Saturday, July 14, 2012

Kue Pertama

SKETSA
Saya dibesarkan dalam keluarga sederhana. Sederhana dalam berfikir, maupun sederhana dalam gaya hidup sehari-hari. Seumur hidup, saya belum pernah merayakan ulang tahun. Tetapi semuanya bergeser. Kedua anak saya Mikail, sekarang 9 tahun dan adiknya Babe, 5 tahun, memiliki pandangan yang berbeda. Mereka memaksa saya, merayakan hari ulang tahun saya.
Okelah kalau begitu. Pagi-pagi saya ke toko kue dan membeli kue ulang tahun. Itupun lupa membeli lilin, dan akhirnya memakai lilin persediaan, yang disiapkan untuk jaga-jaga kalau oglangan, atau mati lampu.
Sepulang dari toko kue, anak-anak sudah bersama saya di sekitar kue ulang tahun itu. Wajah mereka ceria, dan itu membuat haru hati saya. Wuss... saya meniup lilin itu, dan mereka bertepuk tangan gembira. Lalu mereka menyanyikan lagu:
"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga..."
Pada moment ini, kemudian muncullah dilema. Anak-anak saya memahami upacara ulang tahun dengan detil. Mereka sering mengikuti pesta ulang tahun teman-temannya.
Ketika Faiz ulang tahun, irisan kue pertama diberikan kepada neneknya, dan ibunya tertawa, geli, karena sudah geer akan menerima kue dari Faiz. Lalu ketika Debby ulang tahun, irisan kue pertama diberika kepada Papanya. Dan sebagainya.
Potongan kue pertama dibertikan hanya untuk orang yang paling dicintai. Lalu potongan kue ini harus saya berikan pada siapa, pikir saya.
"Kue pertama, pasti diberikan kepadaku," kata Mikail yakin.
"Bukan, ya Nda, pasti untukku," sahut adiknya.
Saya diam saja, dan terus memotong kue. Lalu dua anak lucu itu, saya suruh berbalik membelakangi saya. Saya bilang nanti yang mendapat kue pertama akan saya panggil namanya.
Saya mengiris dua kue. Lalu saya taruh di piring kecil, berikut garpunya. Saya bentangkan tangan saya, yang memegang dua piring berisi potongan kue itu, dan berkata :
"Ini kue ulang tahun pertama, buat yang tercinta, Babe dan Mikail..."
Dua anak saya berbalik bersamaan karena namanya saya panggil. Mereka semua tertawa gembira mendapatkan kue itu. Keduanya mendapatkan kue yang pertama.
"Selamat ulang tahun, Bundaa..." kata mereka.
"Makasih, Nak, kalian boleh makan kue sepuasnya," saya tahu itu yang mereka tunggu-tunggu.
Jakarta, 14 Juli 2012

No comments:

Post a Comment