Tuesday, September 10, 2013

Istrinya Selingkuh

CINTA YANG NAIF
Kenalkan aku Yatin, perempuan laknat. Anakku dari suami pertama Warto lima orang. Mereka sekarang sudah remaja, dan ada yang sudah menikah. Tetapi ketika anak-anak mulai dewasa, justru perkawinanku hancur. Aku tak tahan, Warto sangat keras kepala. Dan aku terpikat pada Joko, tukang cukur yang sekarang jadi suamiku.
Warto kerjanya serabutan. Pernah jualan sate, jualan es keliling dan terakhir jadi pemulung. Kami tinggal di rumah kosong, dengan anak-anak yang berjubel di rumah tanpa tanpa ubin dan kakus yang layak.
Hidup kami tergantung dari kebaikan orang. Kalau sudah tak suka, aku dan keluargaku pasti di usir. Kami tak jahat, kami lapar. Namun orang-orang menyebut kami sekeluarga rakus, sebab kami suka mencuri buah-buahan, umbi-umbian dan kayu bakar di kebun mereka. Dan seluruh kampung membenci kami.
Masa-masa sulit itu telah berakhir. Hidup seperti tak ada harganya. Dan Warto suamiku yang pemalas lebih banyak menghabiskan waktu dengan kail dan nongkrong di tepi sungai. Hidup tak juga berubah, aku juga letih harus bekerja serabutan mencuci baju atau buruh apa saja.
Kebetulan ada tetangga yang kadang menggunakan jasaku mencuci baju. Tetanggaku itu selalu ribut. Pasangan suami istri itu sudah punya dua anak. Rupanya Watimah sang istri hamil dengan orang lain, bukan dengan Joko suaminya. Joko memergoki istrinya selingkuh berkali-kali dan meragukan anak di perutnya. Mereka ribut dan selalu berantem.
Joko merasa nelangsa hidupnya. Tukang cukur itu sesekali mengeluh kepadaku. Kami pun menjadi dekat. Tak jarang kami bermesra saat istrinya tak ada. Bahkan kadang kami making love di kios cukurnya. Aku jatuh cinta, awalnya hanya kasihan sama Joko yang ditinggal selingkuh istrinya. Tetapi kurasakan bahwa Joko baik, perhatian dan murah rejeki, meskipun hanya tukang cukur.
Kami saling jatuh cinta. Aku telah bermain di belakang suamiku dan aku telah terjatuh dalam cinta terlarang. Saat Watimah tahu hubungan kami, suasana rumah tangga mereka makin kacau. Dan suamiku pun akhirnya juga tahu dari Watimah. Suamiku marah besar lalu mengusirku dari rumah.
Pada saat itu aku sadar telah kehilangan keluargaku. Aku menemui Joko. Dia pun memelukku, karena dia juga dalam keadaan tersiksa oleh kehancuran rumah tangganya. Lalu kami kabur ke kota lain dan menikah. Kami menikah tanpa surat nikah. Hanya nikah siri. Suamiku yang baru Joko, membuka kios cukur di pasar. Kami memulai hidup baru, dan sampai hari ini belum dikaruniai anak lagi. Cinta sederhana istri seorang pemulung dan tukang cukur.
Jakarta, 10 September 2013

No comments:

Post a Comment