Thursday, January 3, 2013

Ibnu Al Haitham Pakar Fisika Optik


Sejarah mencatat salah satu peletak dasar ilmu fisika optik adalah sarjana islam Ibnu Al Haitham atau yang dikenal di Barat dengan sebutan Alhazen, Avennathan atau Avenatan. Ilmuwan besar yang punya nama lengkap Abu Al Hasan Ibnu Al Haitham Al Bashri Al Misri ini lahir di Basrah, Irak pada 965 M. mengecap pendidikan di Basrah dan Baghdad, penguasaan matematikanya oleh Max Mayerhof, seorang sejarawan dianggap mengungguli Euclides dan Ptolemeus.

Setelah selesai di kedua kota itu, Ibnu Haitham meneruskan pendidikannya di Mesir dan bekerja di bawah pemerintahan khalifah Al Hakim (996 - 1020 M) dari daulah Fatimiyah. Diapun mengunjungi Spanyol untuk melengkapi beberapa ahli karya ilmiahnya. Seperti sarjana islam lainnya, Ibnu Haitham tidak hanya menguasai fisika, ilmu optik, tetapi juga filsafat, matematika dan obat-obatan atau farmakologi. Tidak kurang 200 karya ilmiah mengenai beberapa bidang itu dihasilkan Ibnu Haitham  sepanjang hidupnya.
Karya utamanya tentang optic naskah aslinya dalam bahasa Arab hilang, tetapi terjemahannya dalam bahasa Latin masih ditemukan. Ibnu Haitham mengoreksi konsep Ptolemeus dan Euclides tentang pengelihatan. Menurut kedua ilmuwan Yunani itu mata mengirimkan berkas-berkas cahaya visual ke objek pengelihatan sehingga sebuah benda dapat terlihat. Sebaliknya, menurut Ibnu Al Haitham, retinalah pusat pengelihatan dan benda bisa terlihat karena memantulkan sinar atau cahaya ke mata. Kesan yang ditimbulkan cahaya pada retina dibawa ke otak melalui saraf-saraf optik.

Kepandaian matematis Ibnu Haitham terbukti ketika dia sangat akurat menghitung ketinggian atmosfer bumi yaitu 58.5 mil. Dalam karyanya Mizcmul Hikmah, Ibnu Haitham banyak mengurai tentang masalah atmosfer ini, terutama berkait dengan ketinggian atmosfer dengan meningkatnya kepadatan udara. Secara eksperimental, ia berhasil menguji berat benda meningkat dalam proporsinya pada kepadatan atmosfer yang bertambah.

Ia juga membicarakan masaalh yang berhiubungan dengan pusat daya tarik bumi. Jauh sebelum Newton membahas masalah gravitasi, Ibnu Haitham telah membahasnya dan menjadikan pengetahuan tentang gravitasi itu untuk penyelidikantentang keseimbangan dan alat-alat timbangan. Dalam kaitan itu pula, Ibnu Haitham mengurai dengan jelas hubungan antara daya tarik bumi dengan pusat suspense. Penjelasannya mengenai hubungan antara kecepatan, ruang dan saat jatuhnya benda-benda diyakini menjadi ilham bagi Newton untuk mengembangkan teori gravitasi.

Selain masalah cahaya dan atmosfer, Ibnu Haitham juga banayk melakukan eksperimen mengenai kamera obscura atau metode kamar gelap, gerak rectilinear cahaya, sifat bayangan, penggunaan lensa dan beberapa fenomena optikal lainnya. Metode kamar gelap atau kamera obscura dilakukan Ibnu Haitham saat gerhana bulan terjadi. Kala itu, ia mengintip citra matahari yang setengah bulat pada sebuah dinding yang berhadapan dengan sebuah lubang kecil yang dibuat pada tirai penutup jendela.

Untuk semua eksperimen lensa, Ibnu Haitham membuat sendiri lensa dan cermin cekung melalui mesin bubut yang dimilikinya. Eksperimennya yang tergolong berhasil saat ia menemukan titik focus seabgai tempat pembakaran terbaik. Saat itu, ia berhasil mengawinkan cermin-cermin bulat dan parabola. Semua sinar yang masuk dikonsentrasikan pada sebuah titik fokus sehingga menjadi titik bakar.

Bukunya tentang optik, kitab al Manazir diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh F Risner dan diterbitkan di Basle pada 1572 M. Karyanya ini bersama karya-karya optic lainnya sangat memepengaruhi ilmuwan abad pertengahan seperti Roger Bacon, Johanes Keppler dan Pol Witello. Diyakini, banyak karya-karya monumental dari mereka diilhami dari hasil eksperimen yang dilakukan Alhazen atau Ibnu Haitham.
Menurut Philip K Hutti, tulisan-tulisannya mengenai berbagai persoalan optik membuka jalan bagi para peneliti optik Barat di kemudian hari mengembangkan disiplin ilmu ini secara lebih luas. Semua karya itu diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa, termasuk Rusia dan Ibrani. Sejarawan terkemuka Amerika, George Sarton mengumpulkan karya-karya Ibnu Haitham dalam bukunya Introduction to the Study of Science yang menjadi bacaan wajib bagi mereka yang mencintai ilmu.

No comments:

Post a Comment