Monday, January 28, 2013

Aku Alim Dia Playboy (Dua)

FIRST LOVE
Hubunganku dengan Bagus terus berlanjut. Tak pernah ada kata cinta, tetapi bagiku dia adalah segalanya. Bila tak bertemu hati teramat rindu. Bila dia sekali saja tak terlihat di sekolah gelisah menyelubungi dadaku.
Nama Sella selalu mengawang di kepalaku, tetapi kucoba untuk membenamkannya. Tidak, Bagus mencintaiku, bukan Sella, begitu terus kata hatiku. Dia begitu menyenangkan dan pintar. Selalu tahu apapun yang membuatku senang. Suatu saat pasti dia akan menyatakan cinta, aku harus sabar saja.
Kadang ingin menanyakan soal Sella kepadanya, tetapi aku urungkan. Dia terlalu baik untuk dicurigai begitu. Alangkah bodohnya kalau aku sampai berburuk sangka kepadanya. Dia selalu manis, dan perhatian, tak mungkin kalau dia memiliki pacar bernama Sella itu.
Kebetulan sejak kecil aku suka badminton. Oleh ibuku aku dimasukkan ke sebuah club badminton. Aku badminton seminggu dua kali yaitu hari Rabu dan Jumat. Club itu berisikan anak-anak dan remaja dari seluruh penjuru kota. Aku tidak mengenal semuanya.
Entah mengapa suatu hari, sambil menunggu tutor, aku mengobrol dengan seorang gadis cantik. Gadis itu dari SMA Pertiwi bernama Sella. Entah itu suatu kebetulan atau memang tangan Tuhan sedang bekerja untukku aku tak tahu.
Tetapi aku bukan tipe gadis yang emosian. Aku tak tahu gadis cantik ini siapa. Mungkin saja dia yang sering bersama Bagus, mungkin saja bukan, aku tak tahu. Sejak perkenalan itu aku sering mengobrol dengannya. Sella seringkali terlihat murung. Memandangi foto yang ada di dalam dompetnya.
Karena ingin tahu, aku melirik dompet itu, namun foto itu tidak terlihat, karena Della segera menutupnya. Waktu Sella main dengan member lain, iseng aku membuka dompet itu. Dan di dalam dompet itu ada foto Sella bersama Bagus.
Jantungku seperti berhenti berdenyut, tetapi aku menahan diri supaya tidak emosi. Toh aku bukan siapa-siapanya Bagus. Bahkan fotonya pun aku tak punya.
Lalu aku pamitan kepada tutor bahwa aku sakit, kepalaku pusing dan sakit sekali. Aku diijinkan pulang duluan, dan sesampai di rumah aku masuk kamar dan menangis sejadi-jadinya. Berarti benar, Sella temanku di club itu adalah kekasih Bagus. Aku sedih sekali. Namun begitu aku tak menanyakan hal itu kepada Bagus.
Kami masih sering bersama mengerjakan PR. Kami masih berdua di kelas sambil bercerita. Tak ada yang berubah. Dan aku mencoba menegaskan pada diriku sendiri bahwa Bagus hanya ingin berteman denganku dan dia tak ingin menjadi kekasihku. Buktinya ada Sella di sisi hidupnya yang lain.
Hidup terus berjalan. Di club, aku juga masih bertemu Sella. Namun gadis itu telah berubah. Tubuhnya membesar dan sedikit gemuk. Aku tidak curiga sama sekali, sampai suatu hari aku menemuinya di toilet sedang menangis.
"Sella, kamu baik-baik saja?" tanyaku.
Dia terus saja menangis. Lalu dia memelukku dengan erat sambil terus tersedu-sedu. Aku membiarkannya menangis.
"Aku diputus secara sepihak sama pacarku," katanya.
Aku diam saja dan tetap memeluknya. Tangisnya terus menjadi-jadi. Aku berusaha menenangkannya.
"Bagaimana kalau orang tuaku tahu, mereka pasti sangat marah..."
"Patah hati adalah hal yang biasa, mereka pasti mengerti," kataku.
"Tapi aku hamil Shakila, dan Bagus tak mau bertanggungjawab, dia malah menghindariku terus," katanya.
Jantungku seperti berhenti berdetak. Kepalaku seperti berputar-putar. Aku peluk Sella rapat-rapat. Dan hatiku seperti mendidih. Orang yang begitu aku cintai ternyata moralnya bejad. Aku terus berusaha menenangkan diri agar tidak emosi.
Esoknya aku tak menemui Sella lagi di Club, kata pengurus, Sella pindah sekolah ke Jakarta. Aku menelan perasaan campur aduk, antara kasihan, dan sedih mengingat Sella. Selain itu hatiku juga sakit mengingat kelakuan Bagus yang begitu menjijikkan. (Bersambung)
Seperti diceritakan oleh Shakila.

No comments:

Post a Comment