Sunday, April 28, 2013

Copet Bus Kota

WARTAWAN BADUNG
Malam itu aku dan Nur Khoiri Media Indonesia, selesai mewawancarai mantan penyanyi cilik Chicha Koeswoyo. Kami berdua naik bus kota dari rumah puteri Nomo Koeswoyo yang berada di kawasan Blok M.
Kami akan kembali ke kantor dengan kendaraan umum. Kebetulan kantor kami berada di jalur yang sama. Aku di Rawa Belong dan Khoiri di Kebun Jeruk. Kami naik bus kota dari terminal Blok M jurusan Grogol.
Malam mulai gelap. Bus kota tidak terlalu penuh, tetapi tempat duduk terisi semua. Aku dan Khoiri berdiri di dekat pintu belakang. Biar mudah kalau turun di daerah Slipi nantinya dan ganti angkot menuju kantor kami masing-masing.
Bus belum meninggalkan terminal, ketika serombongan laki-laki kantoran masuk. Rombongan itu sekitar 6 orang dan menggerombol di dekat kami berdua. Bus terus melaju. Namun salah seorang laki-laki mendorongku dan terus mendorongku. Aku tak terima kenapa berdesakan di situ sementara lorong bangku itu kosong.
"Geser dong," kataku.
Tetapi mereka tidak mau bergeser depan. Bahkan terus mendorong seirama dengan ayunan bus kota. Aku pun makin sewot, dan menyuruh Khoiri bergeser. Khoiri mengajakku ke tengah lorong saja daripada berdesakan di situ.
"Permisi..." kataku pada gerombolan laki-laki itu untuk minta jalan.
Namun tanpa sengaja ada yang memasukkan tangannya ke tasku. Langsung saja aku pelototin laki-laki itu.
"Heiii, ngapain tangannya?"
Orang itu mengeluarkan tangannya. Lalu mundur dan bergabung dengan teman-temannya. Aku baru sadar mereka itu gerombolan copet bus kota. Saat melihat ke bawah, tanpa kusadari aku melihat dompet make up merahku di sana. Dompet itu berisi peralatan kecantikan seperti lipstik, bedak, lotion sunscreen dan semacamnya. Kuambil dompet itu lalu aku acungkan pada para copet itu.
"Apa lagi yang kalian ambil dari tasku, ayo kembalikan," kataku.
Para copet itu saling berpandangan. Khoiri menarik tanganku agar menjauh dari mereka, sambil membisikiku bahwa mereka itu copet semua, berdandan ala orang kantoran. Aku mengangguk. Lalu di depan mereka aku sengaja membuka tasku dan memeriksa satu-satu. Lalu aku keluarkan kamera poketku.
"Kalian turun ya, atau aku foto dan aku masukkan Pos Kota?"
Mereka nggak berani melihatku. Memalingkan muka ke tempat lain. Khoiri terus menarik-narik tanganku agar menjauhi gerombolan itu.
"Aku ini wartawan tau, aku ingat muka kalian semua, cepat turun atau aku laporkan ke polisi," kataku pada mereka lagi dengan galak.
Pada halte berikutnya, kalau enggak salah halte Polda, mereka turun. Khoiri memarah-marahi aku.
"Lo ini nekad Gie, mereka itu copet semua tau,"
"Gw tau, pengen uji nyali aja, Hahaha..."
Jakarta 27 April 2013

No comments:

Post a Comment