Tuesday, January 29, 2013

Aku Alim Dia Playboy (Tiga)

FIRST LOVE
Bagus tidak berubah, tetap perhatian kepadaku. Kami tetap akrab, seperti dulu. Tiga tahun di SMA aku jalani hari-hari bersamanya tanpa status. Aku masih mencintainya, tetapi ada hambatan di hatiku tantang perilakunya. Setelah kepergian Sella, kudengar dari Ratih, Bagus dekat lagi dengan gadis lain. Di kampungnya dia terkenal playboy dan suka main perempuan.
Tetapi aku sendiri tak sanggup membayangkan tanpa Bagus. Kami mungkin lebih pantas disebut sahabat karib. Di sekolah juga sudah tersebar gossip kalau aku pacaran sama Bagus. Tapi jujur, Bagus belum pernah menyatakan cintanya kepadaku.
Kami akhirnya lulus. Bagus diterima di universitas negeri, sementara aku tidak. Aku kuliah di universitas swasta tetapi satu kota dengan universitas tempat Bagus kuliah. Dan ini sebetulnya tidak sengaja, karena setelah lulus SMA aku tak pernah bertanya kemana Bagus akan meneruskan studinya.
Bagus adalah cinta pertamaku. Aku belum pernah mencintai orang lain selain Bagus. Aku juga enggak pernah jadian dengannya. Jujur saja hatiku ngeri melihat kelakuannya. Jadi lebih baik membiarkan hatiku mengambang, dan terus mengalir apa adanya.
Dari Ratih aku tahu kalau Bagus sekarang sudah menjadi ketua Sema di kampusnya. Bagus memang pintar berorganisasi, karena waktu SMA juga pernah menjadi ketua OSIS. Bagi aku dan Ratih, membicarakan Bagus adalah hal yang biasa. Bahan cerita mengenainya seakan tak pernah ada habis-habisnya.
Sebetulnya kampusku agak jauh di pinggiran kota, jauh dari kampus Bagus yang berada di pusat kota. Kebetulan juga di tempat kos-ku ada seorang gadis aktifis yang sering kegiatan bersama dengan kampus lain. Mereka sering berdemonstrasi bersama dan aktif di organiasasi mahasiswa se-kota itu.
Fifian gadis berjilbab yang aktif menjadi reporter majalan mahasiswa. Fifian sangat rajin kegiatan kemana-mana. Jarang sakali berada di kos seperti mahasiswi lainnya. Namun begitu sebetulnya Fifian sangat ramah dan baik. Sesekali dia masuk ke kamarku dan bercerita tentang kegiatannya.
Suatu hari Fifian bercerita tentang tim gabungan mahasiswa beberapa universitas untuk keadilan buruh. Dia bercerita bahwa ketuanya adalah mahasiswa universitas negeri yang berasal dari kota yang sama denganku, nama mahasiswa ganteng itu adalah Bagus.
Kaget campur senang aku mendengar nama itu. Aku menyebutkan ciri-cirinya, dan Fifian mengangguk menyetujuinya. Pintar, ganteng, perlente dan perilakunya sangat manis. Semua itu memang ciri-ciri Bagus.
Semenjak kuliah memang aku jarang bertemu Bagus. Aku rindu tetapi tak pernah berusaha mencarinya. Biasanya hanya mengikati perkembangan informasinya melalui Ratih. Tetapi Ratih juga informasinya terbatas, karena kuliah di kota yang berbeda, dan Bagus jarang pulang ke rumah.
Fifian sepertiku, dia gadis yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Dia juga berjilbab dan suka mengikuti kegiatan keagamaan di kampus. Sampai suatu hari dia datang ke kamarku dan bertanya-tanya soal Bagus.
"Dia memang teman SMA-ku, emang kenapa Fi?"
"Aku heran dengan para mahasiswa yang sok aktifis seperti Bagus itu..."
"Emang kenapa?"
"Aku tak menyangka, dia berkata begitu?"
"Emang dia bilang apa?"
"Seusai rapat dia bilang pada aktifis cowok lain, dia mengajaknya ke lokalisasi, katanya dia lagi pengen ML..."
"Benarkah?"
"Iya aku mendengar sendiri..."
"Gila tuh Bagus," gumanku.
"Terus aku menanyakan beberapa aktifis cowok yang aku kenal, aku tanyakan apakah benar Bagus suka ke lokalisasi?"
"Katanya apa?"
"Iya, mereka sering ramai-ramai ke lokalisasi..."
Mendengar berita miring ini, aku sudah tak sekaget dulu. Aku tahu Bagus penganut seks bebas. Aku mencintainya bertahun-tahun, begitu dekat dengannya, tetapi Tuhan selalu menjagaku untuk tidak melangkah lebih jauh dengannya.
Sampai suatu hari, Bagus datang ke kosku. Kali ini dia sungguh berbeda. Terlihat begitu tampan dan dewasa. Dia tahu kosku dari Ratih. Lalu sengaja menemuiku untuk membuktikan kebenanran alamat itu.
Kami duduk di ruang tamu. Dia memuji kecantikanku dan kehalusan budiku. Dan untuk pertama kali dia memegang tanganku. Meskipun kemudian aku menarik dari genggaman itu.
"Shakila, kamu tahu nggak kalau aku sebetulnya sangat mencintamu?"
Sebuah kejutan yang tak kusangka-sangka. Aku menjadi gugup tidak karuan. Sebuah kata yang sudah bertahun-tahun aku tunggu, akhirnya muncul juga. Aku diam, tersenyum, hatiku gundah bukan buatan.
"I love you..." katanya lagi.
Aku tersenyum dan menunduk. hatiku penuh dilema. Bayangan wajah Sella, cerita-cerita Ratih dan juga cerita Fifian menghujam jiwaku. Sekarang Bagus di depanku, dengan untaian kata cinta, tetapi kenyataan itu, rasanya begitu pahit di hatiku.
Bagus terus menatapku, menunggu jawabanku.
"Aku juga mencintaimu, tetapi sayang, mungkin kita tak bisa bersatu," ujarku.
"Kenapa?"
Aku berfikir keras.
"Karena aku terlalu lama menunggumu," kataku berbohong.
"Aku tak punya keberanian, kamu begitu putih dan suci," katanya.
"Aku kenal Sella," ujarku.
Wajahnya berubah. Tidak berkata-kata.
"Gadis yang malang..." tambahku.
Bagus menunduk. Lalu diam lama. Aku juga diam. Menunggu reaksinya. Kemudian dia berdiri dan menunduk.
"Aku tahu, aku terlalu kotor untukmu," katanya sedih. Lalu dia berlalu tanpa pamit kepadaku.
Aku masuk kamar dan menangis tersedu-sedu. Sejak saat itu aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Cinta pertamaku yang malang. (Tamat)
Seperti diceritakan oleh Shakila.

No comments:

Post a Comment