Wednesday, May 8, 2013

Wong Jogja Badung

WARTAWAN BADUNG
Edu waktu itu wartawan baru di Jawa Pos biro Jakarta. Kebetulan dia ditugasi meliput kegiatan unjuk rasa mahasiswa denganku. Suasana Jakarta masih tegang oleh reformasi. Pemerintahan Habibie yang menggantikan Soeharto terus menerus dikecam mahasiswa.
Aku diuntungkan karena Edu memiliki motor. Selama ini kemana pun pergi aku mengandalkan angkutan umum, bus kota, atau angkot. Karena berpatner dengan Edu, aku tinggal memboncengnya kemanapun meliput acara demontrasi. Motor Edu berplat AB (Jogja), jadi terlihat berbeda di lalu lintas Jakarta yang ramai.
Suatu hari, kami harus melewati Bunderan Semanggi. Kami kalau enggak salah dari arah blok M menuju ke Tebet. Aturannya harus berputar cukup jauh di jembatan Jakarta convention Center.
Kami buru-buru, dan Edu langsung aja berputar di salah satu lingkaran di Bunderan peninggalan Bung Karno itu. Kami pun disemprit oleh polisi. Kami berdua turun, Edu yang kurus dan masih kucel mirip mahasiswa, senyum-senyum.
"Anda tahu, motor tidak boleh berputar di sini?"
"Enggak pak," jawab Edu nyengir.
"Plat Jogja ya?"
"Iya Pak, masih baru di Jakarta, Pak," kata Edu lagi.
"Anda mau kemana?" tanya polisi itu lagi.
"Liputan demo Pak," kata Edu menunjukkan keplek Jawa Pos.
Polisi memandangi keplek itu. Wajahnya masih marah dan terlihat galak.
"Ya udah sana, lain kali nggak boleh ya muter ke sini," katanya.
"Iya Pak, maaf nggak tahu," jawab Edu.
Lalu kami naik motor kembali dan melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan kami tertawa. Diselamatkan oleh plat Jogja, hahaha.
Jakarta, 9 Mei 2013

No comments:

Post a Comment