Saturday, July 13, 2013

Apa kabar Istikhorohku?



Bismollahirrohmanirrohiim….

Monolog seorang bani Adam (sebut saja namanya Naas) dengan panglima tubuhnya bernama Nurani disuatu senja
Naas   : Belum usai air mata ini menetes. Masih terasa pedih akan luka perasaan, kala idaman belum bisa menjadi pasangan
Nurani  : Kenapa harus bersedih dengan penolakan?
Naas    : maksudnya?
Nurani  : yakinkah kamu bahwa jodoh diatur oleh yang Maha Kuasa?
Naas    : Tentu aku yakin, itu bagian dari akidahku
Nurani  : Kalau begitu, coba renungkan, jika kamu melamar 1.000 wanita, tapi jodohmu ditentukan-NYA pada orang yang ke- 1.001, apa yang terjadi?
Naas    :  Saya akan ditolak 1000 kali
Nurani : benar, pada hakikatnya itu adalah proses untuk mendewasakan manusia. Boleh jadi ketika ALLOH mempertemukanmu dengan jodohmu pada kesempatan yang pertama, tidak sebaik ketika kamu dipertemukan pada saat yang ke- 1001. Ya ….. sekali lagi itu bagian dari pendewasaan. Lihat kebanyakan manusia, mereka kekanak-kanakan, rasa tanggung jawabnya masih minim, keteteran dengan berbagai amanah. Akan seperti apa nantinya rumah tangga yang dibangun, belum lagi bila orang itu tidak yakin. Nah, seiring proses, penolakan, introspeksi diri, dia akan makin meningkat, mendapati syurga dunia akhirat ketika kemudian ALLOH mempertemukannya dengan istrinya
Naas    : (kelegaan muncul, tapi ganjalan lain yang menimbulkan Tanya) bisakah kita menghindari penolakan?
Nurani  : bisa
Naas    : harus menjadi tampan, kaya, berkuasa?
Nurani  : tidak
Naas    : lantas?
Nurani  : sudah paham tentang janji Tuhan-mu bukan?! Selain memiliki mental dan pribadi yang matang, kalau jodoh itu tentu tak akan kemana
Naas    : ya, tapi bagaimana kita mengetahui itu jodoh kita?
Nurani  : tidakkah Sang Pencipta memberimu sholat istimewa yang oleh sebagian orang dikenal sebagai “sholat pencari jodoh”?
Naas    : aku juga sudah melakukannya
Nurani  : saying, sebagian manusia tak tulus mengerjakan sholat itu. Seakan ia hanya sholat untuk mendapatkan cap ‘aktivis’ atau sekedar meminta stempel pada-NYA. Sholat ia kerjakan tapi keukeuh meminta sesosok figure. Ia pikir figure itu semurna, ia pikir hanya figure itulah yang berhak menjadi jodohnya. Apakah begitu cara meminta kepada Sang Pencipta?
Naas    : (helaan nafas panjang dan ketundukkan menyertaiku) rasanya perlu ku perpanjang istighfarku. Wajib ku baca ulang perihal sholat istikhoroh jika mentalku masih demikian

cerita di atas hanyalah fiktif semata, tetapi bisa kemungkinan itu realita sejuta ummat. so... bila ada yang merasa, mohon maaf lahir batin, sesungguhnya ga ada niat untuk menyindir, hanya sekedar ingin berbagi hikmah. 

berdasarkan cerita dia atas dan dengan sedikitnya pemahaman saya mengenai sholat istikhoroh, kali ini saya ingin berbagi mengenai sholat istimewa itu.

Istikharah?! ya, sholat sunnah untuk memohon petunjuk Alloh saat menghadapi suatu hal atau mendapatkan dua pilihan atau lebih. saat sholat ini dikerjakan dengan tepat, insya Alloh tak akan ada risau, galau, apalagi kecewa.

