Saturday, July 27, 2013

saya orang Minang

Bismillahirrohmannirrohiim...

 
Ya… saya orang Minang
Meski terlahir dan besar di perantauan, tapi saya cinta dengan tanah leluhur saya. Meski saya tak paham adat istiadat Minang, tapi saya bangga dengan tanah Imam Bonjol itu.

Ya… saya terlahir sebagai orang Minang
Bukankah setiap anak tak bisa memilih dari suku apa ia dilahirkan bahkan juga tak bisa memilih dari ibu mana ia terlahir ke dunia? Adakah yang salah jika saya terlahir sebagai orang Minang?? TIDAK, sebuah jawaban yang pasti. Sepasti tidak salahnya si fulan lahir bersuku Jawa atau fullanah bersuku Sunda. Yang salah adalah pemahaman kalian yang sempit lagi picik.

Bukankah Tuhan tak memandang suku, penampilan ataupun tahta?? Lalu apalah hak kalian yang hanya hamba-NYA mengotak-ngotakkan dan mengenalisir kenegatif-an suatu daerah hanya karena pemikiran buruk dan ketidak tahuan kalian? Belajar lagi wahai saudaraku, ajaran-NYA yang manakah yang kalian ikuti, hingga su’udzon jadi panduan. mungkin kalian sedikit berbelok dalam mengaplikasikan ilmu-NYA sehingga pemahaman kalianpun keliru.

Ya…. Saya orang Minang yang penuh celah dan khilaf, namun Sang Penguasa juga ajarkan ilmu bagi hamba-NYA yang dhoif ini untuk memperbaiki kesalahan, kelemahan dan segala celah. Bumi mana yang tak kena hujan. Mungkin itulah pepatah yang tepat untuk menggambarkan ini. Daerah mana yang tak memiliki nilai positif? Tak ada ku rasa, dan akupun juga tak menutup mata hanya memandang daerahku sebagai daerah yang paling baik tanpa cela. Sementara daerah lain penuh dengan keburukan bak sebuah kuman yang harus dijauhi. Ibarat bumi yang memiliki siang-malam, suatu daerahpun juga memiliki postif dan negative. Tergantung bagaimana cara kita menyikapi suatu hal negative menjadi hal positif. bukankah kelamnya malam dapat teratasi dengan penerangan yang mencukupi? bukankah karena adanya malam, maka kita bisa menikmati dan memanfaatkan siang? bukankah karena adanya malam kita bisa beristirahat sembari memperbaiki diri?

bukankah karena adanya suatu kenegativan, maka kita bisa saling memperbaiki diri? bukankah karena adanya negativ maka hak saling menasihati dan mengingatkan menjadi tertunaikan? bukankah karena adanya kenegativan kita menjadi sadar bahwa kita hanya hamba yang jauh dari sempurna?

lejitkan potensi, minimalisir keburukan. ku rasa itu yang lebih baik kita lakukan daripada mengucilkan saudara sendiri hanya karena perbedaan budaya dan suku. dan aku merasa diperlakukan tidak adil karena kalian bersikap seperti itu tanpa pernah mengenalku dan mengklarifikasikannya padaku. berbekal pemahaman sempit dan subjektifitas belaka dan hanya karena aku terlahir sebagai orang Minang, maka kalian berhak menghakimiku?? 

lupakah kalian pada sabda Sang Nabi akhir zaman yang mengajarkan bahwa tingkatan ukhuwah terendah adalah berprasangka baik pada saudara seiman? lupakah engkau wahai hamba Alloh yang beriman, bahwa yang membedakan setiap insan di sisi Rabbnya adalah hanya ketaqwaan, bukan suku bangsanya?

semoga kekeliruan ini hannya sebuah khilaf yang tak terualng lagi padaku "si orang Minang" atau dia "si Madura" atau mereka "si orang Batak". terima kasih wahai saudaraku telah ajarkan ku suatu ilmu yang semoga dengannya aku tak melakukan kesalahan yang sama pada saudara-saudarku seiman.


No comments:

Post a Comment