Saturday, August 10, 2013

Bersahabat dengan Musuh Kita

Ketika kita mengoreksi kesalahan seseorang, maka orang itu menjadi musuh kita. Begitu juga, orang yang mengoreksi kesalahan kita tampak seperti musuh. Sebenarnya prinsip seperti ini tidak tepat, karena orang yang mengoreksi kesalahan berarti lebih bijaksana.

Pikirkanlah: Orang yang sedang bercermin dan melihat ada jerawat di wajahnya, akankah dia memecahkan cermin itu? Tidak, dia malah akan membeli cermin yang lebih besar sehingga dia bisa melihat setiap noda dan jerawat kecil yang ada di wajahnya.

Layaknya sebuah cermin yang menunjukkan setiap jerawat pada wajah seseorang, maka orang terbaik adalah yang menunjukkan kesalahan sahabatnya. Inilah kesempatan agar sahabatnya dapat mengubah kesalahannya.

Ada pepatah dari Umar R.A. yang pantas ditulis dalam tinta emas: “Aku akan memohonkan ampun bagi orang yang menunjukkan kesalahanku." Orang-orang seperti inilah yang peduli dengan perubahan diri, dengan tujuan untuk memperbaiki diri sebelum dia berada di hadapan Allah.

Terkadang Allah menunjuk seorang inspektor (pengoreksi). Kadang-kadang inspektor tersebut adalah orang yang iri hati. Mereka membesar-besarkan kesalahan kecil yang kita perbuat, mungkin Allah telah memberikan mereka mikroskop, sehingga mereka selalu mencari-cari kesalahan kita dan membuat kita tersinggung.

Sebenarnya kita tidak usah tersinggung. Mereka sebenarnya adalah inspektor (pengoreksi) agar kita menjadi orang yang benar. Jika mereka tidak ada, maka siapa yang akan meluruskan kita? Kita seharusnya malah bersyukur kepada Allah. Bisa saja kita berdo'a kepada Allah ketika shalat “tunjukilah kami jalan yang lurus” (Q.S. Al Fatihah), Allah mengabulkan do’anya dan memberikan dua orang yang iri kepada kita. Satu orang mengamati kita dari sisi kiri, dan satunya lagi dari sisi kanan. Jadi sekarang kita harus berjalan dengan lurus.

Para ulama besar juga mendengarkan pendapat dari orang-orang yang membenci/iri kepada mereka, kemudian mereka berusaha memperbaiki diri.

Ingatlah satu hal: Seseorang yang tidak pernah dikoreksi, sebenarnya dia berada dalam bahaya besar. Tidak ada seorang pun yang akan memberitahu kesalahannya, jadi bagaimana mungkin dia tetap berada di jalan yang lurus?

Ada seorang kakek yang diberitahu seseorang tentang betapa buruknya dia. Dia mendengarkannya dengan sabar. Lama-lama, orang yang mencela berkata “Kenapa kau malah mendengarkan dan tidak tersinggung?” Dia menjawab “Setahu-tahunya kamu tentang sifat burukku, sesungguhnya aku lebih mengetahui tentang sifatku sendiri, jadi kenapa aku harus marah?”

Mereka yang peduli dengan perubahan diri tidak akan tersinggung ketika mendengar kritik orang lain. Sebaliknya mereka akan berpikir bagaimana caranya menerapkan kritik itu.

Ayo Subscribe ke YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/arceuszeldfer
Ayo Like Facebook Page-nya: Lampu Islam

No comments:

Post a Comment