"Tak akan kecewa orang yang mau (mengerjakan sholat) istikhoroh, dan tidak akan menyesal orang yang suka bermusyawarah, serta tidak kekurangan orang yang suka berhemat (sederhana)." (HR. Thabrani)
selama ini, banyak orang acap kali memahaminya hanya untuk urusan jodoh. padahal perannya kompleks, meliputi setiap urusan manusia.
Dari Jabir ra berkata, "Rasululloh shallallahu 'alaihi wassalam mengajari para sahabatnya untuk sholat istikhoroh dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajarkan Al-Qur'an. beliau bersabda: " jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah sholat dua rakaat selain sholat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa: Ya ALLOH, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-MU dengan ilmu-MU, aku memohon kepada-MU kekuatan dengan kekuatan-MU, aku meminta pada-MU dengan kemuliaan-MU. sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang Maha mengetahui perkara yang ghaib. ya  ALLOH jika memang perkara ini baik bagiku dalam urusan dunia dan akhiratku (atau baik bagi agama, kehidupan dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. ya ALLOH  Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agam, kehidupan dan akhir usrusanku (jelek bagi urusan dunia akhiratku), maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya serta takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridho dengannya-kemudian dia menyebutkan keinginannya-." (HR. Ahmad, Bukhori, Ibnu Hiiban, Baihaqi, dll)
ia dianjurkan untuk digunakan  dalam semua hal, entah bimbang ataupun yakin. sholat ini -jika boleh dimaknai lebih- tak ubahnya kita bertanya langsung kepada ALLOH, mana langkah terbaik yang bisa kita ambil. seperti termaktub dalam redaksi doa di atas bahwa ALLOH MAHA MENGETAHUI, sementara kita tidak.

dengan doa yang begitu istimewa, selayaknya setiap urusan kita menjadi mudah. tapi terkait jodoh, disaat banyak orang telah melaksanakan ibadah ini, kira-kira berapa yang masih menyesal? jumlah pastinya belum pernah ada yang meneliti, tapi dari kabar demi kabar yang mampir ke telinga, rasa-rasanya jumlahnya tak sedikit. LALU DI MANA LETAK SALAHNYA??

sholat istikhoroh memang lebih bermakna ibadah mental. dengannya akan ternilai kepasrahan hati seseorang yang membuat ALLOH berkenan ,enunjukkan jalan dan memperkuat pilihannya, sehingga pilihan itulah yang terbaik untuk diambili. jawaban akan mudah diterima dan mengena saat dilaksanakan. karena kita yakin, karena mental kita telah siap.

bagaimana jika orang tak yakin? hatinya telah dipenuhi keinginan, seolah sholat dilaksanakan untuk memaksa "izin turun" jawaban akan lain. arah tetap akan ke titik awal kecenderungan. tak lagi objektif dan boleh jadi sesuatu yang kita yakini itu bukanlah jawaban dari sholat istimewa kita ini. ironis bukan?!

di sinilah letak kedewasaan kita. hati boleh cenderung, tapi begitu istikhoroh diambil, semua dinetralkan. biarkan Sang MahaTahu yang menuntun kita.

Imam Al-Qurtubhi menyampaikan, bisikan hati sering dipengaruhi subjektivitas, hendaknya hati dibersihkan terlebih dahulu dari beragam pengaruh. Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa sebaiknya kita tidak mengikuti kecenderungan hati saja, karena acap dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan sholat istikhoroh. dengan demikian bisa saja kita salah dalam menangkap petunjuk ALLOH dan menerjemahkan jawaban ALLOH.

Duhai, apa kabar istikhorohku?, wahai diriku masihkan kau melihat figure/ urusan yang memang hati kita telah tertambat dan cenderung padanya? tak tergantikan mesti berkali-kali istikhoroh? ataukah memutuskan segala perkara berdasarkan petunjuk demi keridhoan Rabbmu?

wahai diriku, coba benahi lagi mentalmu, sehingga jika semua telah betul dan betul itu pula pilihan yang berbasis ridho-NYA, engkau akan bahagia dunia akhirat. jika kondisi lain yang terjadi pasca perbaikan mental itu (jawaban atau hasil tak sesuai yang diharapkan), minimal aku telah belajar bagaimana cara bersikap dan meminta kepada-NYA.

Duhai ALLOH, bimbinglah diri ini untuk selalu berada dalam jalan-MU, jauhilah diri ini dari perkataan yang tidak kulakukan... aamiin.

wallohu'alam bishowab

No comments:

Post a Comment