Saturday, February 16, 2013

Arman Tukang Pijit Tunanetra

WONG CILIK
Di kampungku ada seorang tukang pijit tunanetra bernama Arman. Arman bertubuh subur dengan tangan yang kokoh untuk memijit. Langganannya banyak. Siapapun yang ingin di pijit laki-laki Betawi ini, tinggal menghubungi ojek yang mangkal di depan kompleks, dan bang ojek akan menjemput Arman untuk di atntarkan ke rumah pelanggan.
Arman menikah dan memiliki seorang puteri yang normal. Puterinya sehat dan tumbuh menjadi anak yang periang. Istrinya adalah seorang perempuan Jawa bernama Aminah. Sebelumnya perempuan itu bekerja sebagai tukang sayur keliling. Sekarang, pelanggan lebih mudah, tinggal SMS ke Arman, maka istrinya yang akan mengantarkannya ke pelanggan.
Selain menjadi tukang antar suaminya, Aminah juga berjualan pecel dengan menggunakan sepeda motor. Setiap pagi, Aminah berkeliling sambil berteriak: "Pecel... pecel... pecel..."
Pelanggan pecelnya adalah para tukang yang bekerja di kompleks. Tetapi warga kompleks juga banyak yang suka dengan pecelnya yang berciri khas Jawa. Selain pecel Aminah juga menjual rempeyek buatannya sendiri, atau kerupuk yang hanya bisa diperoleh di Jawa.
Yang mengharukan, seringkali Aminah membawa puterinya Ratih yang sekarang sudah berusia 5 tahun ikut berjualan. Anak itu membonceng di belakang ibunya, diantara dagangan yang disampirkan di jok belakang motor.
Suatu hari aku membeli pecel Aminah. Perempuan itu menghentikan motornya di depan rumahku. Setelah itu menyuruh anaknya turun. Aku masuk ke rumah mengambil jajanan dan kuberikan kepada anaknya.
"Kok anaknya dibawa, Mbak?" tanyaku.
"Nggak ada yang ngemong, neneknya (ibunya Arman) lagi sakit."
"Bang Arman lagi mijit?"
"Enggak sih, ada di rumah, kalau anakku ku tinggal sama dia, kadang dia main jauh nggak ketahuan, maklumlah Bu, suamiku orang kayak gitu..."
Perjuangan hidup yang patut diacungi jempol. Perempuan yang tiada pernah menyerah. Cacat fisik, kemiskinan, tidak membuat mereka berhenti untuk tetap mengais rejeki. Allah Maha Kaya, yang selalu menghidupi hamba-hambaNya.
Jakarta, 17 Februari 2013

No comments:

Post a Comment