Wednesday, August 15, 2012

Tabiat dan Sifat Manusia

Sudah menjadi tabiatnya, manusia lebih sering menuntut daripada menunaikan apa yang menjadi kewajibannya. Bahkan jika hak mereka telah terpenuhi sekalipun, tak tergambar rasa syukur sedikitpun pada sebagian mereka.

 

Manusia dan Asal Kejadiannya

Tidak ada yang memungkiri bahwa manusia berasal dari setetes air yang hina, jijik, dan kotor. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menguji dengan penciptaan dari air yang kotor ini, apakah manusia itu akan mau ingat asal muasalnya lalu merenunginya, ataukah dia lupa lalu tertipu dengan dirinya sendiri? (Tafsir As-Sa’di hal. 833)

 

Juga agar manusia sadar dan tidak menyombongkan diri di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (An-Nahl: 4)

 

“Dan apakah manusia tidak memerhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes air (mani) maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” (Yasin: 77)

 

Manusia dan Tabiatnya

Di dalam Al-Qur`an Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjelaskan tabiat buruk manusia agar mereka berusaha keluar dari tabiat tersebut lalu memperbaiki diri. Berusaha menjadi orang yang selalu berada dalam bimbingan ilmu Islam. Hal ini tidak bertentangan dengan keterangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa mereka diciptakan di atas fitrah.

 

Di antara tabiat-tabiat tersebut adalah: 

a. berkeluh kesah, kikir, dan rakus. “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir,  kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.” (Al-Ma’arij: 19-22)

“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (Fushshilat: 51)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Dan jika anak Adam memiliki dua lembah emas niscaya dia akan mencari yang ketiga dan tidak ada yang menuntaskan keinginannya kecuali tanah.”

 

b. selalu menzalimi dirinya lagi jahil   “Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala).” (Ibrahim: 34)

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)

“Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-‘Alaq: 6-7)

 

c. Banyak ingkar   “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” (Al-‘Adiyat: 6)

 

d. Tergesa-gesa   “Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.” (Al-Anbiya`: 37)

e. Tidak berterima kasih   “Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: ‘Rabbku telah memuliakanku.’ Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: ‘Rabbku telah menghinakanku’.” (Al-Fajr: 15-16)

 

Manusia Menuntut Hak

Dengan kejelekan tabiatnya, akan bisa dibayangkan apa yang akan diperbuat manusia saat menuntut kemerdekaan dan semua hak tanpa memerhatikan kewajiban dan hak orang lain. Dia mengharapkan haknya dipenuhi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, namun dia justru bermaksiat kepada-Nya. Dia mengharapkan kecintaan dari semua pihak, tetapi dia sendiri menzalimi orang lain, dan begitu seterusnya. Jika setiap manusia tidak berusaha meluruskan sifat-sifat dan tabiatnya niscaya ia akan terus berada dalam kerusakan. Sehingga jika akhirnya manusia harus merasakan akibatnya, janganlah sekali-kali mengambinghitamkan orang lain.

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (An-Nisa`: 79)

“Maka barangsiapa yang menemukan balasannya adalah kebaikan, hendaklah dia memuji Allah. Barangsiapa yang menjumpai balasannya adalah selain itu (kejelekan) maka janganlah dia mencela melainkan dirinya sendiri.”

 

Manusia Diciptakan untuk Menuntut Hak?

Manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk sebuah tujuan yang agung dan besar, mulia dan tinggi. Karena tujuan inilah Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab-Nya, menciptakan langit dan bumi, surga dan neraka, menentukan adanya hari hisab, ganjaran kebaikan dan timbangan amal. Tujuan yang mulia ini telah disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam kitab-Nya:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Karena tujuan inilah Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mempersiapkan ganjaran yang besar atas jerih payahnya dalam mengemban tugas di dunia ini. Beribadah merupakan kewajiban yang besar di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sekaligus merupakan hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang paling besar. Jika manusia menuntut hak-haknya, maka janganlah ia menutup mata dari hak Penciptanya. Manusia wajib mengutamakan hak-hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari hak selain-Nya.

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.” (Al-Isra`: 23)

 “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.”  (An-Nisa`: 36)


“Katakanlah: ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu  yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia’.” (Al-An’am: 151)

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Mengutus Para Nabi untuk Menyampaikan Hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengutus para nabi dan rasul dengan satu misi, memberitahu segenap hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan besarnya hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala, serta jangan sekali-kali mereka menghancurkan dan menyia-nyiakannya. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36)

Jenis hak inilah yang ditentang oleh kebanyakan orang. Oleh karena inilah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya.

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku maka sembahlah Aku olehmu sekalian’.” (Al-Anbiya`: 25)


Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berjanji dan Dia tidak akan mengingkari janji untuk memenuhi hak-hak bagi orang yang taat kepada-Nya:  “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shalih, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit.” (An-Nisa`: 124)

“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan dan akan Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami.” (Al-Kahfi: 88)

“Dan orang-orang yang beriman dan beramal shalih, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-‘Ankabut: 7)

 

1. Manusia melanggar hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala


Yakni dengan melakukan berbagai bentuk kesyirikan dalam beribadah kepada-Nya, kekufuran dengan berbagai macam coraknya, kemaksiatan dengan berbagai macam warnanya. Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan: “Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)


2. Manusia Melanggar Hak Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

Yakni dengan melanggar segala bimbingannya, menentang segala perintahnya, menyelisihi sunnah-sunnahnya, serta mengambil petunjuk selain dari petunjuk beliau.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari (no. 7280) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu: “Setiap umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan.” Mereka bertanya: “Siapa yang enggan itu, ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Barangsiapa taat kepadaku maka dialah yang mau masuk surga dan barangsiapa yang memaksiatiku maka dialah yang enggan.”

 

3. Manusia melanggar hak agamanya

Dengan melanggar segala aturan dan merusak kesempurnaannya. Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19)

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Ma`idah: 3)

 

Teman-temanku dan Saudaraku-Saudariku…

Hak apakah yang engkau tuntut, sementara hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala, rasul dan agama-Nya engkau runtuhkan? Tunaikanlah kewajibanmu sebelum menuntut dan membela hakmu. Hakmu pasti terpenuhi jika engkau melaksanakan kewajiban dengan pengajaran Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Wallahu a’lam.

Sumber :
Menuntut Hak dengan Menghancurkan Hak, Tabiat Manusia, (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman)

No comments:

Post a Comment