Tuesday, August 27, 2013

Yang Penting Bisa Makan

WONG CILIK
Di Jakarta, orang Wonogiri terkenal sebagai pejuang yang tangguh. Mungkin karena kawasan itu tandus, kering, hingga kebanyakan orang Wonogiri keluar dari wilayah itu untuk mengadu nasib. Mereka kebanyakan merantau ke Jakarta.
Contohnya Mak Yuk, dia adalah seorang tukang sayur yang mangkal di sebuah perumahan mewah di Jakarta. Sudah 20 tahun dia berjualan di tempat itu. Setiap hari selepas subuh, perempuan itu menggelar dagangannya di ujung komplek, dan disitulah dia menjalani hidupnya sehari-hari.
Setelah menikah Mak Yuk berangkat ke Jakarta bersama suaminya Parjo, waktu itu hanya bermodal sekoper pakaian. Karena sudah banyak tetangga yang merantau di Jakarta, tak sulit bagi dia dan suaminya mencoba peruntungannya di kota metropolitan itu.
"Kerja apa saja nggak masalah yang penting bisa makan," katanya padaku.
"Bener, Yuk, emang sebelumnya kerja apaan?"
"Buruh nyuci Mbak, suami nguli, terus setelah modal terkumpul, jualan gini."
"Wah hebat..."
Dengan menjadi tukang sayur, Mak Yuk bisa menyekolahkan Yuni, anak perempuan satu-satunya. Biar pun hanya sampai SMA. Dan sekarang malah sudah memberinya seorang cucu.
"Setelah lulus SMA, saya suruh jualan mbak, cari kerja susah, eh, nggak lama ada yang melamar, ya udah saya kasih saja," tuturnya.
Sekarang anak perempuannya berjualan jamu keliling wilayah itu. Kadang-kadang menggantikan dia jualan sayuran, kalau dia sakit atau sedang mudik ke Wonogiri. Harus diakui, keluarga tukang sayur itu kompak. Mereka juga terlihat bahagia dan baik.
"Langgananmu sudah banyak, pasti untungnya juga banyak ya Yuk?" godaku.
"Halah, semua barang mahal, sampai bingung ngejualnya, loh kemarin saya kan habis ketipu..."
"Ketipu? Gimana ceritanya?"
"Katanya ngontrak di situ (komplek), tiap hari ngutang sayuran, tahu-tahu mau saya tagih katanya sudah pindah..."
"Masya Allah, Yuk, sabar ya? Berapa banyak dia ngutang?"
"Sejuta setengahlah, orang belanja sebulan..."
"Ih, teganya..."
"Ya udahlah, bukan rejeki saya Mbak..."
"Betul dikhlasin aja, ntar diganti lebih banyak," kataku.
"Amin..."
Dari berdagang sayuran, Mak Yuk sudah membangun rumah di Wonogiri. Selama di Jakarta, dia hanya mengontrak dengan sesama perantau dari kota yang sama. Katanya suatu saat akan menghabiskan masa tuanya di sana, dan ingin mati di kota kelahirannya itu. Hadeh, hahaha...
Jakarta, 28 Agustus 2013

No comments:

Post a Comment