Sunday, June 9, 2013

Kelopak Asoka

FLASH FICTION
Perempuan itu mengatur bunga-bunga yang baru dipetiknya di vas kaca. Angin pagi memburaikan rambutnya yang panjang sepinggang. Ada kupu-kupu hilir mudik di antara senandungnya. Matanya menatap redup pada kenangan itu.
"Bunga-bunga di taman itu telah luluh lantak oleh kesombonganmu," bisiknya dalam hati.
Bayangan wajah laki-laki itu menggenang di pelupuk matanya, seakan tak pernah mau pergi. Kenangan pahit yang sudah ditorehkan, luka yang sudah dihunjamkan, senantiasa kembali membayang.
"Semua yang telah kamu tuduhkan kepadaku, telah berbalik kepadamu, berkacalah, kamu begitu keji dan penuh dengan kemunafikan," perempuan itu berkata dengan berani.
"Maafkan aku," jawab laki-laki itu.
"Dulu selalu kau tuduh aku tak setia, kau katakan aku menghianatimu, dan semua tuduhan itu tidak benar," ucap perempuan.
Laki-laki itu menunduk.
"Tak kusangka, kau berselingkuh dengan perempuan gendut itu, kamu telah termakan bicaramu sendiri, bukankah selama ini kau membenci perempuan gendut?" perempuan itu kesal.
"Aku khilaf, sayang..."
"Kamu tahu bahwa perselingkuhan itu teramat menyakitkan? Kamu tahu bahwa menjaga kesetiaan itu begitu berat, tetapi semua kulakukan untuk menjaga taman yang telah kita rawat bersama ini..."
"Ya aku tahu..."
"Lalu kenapa kau berselingkuh, kenapa kau khianati kesetiaanku, teganya dirimu kepadaku..."
"Entahlah..."
"Kalau kau tak suka padaku, kalau cintai hilang dari hatimu, katakan terus terang, jangan bermain di belakangku..."
Air mata berbulir di kelopak asoka itu. Kelopak itu mengayun lembut dan air mata itu jatuh di atas meja. Lalu perempuan itu kembali bersenandung. Melagukan hatinya yang terluka. Meredam dendam dan sakit hati. Tuhan jagalah hatiku, kuyakin pasti akan ada jalan, bisik hatinya.
Jakarta, 10 Juni 2013

No comments:

Post a Comment