februari 2011. Untuk tulisan yang lebih aktual, silakan baca FAQ tentang New7Wonders.
***
Dua hari terakhir media massa memberitakan ancaman New7Wonders untuk mendiskualifikasi Pulau Komodo dari pemilihan New7Wonders of Nature. Kabarnya, ancaman ini ‘terpaksa’ diberikan karena kurangnya dukungan dari pemerintah untuk mengakomodasi acara puncak New7Wonders yang tadinya direncanakan akan diadakan di Jakarta.
Menurut saya ini berita bagus. Saya mendukung pemerintah untuk tidak mengambil pusing tentang urusan New7Wonders ini. Alasannya? Berikut adalah fakta-fakta tentang New7Wonders yang perlu diketahui oleh kita semua:

  • New7Wonders adalah sebuah perusahaan privat asal Swiss. New7Wonders bukanlah yayasan atau organisasi Internasional yang beranggotakan negara-negara di dunia.
  • Tidak ada lembaga dunia yang memberi mandat kepada New7Wonders untuk dapat menetapkan tujuh keajaiban dunia. Jika New7Wonders menetapkan ’7 keajaiban alam dunia’, maka ketetapan tersebut sebenarnya tidak lebih kuat daripada daftar 7 keajaiban dunia versi pribadi saya.
  • Mengapa hanya tujuh? Angka tujuh hanyalah angka yang dipilih secara arbitrary. Lembaga yang jauh lebih serius seperti UNESCO menetapkan tak kurang dari 900 lokasi di dunia sebagai World Heritage Site, yaitu tempat-tempat yang perlu dijaga kelestariannya.
Tahun 2007, New7Wonders juga mengadakan pemilihan New Seven Wonders of The World. Untungnya, Indonesia tidak mengirim ‘wakil’ ke ‘kompetisi’ tersebut. Berikut adalah fakta-fakta yang perlu kita ketahui bersama mengenai New Seven Wonders of The World. Besar kemungkinan format acara untuk New Seven Wonders of Nature juga tidak akan jauh berbeda.
  • ‘Keajaiban dunia’ dipilih tidak melalui kriteria pemilihan benar. Sama sekali tidak ada verifikasi bahwa satu orang hanya memilih satu kali saya. Yang mereka lakukan hanya memastikan satu alamat email hanya memilih satu kali.
  • New7Wonders membuat layanan voting melalui telepon dan SMS premium di beberapa negara. Tidak seperti voting melalui email, pada voting melalui telepon dan SMS premium ini, pemilih diperbolehkan untuk mengirim voting sebanyak mungkin yang mereka mau!
  • Tidak ada audit, baik oleh negara peserta maupun pihak independen, terhadap voting yang dilakukan. Bisa saja, misalnya, hasil dipilih sesuai dengan selera mereka sendiri.
  • Kabarnya, Petra di Yordania mendapat 14 juta suara yang berasal dari Yordania. Padahal populasi Yordania tidak mencapai 7 juta orang.
  • Tidak benarnya kriteria pemilihan terlihat jelas dari terpilihnya patung kristus di Brazil. Sebagai informasi, Patung Kristus Penebus baru berumur 78 tahun pada saat pemilihan berlangsung, tingginya hanya 39 meter, dan dibuat dengan teknologi modern. Bandingkan ini dengan Candi Prambanan yang tingginya 47 meter dan dibuat 11 abad yang lalu.
Sepertinya cukup jelas bahwa New7Wonders hanyalah eksploitasi terhadap rasa nasionalisme. Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan mayoritas memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Wajar jika kini kita semua menjadi incaran mereka. Terlihat mereka seperti sangat berat hati jika harus memindahkan lokasi acara puncak ke luar Indonesia, sampai-sampai harus memberi ancaman untuk mendiskualifikasi Pulau Komodo.
Pertanyaannya, mengapa pemerintah sejak beberapa tahun yang lalu membuat promosi besar-besaran untuk memilih Pulau Komodo sebagai New Wonders of the World of Nature? Dari informasi yang saya dapatkan, pemerintah sepertinya sudah menyadari kalau semua ini hanyalah akal-akalan belaka. Namun mereka tetap melakukannya karena melihat potensi peningkatan wisatawan ke Indonesia.
Menurut hemat saya, yang pemerintah lakukan lebih banyak menguntungkan New7Wonders daripada menguntungkan pariwisata di Pulau Komodo. Dengan mempromosikan Pulau Komodo dalam New7Wonders, pemerintah sadar maupun tidak sadar telah memberikan ‘mandat’ kepada New7Wonders, seakan-akan mereka adalah lembaga yang memiliki hak untuk menobatkan suatu tempat sebagai keajaiban dunia.
Model ‘bisnis’ New7Wonders adalah mengeksploitasi rasa nasionalisme untuk keuntungan mereka. Dengan melakukan ancaman untuk mendiskualifikasi Pulau Komodo, rasanya kini mereka yang harus berhadapan dengan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Dengan adanya kasus ini saya harus bersyukur, karena menurut pengalaman saya, rasa nasionalime menyulitkan seseorang untuk dapat menyadari bahwa ini hanyalah akal-akalan belaka.
Keuntungan mengikuti ‘kontes’ New7Wonders hanyalah potensi peningkatan pariwisata. Namun New7Wonders bukanlah satu-satunya cara untuk meningkatkan pariwisata kita. Satu-satunya pihak yang dirugikan dengan dihapusnya Pulau Komodo dari daftar kontestan adalah New7Wonders sendiri, bukan kita.
Bacaan lebih lanjut:
Pembaharuan tulisan:
  • 2011-02-06: Menambahkan penjelasan bahwa 14 juta suara yang dimaksud di atas semuanya berasal dari Yordania. Menambahkan masalah perihal pemilihan Patung Kristus Penebus sebagai New Seven Wonders of the World.
  • tidak ada yang menjamin trepilihnya aset kekayaan alam sebuah negara dalam tujuh keajaiban dunia baru pada kompetisi New Seven Wonders bakal membuat kunjungan wisata melonjak, apalagi bila pariwisata negeri itu sudah terkenal. mungkin ini yang mendasari pemerintah Maladewa keluar dari kompetisi New Seven Wonders, dengan alasan panitia New Seven Wonders yang berpusat di Swiss meminta uang jutaan dolar AS untuk berbagai keperluan. awalnya perusahaan New Open World Coorporation (NOWC) yang mengelola kompetisi New Seven Wonders mengutip biaya pendaftaran hanya 199U$ dalam sebuah kontrak partisipasi kompetisi pada 2009, namun setelah Maladewa masuk menjadi finalis atau 28 besar, mulailah muncul tagihan2 lain yang tak muncul pada kontrak awal..dengan biaya2 yang mencapai jutaan dolar AS atau setara dengan triliyunan rupiah, maka pemerintah Maladewa lewat Mentri Pariwisata Seni dan Budaya Thoyiib Muhammad, memutuskan untuk keluar pada 17 Mei lalu, namun anehnya, Maladewa masih terpampang di urutan ke-18 finalis New Seven Wonders (Republika, 3 November 2011)

No comments:

Post a Comment